Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Co-parenting merupakan rekomendasi umum gaya mengasuh anak bagi orang tua yang bercerai. Namun, jika hubungan antara suami dan istri tidak berakhir dengan baik atau terkendala konflik tertentu, co-parenting dapat sulit dilakukan.
Namun urusan merawat Si Kecil tentu tetap perlu dilakukan dengan optimal. Pasalnya, menghabiskan waktu dengan orang tua adalah aspek penting bagi pertumbuhan Si Kecil. Maka daripada co-parenting, parallel parenting dapat menjadi solusi untuk mengasuh Si Kecil usai perceraian yang penuh konflik dan rumit. Yuk, simak penjelasannya berikut ini, Moms!
Teruntuk Orang Tua dengan Konflik yang Rumit
Mengutip WebMD, co-parenting dilakukan ketika masing-masing orang tua bekerja sama untuk mengasuh anak mereka. Peraturan yang diterapkan di masing-masing rumah mirip dan kedua orang tua bersedia untuk tetap tampil bersama di depan Si Kecil.
Dengan metode ini, Moms dan Dads secara aktif berdiskusi dan membuat kesepakatan bersama tentang solusi serta cara merawat anak sehari-hari. Moms dan Dads bahkan juga tetap menghadiri acara sekolah Si Kecil bersama-sama.
Namun, semua hal tersebut dapat sulit dilakukan jika Moms dan Dads mengalami konflik, memiliki latar belakang perceraian yang rumit, atau tidak setuju melepaskan hak asuh anak. Untuk itu, parallel parenting bisa menjadi solusi alternatif. Dengan gaya parenting ini, Moms dan Dads tak perlu melibatkan satu sama lain dalam mengurus Si Kecil.
Masing-masing orang tua memiliki tanggung jawabnya sendiri dan dapat melakukan kesehariannya merawat anak tanpa orang tua lainnya. Sebagai contoh, Moms bisa bertanggung jawab soal pendidikan dan aktivitas ekstrakurikuler Si Kecil, sedangkan Dads mengurus kebutuhan logistik Si Kecil. Tanggung jawab masing-masing orang tua biasanya dilengkapi dengan otoritas akan pembuatan keputusan. Dengan parallel parenting, orang tua bergantian untuk menghadiri kegiatan Si Kecil.
Trik Membuat Rencana Parallel Parenting
Rencana parallel parenting perlu dibuat secara spesifik dan mendetail. Tujuannya adalah untuk membatasi komunikasi dan kontak oleh masing-masing orang tua. Beberapa hal penting soal rencana parallel parenting yang perlu Moms ketahui, yakni:
⢠Masa atau durasi pengasuhan anak oleh masing-masing orang tua.
⢠Waktu dan tempat spesifik untuk berganti piket mengurus anak.
⢠Tanggung jawab akan transportasi.
⢠Solusi jika seseorang membatalkan atau mengubah jadwal mengurus anak.
⢠Hari-hari spesifik untuk berkunjung.
⢠Kapan masing-masing orang tua memiliki wewenang untuk membuat keputusan.
Orang tua juga bisa membuat sebuah buku agenda atau buku komunikasi, untuk memudahkan masing-masing dari mereka memahami perkembangan Si Kecil. Buku ini perlu dibawa setiap kali Si Kecil berpindah, dari satu orang tua ke orang tua lainnya.
Umumnya, buku komunikasi untuk balita berisi jadwal makan dan tidur, kecelakaan, metode menenangkan saat marah, perkembangan milestonestertentu (misalnya potty training), hasil perjumpaan dengan dokter, penyakit, dan obat-obatan.
Sedangkan buku komunikasi untuk anak yang lebih besar berisi kegiatan sekolah, kegiatan religius, aktivitas ekstrakurikuler, aktivitas sosial anak, perkembangan sekolah dan laporan nilainya, masalah perilaku, serta rutinitas mandi, makan, dan tidur.
Tips Parallel Parenting yang Sukses
Agar parallel parenting bisa berjalan dengan lancar untuk pasangan yang sudah bercerai dalam mengasuh anak mereka, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
⢠Kurangi kesempatan komunikasi orang tua seminimal mungkin. Ketika perlu bicara, lebih baik lakukan melalui e-mail atau pesan. Simpan semua riwayat komunikasi.
⢠Jangan merespons komunikasi yang penuh intimidasi atau pelecehan. Semua komunikasi perlu difokuskan kepada proses perawatan Si Kecil.
⢠Hindari menghadiri kegiatan anak bersamaan. Ikuti rencana parallel parenting yang telah disepakati dan dibuat bersama.
⢠Tak perlu ambil pusing tentang apa yang terjadi di momen parenting salah satu orang tua. Si Kecil dapat beradaptasi terhadap peraturan rumah yang berbeda. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)