TOODLER

Kalimat untuk Mengubah Kesalahan Anak Menjadi Pembelajaran yang Positif


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Setiap orang pasti pernah berbuat salah dan mengalami kegagalan. Pun dengan anak-anak kita. Namun berbeda dengan orang dewasa, anak-anak secara alami lebih cemas dan takut dengan kegagalan. Belum lagi adanya rasa malu yang tak bisa dibendung ketika mereka mengalami kegagalan.

Melansir laman Motherly, Carol Dweck dalam teori Growth Mindset-nya mengatakan bahwa sebagai orang tua, kita memiliki pengaruh langsung soal bagaimana perasaan anak ketika menghadapi kegagalan, yang pada gilirannya berdampak pada tekad anak dalam menghadapi tantangan dan keinginannya untuk mencoba hal-hal baru.

Dikatakan pula bahwa seseorang dengan mindset perkembangan percaya bahwa melalui usahanya sendiri, kemampuannya dapat meningkat. Ia bisa menjadi lebih pintar dengan belajar dan bertanya, bisa menjadi lebih cepat melalui pelatihan dan latihan. Karena itu, Moms perlu mendukung dan membimbing anak Anda untuk dapat memiliki mindset perkembangan yang baik dengan mencoba mengatakan beberapa kalimat berikut ini.

1. “Ini sulit, tapi kamu pasti bisa melakukannya”

Saat memberi dukungan pada anak ketika akan mengerjakan sesuatu, akan lebih efektif bila Moms mengakui bahwa tugas yang akan ia kerjakan tersebut mungkin sulit. Misalnya, “Mengendarai sepeda itu sulit, tetapi Mama yakin kamu bisa melakukannya”. Dengan begitu Moms memvalidasi perjuangan seorang anak, sambil tetap mendorongnya untuk terus berusaha.

Sebaliknya bila Anda mengatakan, “Gampang kok, kamu pasti bisa, Nak!” ketika anak hendak melakukan sesuatu, saat ia gagal melakukan hal yang dianggap mudah, tentu akan timbul rasa kecewa pada dirinya. Sebaliknya, bila ia berhasil melakukan hal tersebut, Si Kecil mungkin tidak merasa senang atau bangga, karena ia hanya menyelesaikan sesuatu yang dianggap mudah.

2. “Kamu belum bisa melakukannya, Nak.”

Anak-anak sering berkecil hati dan berkata, “Aku enggak bisa melakukannya.” Cobalah tanggapi dengan kalimat, “Kamu belum bisa melakukannya, Nak. Itu akan membutuhkan lebih banyak latihan.” Menambahkan kata "belum", sebuah kata kecil yang sederhana, bisa membantu membingkai ulang perjuangan anak. Jadi bukannya anak Anda tidak mampu melakukan suatu hal, ia hanya belum menguasainya dengan benar.

3. “Kamu sudah bekerja keras untuk itu, Nak.”

Sebagai orang tua, tentu kita ingin selalu memuji anak kita, entah itu mengatakan bahwa ia pintar, rajin, cantik, sempurna dan sebagainya. Meskipun bermaksud baik, pujian-pujian tersebut tidak bisa dikendalikan oleh anak. Pasalnya, ada saatnya anak berbuat kesalahan, sehingga ia takut akan mengecewakan orang tuanya.

Maka saat anak membawa pulang nilai 100 untuk ujiannya di sekolah, cobalah memuji upayanya bukan kecerdasannya. Coba katakan, “Kamu belajar berjam-jam untuk ujian itu dan kamu mendapat nilai A!” karena kalimat ini menempatkan fokus pada upaya, sesuatu yang dapat dikendalikan oleh seorang anak, dan membantu ia mengaitkan kerja keras dengan kesuksesan. Suatu saat ketika anak Anda membawa pulang nilai ujian yang buruk, ia akan tahu itu tidak berarti ia tidak pintar, melainkan ia hanya perlu belajar lebih banyak atau meminta bantuan.

4. “Masih ingat enggak, waktu kamu tidak bisa ikat tali sepatu sendiri?”

Ingatkan anak Anda tentang semua hal yang telah ia pelajari dan capai. Jika ia sedang berjuang dengan sangat keras belajar membaca dan merasa dirinya tidak akan pernah mahir membaca, maka cobalah untuk meluangkan waktu sejenak guna membicarakan sesuatu yang dulu ia perjuangkan, tetapi sekarang mudah baginya, seperti mengikat tali sepatu dengan sendiri. Mengingatkan anak dengan hal-hal yang pernah ia lakukan saat ia masih lebih kecil bisa membuat anak menyadari bahwa melakukan sesuatu yang baru itu memang sulit, tetapi ia akan lebih mudah melakukannya dengan usaha dan latihan.

5. “Kamu tahu enggak, otakmu bisa tumbuh, lho.”

Penting bagi Moms untuk menjelaskan pada anak Anda bagaimana proses seseorang dalam belajar. Untuk itu, tak ada salahnya membacakan buku tentang otak dan bagaimana pentingnya berlatih berulang kali untuk membuat otaknya merespons lebih baik dan lebih cepat dalam melakukan sesuatu. Namun ingat, ajarkan atau jelaskan pada Si Kecil dengan bahasa yang sederhana ya, Moms.

6. “Oops, gagal deh Mama bikin...”

Reaksi kegagalan yang Moms tunjukkan di depan anak bisa memiliki dampak yang sama besarnya dengan apa yang kita katakan kepadanya. Mengakui bahwa Anda telah melakukan kesalahan dan menunjukkannya bahwa tak mengapa berbuat salah bisa sangat membantu Si Kecil dalam menormalisasi kegagalan dan menanamkan mindset untuk berkembang ke depannya. Anda misalnya bisa berkata, “Oops gosong nih kuenya, coba bikin lagi, deh. Kayaknya Mama harus lebih baik nih, mengatur timer-nya”. (M&B/Vonda Nabilla/SW/Foto: Gpointstudio/Freepik)