Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Keadaan ibu saat hamil memang dapat membawa pengaruh pada janin. Sebuah buku kontroversial dari Belanda mengatakan, stres yang dirasakan selama kehamilan dan gaya hidup bumil yang kurang baik, seperti merokok, dapat meningkatkan kemungkinan anak mereka mengalami gangguan seksual saat dewasa.
Dalam buku berjudul “We Are Our Brains” yang ditulis oleh neuroscientist asal Belanda, Dick Swaab, disebutkan bahwa hal-hal yang memengaruhi kehamilan tersebut dapat mengubah hormon dan membentukan otak mereka, termasuk membuat seorang anak tumbuh menjadi gay atau kelainan seksual lainnya.
Dalam pernyataan kontroversialnya, Profesor Swaab percaya bahwa seksualitas anak juga ditentukan saat di dalam rahim dan tidak dapat diubah, lantaran selama ini pendapat lain menyebutkan bahwa kelainan seksual dapat dipengaruhi oleh pola asuh orangtua, lingkungan pergaulan, atau pilihan gaya hidup dari masing-masing individu. Namun, menurut Prof. Swaab, belum ada penelitian apa pun yang dapat membuktikan bahwa perkembangan setelah anak beranjak dewasa dapat memengaruhi orientasi seksual seseorang.
"Anak-anak yang dibesarkan oleh kaum lesbian belum tentu akan tumbuh menjadi lesbian atau homoseksual. Belum ada bukti juga bahwa homoseksualitas adalah “pilihan gaya hidup" seseorang. Yang dapat kita ketahui adalah tentang perkembangan otak janin selama kehamilan yang dapat dipengaruhi oleh reaksi senyawa kimia yang dialami sang ibu,” ungkap Prof. Swaab, dilansir dari sumber Daily Mail.
Ia juga mengklaim bahwa obat yang diresepkan pada dua juta ibu yang memerangi keguguran selama tahun 1940 dan 1950-an meningkatkan kemungkinan terjadinya biseksual dan homoseksualitas pada anak-anak mereka yang belum lahir. Selain itu, paparan nikotin atau amfetamin sebelum melahirkan juga meningkatkan kemungkinan anak tumbuh menjadi perempuan lesbian.
"Wanita hamil yang menderita stres juga lebih berisiko melahirkan anak homoseksual, karena tingkat hormon stres kortisol sang ibu yang meningkat dapat mempengaruhi produksi hormon seks janin,".
Sebelumnya, pendapat-pendapat Profesor Swaab memang banyak memicu kontroversi di masyarakat, salah satunya tentang gagasan bahwa kelahiran yang sulit dapat menyebabkan skizofrenia, autisme, dan anoreksia.
Ben Summerskill, chief executive dari sebuah organisasi hak asasi di Stonewall membantah pendapat Prof. Swaab. "Sepertinya tidak ada bukti yang mendukung gagasan bahwa gaya hidup ibu dapat memengaruhi perubahan seksualitas anak. Selama ini banyak anggapan tentang faktor kelainan seksual tersebut, tetapi belum ada bukti yang dapat menjelaskannnya dengan baik,”. (Aulia/OCH/dok.M&B)