Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Si Kecil telah menginjak usia balita. Ia pun sudah mulai makan berbagai macam makanan pendamping ASI. Melihat perkembangan Si Kecil tersebut, Anda pun jadi berpikir, apakah sudah saatnya menyapih buah hati Anda? Namun, menentukan kapan saat balita perlu disapih terkadang bukan keputusan yang mudah ya, Moms. Meskipun memang sudah waktunya, tak jarang Si Kecil belum merasa siap untuk disapih.
Ya, walaupun sudah balita, masih banyak juga anak yang belum menunjukkan tanda-tanda siap disapih, dan mungkin termasuk balita Anda, Moms. Karena itu, Anda pun memutuskan untuk tetap menyusuinya. Namun, bisa jadi Moms akan mendengar berbagai komentar sinis dan negatif dari orang-orang sekitar atas keputusan yang Anda pilih tersebut.
Memang, ada banyak mitos yang mungkin Anda dengar seputar balita yang masih menyusu. Padahal, yang namanya mitos, belum tentu hal tersebut benar adanya, kan? Nah, ini beberapa mitos yang beredar terkait balita yang masih menyusu dan penjelasannya yang perlu Anda ketahui, Moms.
Mitos: Gizi ASI tak lagi baik untuk balita
Fakta: Tahukah Anda bahwa kekebalan tubuh anak butuh waktu 2-6 tahun agar benar-benar siap dan bekerja optimal? ASI akan terus memberikan zat kekebalan tubuh itu selama masih terus diberikan pada anak di rentang usia tersebut. Fakta ini tercatat dalam jurnal American Academy of Pediatrics dalam artikel "The Effects of Breastfeeding on Toddler Health".
Selain itu, penelitian di Bangladesh yang dibukukan dengan judul Prolonged Breastfeeding as Prophylaxis for Recurrent Otitis Media menyebutkan bahwa ASI masih memenuhi zat penting dalam hidup anak, terutama vitamin A pada tahun kedua dan ketiga Si Kecil.
Mitos: Balita yang masih menyusu akan tumbuh jadi anak manja dan tidak mandiri
Fakta: Bukan proses menyusui yang membuat anak jadi manja, tetapi cara pengasuhan anak yang kurang baik. Penyebab lainnya adalah ketidakkonsistenan pola asuh antara Moms dan Dads dalam mengasuh Si Kecil.
Bagi seorang anak, proses menyusu merupakan jawaban dari kebutuhannya, bukan hanya akan nutrisi yang terbaik, tetapi juga kasih sayang ibu, kenyamanan, dan kebutuhan untuk diperhatikan. Ketika ia menilai bahwa semua kebutuhan ini telah terpenuhi, ia akan menyapih dirinya sendiri. Dan setiap anak memiliki waktunya masing-masing.
Sebagai orang tua, Anda tak bisa memaksa Si Kecil untuk merangkak, berjalan, atau berbicara sebelum ia siap. Begitu juga dengan menyapih. Orang tua biasanya mengikuti anjuran pihak lain untuk menyapih Si Kecil tanpa mempertimbangkan akibatnya bagi Si Kecil dan bagi diri mereka sendiri.
Menyapih adalah fase penting dalam hidup anak. "Beberapa orang tua mengerti betapa krusialnya proses penyapihan bagi anak, namun tak menyadari risiko bagi perkembangan anak jika dilakukan tanpa kesiapan dari Si Kecil," ujar Kathleen Huggins, penulis The Nursing Mother's Companion.
Pendapat ini diperkuat oleh dr. William Sears, dalam bukunya The Baby Books, yang menjelaskan dampak positif extended breastfeeding pada kemandirian anak. Ia menyebutkan bahwa anak yang disapih pada waktunya, dalam arti, sesuai dengan keinginan anak sendiri, akan tumbuh menjadi anak yang lebih disiplin, mampu mengontrol emosi, merasa nyaman dengan dirinya sendiri, dan lebih bahagia dibandingkan anak yang disapih sebelum waktunya.
Mitos: Menyusui balita bisa timbulkan masalah seksual pada anak
Fakta: Jika mencium dan memeluk seorang anak merupakan hal yang wajar, lalu mengapa menyusui, yang merupakan ungkapan alami seorang ibu untuk menyayangi anaknya dipandang sebagai tindakan yang bisa menimbulkan masalah seksual? Salah satu indikasinya karena masyarakat memandang payudara sebagai organ seksual.
Padahal pada dasarnya, payudara perempuan memiliki fungsi alami sebagai organ yang bisa memberikan nutrisi untuk anak. Bagi seorang balita yang masih polos dan murni, payudara ibu merupakan media baginya mendapatkan air susu, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan, tak lebih dari itu. (M&B/SW/Dok. Freepik)