Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Virus corona terus bermutasi dan memunculkan varian baru. Setelah beberapa waktu lalu ditemukan masuk ke Indonesia adalah mutasi virus corona B.1.1.7., kini muncul varian terbaru dengan nama N439K. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap varian baru ini.
"Belum lama ini pemerintah mengumumkan varian B.1.1.7 dan di dunia telah terdapat varian baru lagi yang berkembang ditemukan di lnggris, yakni N439K," kata Ketua IDI Daeng M Faqih dalam keterangan tertulis, seperti dikutip dari Kompas.com.
Varian ini sudah ditemukan di 30 negara dan dinilai lebih "pintar" daripada virus corona yang ada sebelumnya. Karena itu, IDI mengimbau untuk menerapkan protokol kesehatan yang lebih ketat. Berikut yang perlu diketahui tentang varian N439K ini.
1. Pertama kali ditemukan Maret 2020 di Skotlandia
Varian N439K ditemukan pertama kali pada Maret 2020 dan terdeteksi di Skotlandia. Sejak saat itu, garis keturunan kedua (B.1.258) telah muncul secara independen di negara-negara Eropa lainnya. Hingga Januari 2021, varian ini telah terdeteksi di lebih dari 30 negara di seluruh dunia.
2. Kebal terhadap antibodi
N439K juga ditemukan memberikan resistensi terhadap antibodi pada tubuh beberapa individu dan antibodi monoklonal. "Virus ini memiliki banyak cara untuk menghindari kekebalan dan mempertahankan kemampuan menginfeksi dan menyebabkan penyakit," ujar Gyorgy Snell, Direktur Senior Biologi di Vir Biotechnology. Dari penelitian ini, bisa disimpulkan bahwa N439K ini belum dapat diatasi dengan vaksin COVID-19 sekarang. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menciptakan vaksin yang lebih tepat dan efektif guna mengatasi varian baru ini.
Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban, dalam akun Twitternya menyebutkan "Yang paling disorot dari N439K adalah sifatnya yang resistan terhadap antibodi alias tidak mempan. Baik itu antibodi dari tubuh orang yang telah terinfeksi, maupun antibodi yang telah disuntikkan ke tubuh kita," ujarnya.
3. Lebih mudah menular
Ahmad Utomo, ahli biologi molekuler Indonesia, menyatakan bahwa varian baru N439K sejauh ini tidak memiliki gejala atau ciri khusus. Artinya, gejala yang akan timbul dari mutasi N439K ini hampir sama dengan infeksi SARS-CoV-2 sebelum bermutasi. Meskipun begitu, disebutkan bahwa varian N439K ini relatif lebih mudah menular, sehingga jumlah penderita bisa lebih banyak.
4. Tidak termasuk VOI dan VOC WHO
Menurut keterangan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, varian ini telah terdeteksi oleh Lembaga Kesehatan Dunia (WHO). "Namun perlu diketahui bersama, N439K tidak termasuk bagian dari Variant of Interest (VOI) dan Variant of Concern (VOC) WHO", jelas Budi seperti dikutip dari Antaranews.com.
VOI sendiri merupakan salah satu instrumen WHO dalam mengklasifikasikan mutasi virus yang terbukti menyebabkan penularan. Mutasi virus bisa naik statusnya menjadi VOC jika terbukti memiliki tingkat penularan dan keparahan lebih tinggi serta menjadi ancaman pada mekanisme penanganan kesehatan.
5. Pencegahan
Untuk pencegahannya, pemerintah dan masyarakat diimbau untuk memperketat protokol kesehatan melalui 3T (testing, tracing, dan treatment) serta 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, serta mengurangi mobilitas).
Lebih lanjut, untuk mewaspadai penyebaran virus, masyarakat juga diminta untuk membatasi aktivitas di ruang tertutup ber-AC dalam durasi yang lama. Hal ini karena ventilasi udara di ruangan AC dianggap buruk dan virus hanya akan berputar di dalam ruangan tersebut. Akan tetapi, jika Anda harus berada di ruangan tertutup dengan AC, maka selalu ingat untuk mengenakan masker dengan benar serta tetap menjaga jarak aman. (M&B/SW/Dok. Freepik)