BUMP TO BIRTH

Herpes saat Hamil, Ini Bahayanya pada Janin yang Dikandung


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Kehamilan merupakan momen yang membahagiakan bagi seorang wanita. Namun, kehamilan juga membuat wanita rentan mengalami masalah kesehatan dan penyakit. Salah satu yang patut diwaspadai adalah infeksi herpes. Penyakit herpes pada ibu hamil bisa berpengaruh pada perkembangan dan kesehatan janin dalam kandungan.

Herpes sendiri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus herpes simpleks. Virus ini juga termasuk dalam kelompok penyakit TORCH yang berasal dari empat bakteri atau virus, yakni Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes Simplex. Infeksi dari penyakit ini bisa berisiko fatal terhadap kehamilan.

Ada dua jenis virus yang dapat menyebabkan herpes, yaitu virus herpes simpleks (HSV) 1 dan virus herpes simpleks (HSV) 2. HSV 1 merupakan herpes oral yang bisa menyebabkan luka di sekitar atau di dalam mulut, sedangkan HSV 2 merupakan herpes genital yang bisa menyebabkan luka di alat kelamin. Virus ini bisa menyerang siapa saja, termasuk ibu hamil.

Gejala Herpes pada Ibu Hamil

Virus herpes dapat menular akibat kontak langsung dengan penderita, baik melalui luka terbuka, air liur, mulut, atau organ genital. Gejala yang dirasakan dapat bervariasi. Namun, secara umum, herpes bisa memicu munculnya lenting-lenting kecil yang menyebabkan perih hingga nyeri.

Herpes yang kerap menyerang ibu hamil adalah herpes genital. Selain munculnya luka atau lenting kecil yang menyebabkan gatal, sakit, dan nyeri di area genital, beberapa gejala yang dialami bila ibu hamil terkena herpes di antaranya adalah demam, nyeri otot, mual, dan kelelahan. Akan tetapi, tidak setiap virus herpes menandakan gejala-gejala tersebut. Karena itu, pemeriksaan dokter sangat disarankan sehingga tidak berakibat fatal bagi kesehatan ibu dan janin.

Risiko Ibu Hamil Terkena Herpes

Penyakit herpes yang dialami oleh ibu hamil bisa berisiko membahayakan kehamilan dan janin dalam kandungan. Bahaya atau tidaknya penyakit ini tergantung pada kapan pertama kali sang ibu terinfeksi virus herpes.

Jika ibu hamil sudah pernah terinfeksi penyakit herpes sebelum mengandung, maka kecil kemungkinannya akan membahayakan bayi. Itu dikarenakan antibodi pelindung tubuh dan pelawan virus herpes akan diturunkan dari ibu kepada anak. Sedangkan jika ibu hamil pertama kali terinfeksi penyakit herpes saat hamil trimester pertama atau kedua, maka ia berisiko besar mengalami keguguran.

Namun jika ibu hamil pertama kali terinfeksi penyakit herpes saat kehamilan memasuki trimester ketiga, risiko janin tertular virus menjadi jauh lebih tinggi. Pasalnya, semakin mendekati waktu kelahiran, semakin kurang waktu bagi ibu untuk memproduksi antibodi yang dapat melindungi janinnya dari virus.

Pencegahan Herpes pada Ibu Hamil

Untuk mencegah penularan penyakit herpes pada ibu ke janin, ibu hamil akan disarankan untuk minum obat antivirus dan menjalani persalinan melalui operasi caesar. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengidap herpes melalui persalinan normal akan mengalami risiko herpes neonatal sebesar 40 persen.

Hal itu disebabkan jika melahirkan secara normal, Si Kecil bisa terkena virus melalui kontak dengan luka terbuka atau lentingan berisi cairan pada vagina ibu. Pertimbangan cara persalinan dengan caesar dilakukan untuk mengurangi risiko transmisi ke janin. Dengan demikian, bayi tidak terpapar dengan virus herpes yang ada di sekitar vagina.

Karena itu, ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan teratur, sehingga jika Anda terdeteksi terkena herpes, maka penanganan dan pengobatannya bisa dilakukan dengan tepat sesegera mungkin. Kesehatan kehamilan Anda tetap terjaga dan bayi pun bisa dilahirkan dengan aman dalam keadaan sehat. (M&B/SW/Dok. Freepik)