TOODLER

Makanan Manis Pemicu Batuk pada Balita, Mitos atau Fakta?

Winter photo created by prostooleh - www.freepik.com

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Tidak sedikit orang tua melarang buah hatinya untuk mengonsumsi makanan atau camilan seperti cokelat, permen, atau es krim karena khawatir makanan-makanan tersebut akan memicu batuk pada Si Kecil. Apakah Moms termasuk salah satu di antaranya?

Makanan manis memang kerap diidentikan dengan batuk. Padahal penganan jenis ini biasanya sangat disukai oleh anak-anak. Rasa manis memang lebih mudah diterima oleh lidah Si Kecil. Bahkan tak jarang, anak-anak menjadi kecanduan makanan manis. Lantas benarkah makanan manis merupakan pemicu batuk pada Si Kecil?

Pengertian batuk

Perlu diketahui, batuk sesungguhnya bukanlah jenis penyakit. Batuk merupakan respons atau mekanisme alami tubuh untuk mengeluarkan lendir dan benda asing, seperti kuman, virus, serta debu, yang masuk ke dalam tenggorokan dan saluran pernapasan. Selain itu, batuk juga bisa terjadi saat seseorang menghirup asap rokok atau polusi.

Berdasarkan penjelasan tersebut, bisa disimpulkan bahwa makanan yang mengandung gula bukan penyebab utama anak batuk. Apabila dikonsumsi dalam batas normal, makanan manis tidak akan langsung menyebabkan batuk pada Si Kecil.

Namun pada sebagian anak, mengonsumsi makanan manis dalam jumlah yang berlebihan bisa menurunkan sistem kekebalan tubuh mereka. Alhasil, kuman dan virus pun akan lebih mudah menyerang dan menyebabkan mereka menderita sakit.

Ketika Si Kecil terkena infeksi pada tenggorokannya, misalnya karena flu, maka ia akan mengalami gejala batuk. Hal inilah yang membuat makanan manis sering dianggap sebagai pemicu batuk pada anak.

Faktor alergi dan intoleransi

Selain itu, setiap anak juga memiliki tingkat toleransi yang berbeda terhadap jenis makanan tertentu, termasuk makanan yang mengandung gula. Ada sebagian anak yang mengalami alergi atau intoleransi gula sehingga makanan manis bisa menimbulkan reaksi tertentu di tubuhnya.

Meski jarang terjadi, reaksi ketidakcocokan terhadap gula juga bisa memicu batuk atau gejala lain, seperti diare, sakit perut, bibir bengkak, dan gatal-gatal setelah mengonsumsi makanan manis. Selain itu, sebuah penelitian yang dilakukan terhadap hewan juga mengungkapkan bahwa pemanis buatan nonkalori yang disebut sukralosa juga bisa menyebabkan batuk. Akan tetapi belum ada penelitian khusus yang membuktikan bahwa pemanis buatan bisa memicu batuk pada manusia.

Berdasarkan hal itu, Moms tidak perlu terlalu khawatir jika Si Kecil sesekali mengonsumsi makanan manis. Selama tidak ada unsur pemicu alergi di dalam penganan manis tersebut, maka tak ada alasan bagi Anda untuk melarang anak untuk memakannya.

Di sisi lain, Moms tentunya tahu bahwa mengonsumsi makanan manis secara berlebihan juga bisa memicu masalah kesehatan lain, seperti diabetes dan obesitas. Selain itu, makanan manis juga bisa menyebabkan masalah pada gigi. Untuk alasan tersebut, Anda perlu membatasi konsumsi makanan manis Si Kecil. Jangan lupa juga untuk membiasakan anak menggosok gigi setelah makan makanan manis.

Sebagai catatan, anak-anak berusia 2 hingga 18 tahun dianjurkan untuk mengonsumsi gula tidak lebih dari 25 gram atau setara 6 sendok gula per harinya. Sedangkan, anak berusia di bawah 2 tahun sangat tidak dianjurkan untuk mengonsumsi gula tambahan sama sekali. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)