FAMILY & LIFESTYLE

Mengenal Hipospadia yang Dialami Eks Pevoli Aprilia Manganang


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Nama Aprilia Manganang menjadi sorotan dalam sepekan terakhir. Mantan atlet voli Indonesia ini dipastikan berjenis kelamin laki-laki, bukan perempuan seperti statusnya selama ini.

Kepastian status Aprilia diumumkan oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) TNI, Jenderal Andika Perkasa, pada Selasa (9/3/2021). Menurut Andika Perkasa, Aprilia yang juga merupakan prajurit TNI aktif dengan pangkat Sersan Dua (Serda) telah menjalani serangkaian pemeriksaan medis sejak 3 Februari 2021. Dan hasilnya, dipastikan Aprilia berjenis kelamin laki-laki.

Padahal sebelumnya, Aprilia dikenal sebagai salah satu atlet voli putri terbaik di Indonesia. Bersama tim voli putri Indonesia, ia berhasil meraih perunggu di ajang SEA Games 2013 dan 2015, plus medali perak di SEA Games 2017.

Mengalami Hipospadia

Adalah kelainan alat kelamin, hipospadia, yang menyebabkan Aprilia salah diidentifikasi sebagai seorang perempuan. Hipospadia merupakan sebuah kelainan bawaan sejak lahir yang ditandai dengan keanehan letak uretra atau lubang kencing pada bayi laki-laki.

Normalnya, uretra terletak di ujung penis. Akan tetapi pada bayi laki-laki pengidap hipospadia, uretra bisa berada di suatu tempat dekat kepala penis, sepanjang batang penis, atau di bagian bawah penis seperti yang dialami oleh Aprilia Manganang.

Dalam kasus Aprilia Manganang, kelainan ini tidak diketahui oleh petugas kesehatan yang membantu proses persalinan dirinya. Itulah alasan sejak lahir, ia dinyatakan berstatus perempuan. Begitu pula saat bergabung dengan TNI, Aprilia Manganang juga dinyatakan sebagai perempuan sesuai dengan kartu identitasnya. Namun setelah melalui pemeriksaan dengan seksama, termasuk pemeriksaan hormon, Aprilia Manganang baru dinyatakan sebagai laki-laki.

Hipospadia perlu segera ditangani karena bisa menyebabkan bayi kesulitan buang air kecil atau berhubungan seksual ketika dewasa kelak. Karena letak lubang kencing tidak normal, bayi dengan hipospadia bisa mengalami gejala seperti percikan urine tidak normal, kulup menutup bagian atas kepala penis, serta bentuk penis yang melengkung ke bawah.

Penyebab Hipospadia

Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti apa penyebab hipospadia. Namun ada dugaan, kondisi terjadi karena perkembangan saluran lubang kencing (uretra) dan kulup penis terganggu ketika bayi masih berada di dalam kandungan.

Selain itu, ada beberapa faktor yang disinyalir bisa memicu kondisi ini, seperti mengandung saat ibu berusia di atas 35 tahun, mengidap obesitas atau diabetes saat hamil, terpapar asap rokok saat hamil, menjalani terapi hormon untuk merangsang kehamilan, memiliki riwayat keluarga dengan gangguan yang sama, serta terlahir secara prematur.

Penanganan Hipospadia

Secara umum, hipospadia bisa diketahui melalui pemeriksaan fisik setelah bayi dilahirkan. Akan tetapi pada kondisi yang cukup parah, hipospadia bisa saja tak terdeteksi sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan genetik dan uji pencitraan.

Hipospadia dalam level berat harus ditangani dengan prosedur operasi untuk menempatkan lubang kencing ke posisi seharusnya. Selain itu, operasi juga dilakukan untuk memperbaiki kelengkungan penis.

Hipospadia tidak bisa dicegah. Tapi Moms bisa mengurangi risiko melahirkan bayi mengalami kelainan hipospadia dengan cara menjalani pola hidup sehat selama merencanakan dan menjalani kehamilan. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Pikiran Rakyat)