Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Saat ini media sosial seakan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Bukan hanya orang dewasa, media sosial juga menjadi sarana untuk menunjukkan eksistensi bagi anak-anak praremaja.
Keinginan untuk memberitahu semua orang tentang aktivitas mereka, hobi, apa saja yang mereka sukai dan yang mereka pikirkan, membuat kebanyakan anak praremaja tak berpikir dua kali untuk mengunggah foto atau video mereka serta memberikan komentar di media sosial.
Bahkan terkadang, anak mengunggah foto dan video yang sesungguhnya tidak pantas untuk menjadi konsumsi publik, seperti foto dirinya dengan menggunakan pakaian yang sangat minim atau video sedang marah-marah sambil mengucapkan kata-kata kasar.
Lantas apa yang bisa Moms dan Dads lakukan saat buah hati Anda mengunggah konten yang tidak layak?
1. Mendengarkan alasan anak
Ketimbang memarahi anak, langkah pertama yang perlu Anda lakukan saat mengetahui anak mengunggah foto atau video yang tidak pantas di media sosial adalah mendengarkan alasannya mengapa ia melakukan hal tersebut. Emily Edlynn, Ph.D, seorang psikolog klinis dari Illnois, AS, mengatakan bahwa mengonfrontasi anak atas tindakannya tidak akan membuat anak sadar bahwa tindakannya salah.
“Mulailah dengan bertanya bagaimana ia mengambil keputusan soal apa yang akan ia unggah di media sosial, bukannya tentang kesan yang mungkin akan didapatkannya. Akan sangat menarik untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi keputusannnya. Sering kali pola pikir anak tentang 'berpikir dengan bijaksana' berbeda dengan Anda sebagai orang tua,” kata Edlynn seperti dilansir situs Parents.
Setelah mengetahui alasannya, tak ada salahnya jika Moms mencari tahu sejauh mana pengetahuan anak tentang keamanan dalam menggunakan internet, termasuk risiko mengunggah hal-hal yang bersifat provokatif. Mungkin anak sudah mengetahui sebagian dari “peraturan” dalam menggunakan media sosial. Nah, Anda bisa melengkapinya sambil mengajaknya berbicara dari hati ke hati, dalam kondisi tenang.
Ajak anak berpikir tentang masa depan. Misalnya, Anda bisa bertanya apakah ia mengetahui efek yang akan ditimbulkan 10 tahun ke depan dari foto provokatif yang diunggahnya saat ini? Bantu ia untuk berpikir soal risiko yang mungkin timbul dari unggahannya saat ini, untuk masa depannya. Setelah anak mengerti, maka ia akan lebih berhati-hati dalam bermain media sosial.
2. Menerapkan strategi penilaian
Setelah mengajak anak berdialog, Moms bisa mengajarkan cara sederhana kepada anak praremaja Anda untuk menilai apakah foto dan video yang akan ia unggah layak untuk menjadi konsumsi publik atau tidak. Dorong anak untuk memilah apakah sesuatu yang akan ia unggah tersebut atau komentar yang ditulisnya mengandung unsur kebenaran, kejujuran, membantu, menginspirasi, dan perlu atau tidak untuk dipamerkan ke publik. Dan pastikan juga anak mengetahui segala unggahan dan komentarnya tidak akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi dirinya nanti.
3. Jangan terlalu membatasi
Media sosial merupakan salah satu cara anak untuk mengekspresikan dirinya dan bersenang-senang. Tentunya, gaya anak praremaja dalam menggunakan media sosial akan berbeda dengan Anda sebagai orang tua. Oleh karena itu, Moms disarankan untuk tidak memaksa anak menggunakan media sosial berdasarkan norma-norma orang dewasa. Misalnya, Anda tak perlu marah jika anak bercanda dengan temannya di kolom komentar. Namun pastikan, Anda terus memantau dan memberikan pengarahan jika memang diperlukan.
Kesimpulannya, media sosial bisa menjadi sumber masalah tapi juga bisa berfungsi sebagai sarana untuk melatih kemampuan anak praremaja dalam berpikir kritis, mengambil keputusan yang baik, serta mengasah kelihaiannya dalam memberikan penilaian tentang baik dan buruk. Sebagai orang tua, Moms perlu mengarahkan anak agar menggunakan media sosial dengan baik dan sewajarnya. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)