BUMP TO BIRTH

Awas, Trombositopenia pada Ibu Hamil Bisa Berakibat Fatal!


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Trombositopenia, dari namanya mungkin Anda sudah bisa menebak jenis gangguan kesehatan yang satu ini berhubungan dengan trombosit atau keping darah.

Dalam istilah medis, trombositopenia merupakan kondisi rendahnya jumlah trombosit dalam darah. Pengidap trombositopenia memiliki trombosit di bawah batas minimal, yaitu kurang dari 150 ribu per mikroliter darah.

Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pada ibu hamil. Nah, Moms yang mengalami trombositopenia saat masa kehamilan perlu segera mendapatan penanganan yang tepat. Pasalnya, masalah kesehatan yang satu ini bisa menyebabkan ibu hamil kehilangan darah secara permanen, mengalami anemia, memicu gangguan sistem kekebalan tubuh, dan komplikasi berbahaya lainnya.

Peran trombosit bagi ibu hamil

Pada manusia, trombosit berfungsi sebagai pembeku darah untuk menutup luka dan mencegah terjadinya perdarahan berlebih. Saat terdapat luka, protein tubuh mengumpulkan trombosit di area luka tersebut untuk mempercepat proses penyembuhan.

Jika kadar trombosit berkurang, luka yang dialami ibu hamil akan sulit untuk menutup dan proses penyembuhannya pun bisa jadi akan lebih lama. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan yang membahayakan kondisi ibu dan janin.

Trombositopenia sesungguhnya merupakan kasus yang cukup umum terjadi pada ibu hamil. Sebanyak 7-12 persen wanita hamil mengalami kondisi ini, dan sebagian besar kasusnya disebabkan oleh trombositopenia gestasional, yaitu kondisi penurunan kadar trombosit yang disebabkan oleh perubahan selama kehamilan.

Perlu diketahui, berbagai perubahan yang terjadi pada tubuh selama masa kehamilan dapat menyebabkan peningkatan volume plasma darah, penumpukan atau penggunaan trombosit di plasenta, dan perubahan fisiologis lainnya. Selama trombosit masih berada di atas angka 100 ribu mikroliter, trombositopenia tidak menimbulkan gejala dan tidak memerlukan terapi apa pun.

Di sisi lain, trombositopenia juga bisa disebabkan oleh solusio plasenta, preeklampsia, infeksi berat, paparan radiasi dalam waktu lama, hingga dampak persalinan secara caesar. Rendahnya kadar trombosit selama masa kehamilan bisa dideteksi sejak trimester pertama.

Terkadang, jumlah trombosit yang sangat rendah bisa menjadi tanda adanya masalah dengan kehamilan. Ini bisa menjadi komplikasi langka dari preeklampsia pada akhir kehamilan, yang disebut sindrom HELLP, yang juga menyebabkan gejala berikut ini:

• Tekanan darah tinggi dan protein dalam urine

• Nyeri tepat di bawah tulang rusuk

• Sakit kepala parah

• Mual

• Pembengkakan kaki, pergelangan kaki dan tangan, serta wajah yang terjadi secara mendadak.

Faktor ITP (immune thrombocytopenic purpura)

Selain karena masalah kehamilan, rendahnya kadar trombosit juga bisa terjadi karena sistem imun menyerang trombosit yang sehat (penyakit autoimun). Kondisi ini disebut immune thrombocytopenic purpura (ITP). Kondisi ini harus mendapat penanganan medis karena pengidap ITP rentan mengalami perdarahan. Bahkan tindakan sehari-hari seperti menggaruk pipi atau tergores benda tajam bisa mengakibatkan perdarahan yang cukup parah.

ITP ditandai dengan penurunan kadar trombosit hingga kurang dari 50 ribu mikroliter. Ibu hamil dengan ITP berisiko lebih besar untuk mengalami solusio plasenta dibandingkan ibu hamil dengan kadar trombosit normal (150.000- 450.000 mikroliter). Solusio plasenta adalah kondisi terlepasnya plasenta sebelum persalinan berlangsung.

Pada beberapa kasus, solusio plasenta terjadi pada usia kehamilan 20 minggu dan membuat sel-sel darah pada dasar plasenta keluar secara spontan. Pelepasan plasenta bisa terjadi sebagian atau menyeluruh. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)