TOODLER

10 Mitos Seputar Tumbuh Kembang Balita yang Keliru


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Tumbuh kembang setiap anak berbeda. Mungkin ada anak yang lebih cepat bisa berjalan, ada yang mudah dan mau diberi berbagai variasi makanan, sementara anak lainnya mungkin terlambat bicara, memiliki siklus tidur yang kurang baik, dan lain sebagainya.

Mungkin tak sedikit Moms yang berkecil hati bila anaknya mengalami keterlambatan pada tumbuh kembangnya. Ditambah lagi adanya mitos terkait tumbuh kembang anak yang menjadi patokan kemajuan maupun keterlambatan perkembangan anak sesuai usianya. Sebelum Moms memercayainya, seperti dilansir laman Childmags, Moms perlu tahu mitos-mitos terkait tumbuh kembang balita berikut ini yang sebenarnya keliru.

1. Harus sudah bisa jalan di usia 12-13 bulan 

Ini keliru! Menurut Fisioterapis Neurologi Anak, Mary-Anne Xenitelis dari Melbourne's Paediatric Physiotherapy Centre, usia tersebut merupakan usia di mana anak harusnya bisa menikmati masa belajar merangkak di lantai untuk meningkatkan kekuatan dan keseimbangan tubuhnya. Bila seorang anak belum bisa berjalan sebelum usianya 18 bulan, maka sepatutnya Anda khawatir.

2. Harus makan berbagai jenis makanan setiap hari

Menurut ahli gizi, Deb Blakley dari Kids Dig Foo, setiap harinya balita biasanya tidak makan semua jenis makanan yang mungkin Moms sajikan untuknya. Bila hari ini Si Kecil mau makan brokoli atau apel, keesokannya mungkin ia akan menolaknya, dan ini merupakan hal normal. Meskipun begitu, tetaplah tawarkan berbagai jenis makanan setiap harinya pada Si Kecil ya, Moms.

3. Harus belajar toilet training di usia 18 bulan

Memang, tak sedikit anak yang sudah belajar toilet training saat mereka berusia 15 bulan. Namun, seberapa dini pun anak memulainya, hal tersebut tak menjamin kesuksesan toilet training yang dilakukan, karena ada juga anak usia 18 bulan yang sudah lancar toilet training tetapi kembali mengompol saat berusia 3 tahun.

4. Belajar baca sejak dini agar jadi anak genius

Belajar baca sejak usia dini tak menjamin Si Kecil akan jadi anak genius, Moms. Daripada mengajarkan huruf dan angka dengan teknik hafalan, Profesor Elaine Reese, psikolog di Universitas Otago, mengatakan bahwa lebih baik Si Kecil belajar berbahasa dari interaksi yang kaya dan menyenangkan di antara Anda berdua.

5. Anak balita pasti mengalami tantrum, benarkah?

Tak hanya saat balita, perlu diingat, tantrum bisa muncul saat anak berjuang untuk menguasai suatu situasi atau dirinya sendiri. Untuk mengatasi anak tantrum, Dr. Ruth Schmidt Neven, psikolog klinis anak, menyarankan untuk membuat batasan karena dapat membantu Si Kecil merasa aman dan dicintai, serta mengatasi emosinya sendiri. Misalnya saat Moms memutuskan untuk tidak membelikan Si Kecil camilan di supermarket, tetaplah konsisten melakukan hal tersebut. Jangan melakukan hal berbeda di hari lainnya.

6. Harus pakai tabir surya setiap saat

Meski sinar ultra violet matahari memang diketahui dapat menyebabkan kanker, tetapi sinar tersebut juga merupakan sumber vitamin D yang baik untuk Si Kecil. Pastikan Si Kecil berjemur di sinar matahari selama beberapa menit setiap harinya demi memenuhi asupan vitamin D untuk tubuh. Tak perlu menggunakan tabir surya Moms, cuma sebentar, kok.

7. Harus sudah pandai berbagi dengan orang di sekitarnya

Sebenarnya, kemampuan balita untuk berbagi dengan orang lain belum sepenuhnya matang hingga ia berusia sekitar 4 tahun. Menurut Profesor Jennifer McIntosh dari Centre for Social and Early Emotional Development di Deakin University, berbagi melibatkan seperangkat keterampilan yang kompleks.

Mungkin bila orang tua menunjukkan perilaku responsif, hangat, dan murah hati di tahun pertama kehidupan Si Kecil, maka semakin besar pula kemungkinan Anda melihat Si Kecil sudah pandai berbagi saat ia berusia 2 sampai 3 tahun. Sementara itu saat ia sudah berusia 4 tahun, Si Kecil sudah mengerti mana mainannya dan mana mainan yang harus dimainkan bersama.

8. Balita tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga

Kenyataannya, balita senang membantu pekerjaan rumah tangga. Moms pasti suka melihat Si Kecil bisa meletakkan pakaian kotor di keranjang cucian, membantu mengemas mainannya, meletakkan serbet di atas meja, membawa piring plastik bahkan menyemprot taman. Semua hal tersebut menyenangkan baginya dan tak ada salahnya sesekali melibatkan Si Kecil dalam pekerjaan rumah tangga.

9. Menerapkan Three second rule

"Enggak apa-apa, Nak, belum 5 menit, kok" alias baru tiga detik. Saat makanannya terjatuh dalam waktu yang belum lama, Moms mungkin akan meminta Si Kecil untuk mengambilnya kembali dan membolehkan Si Kecil makan makanan yang telah jatuh tersebut.

Namun sebenarnya, perlu diperhatikan juga jenis makanan yang dijatuhkan dan seberapa bersih permukaan tempat makanan itu terjatuh. Menurut Grace Smith, Manajer Umum Institut Keamanan Pangan Australia, semakin berpori dan mudah menyerap suatu makanan yang jatuh, maka semakin berbahaya (bila tetap dikonsumsi) makanan tersebut.

10. Balita pasti tidur nyenyak sepanjang malam

Sarah Ockwell-Smith, penulis The Gentle Sleep Book mengatakan bahwa balita justru lebih sering terbangun dibandingkan orang dewasa karena mereka memiliki lebih banyak siklus tidur. Selain itu, balita juga memiliki lebih banyak waktu untuk bermimpi, namun lebih sering mimpi buruk. Belum lagi bila ia tidur terpisah dengan orang tuanya yang kemungkinan membuat Si Kecil merasa gelisah saat tidur. (Vonda Nabilla/SW/Dok. Freepik)