Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Pemeriksaan kondisi tubuh dan fungsi organ bayi secara menyeluruh setelah ia dilahirkan sangatlah penting. Hal ini biasanya dilakukan oleh dokter anak yang pertama kali memeriksa bayi setelah dilahirkan. Sebagai orangtua, Anda harus bersikap kritis jika melihat sesuatu yang ‘berbeda’ pada tubuh Si Kecil. Jangan pernah beranggapan bahwa perbedaan pada tubuh Si Bayi adalah hal yang wajar dan akan menjadi normal seiring pertumbuhannya, sehingga Anda tidak membawanya ke dokter.
Salah satu organ tubuh yang kerap luput dari perhatian orangtua terhadap bayi laki-lakinya adalah pada bagian penis. Padahal terdapat kelainan bawaan yang membuat uretra (lubang kencing) tidak berada di ujung kepala penis yang dikenal dengan istilah hipospadia. Pada bayi yang menderita hipospadia, penisnya akan tampak melengkung ke arah bawah. Hipospadia juga sering disertai dengan beragam kelainan bawaan, seperti mikropenis (penis kecil), testis retraktil (testis sudah mengalami penurunan sempurna, namun tidak berada di tempat yang sesuai), kriptorkismus (testis turun), dan sebagainya.
Meski hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari hipospadia, beberapa peneliti mengatakan, faktor herediter (keturunan), genetik, endokrin (kelainan kelenjar), dan lingkungan memiliki andil dalam menyebabkan terjadinya hipospadia. Jika terlambat ditangani, hipospadia dapat menimbulkan berbagai keluhan pada anak di masa depan. Keluhan yang paling utama adalah terjadinya gangguan fungsi reproduksi. Saat ereksi, bentuk penis yang melengkung ke bawah menyulitkan penetrasi dan sperma yang keluar saat orgasme akan menyembur ke luar vagina, sehingga dapat menyebabkan kegagalan konsepsi (pembuahan).
Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut seputar hipospadia, baca majalah Mother&Baby edisi Juni 2014 ya, Moms! (DC/Sagar/DT//Dok. M&B)