Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Setelah menikah, sebagian besar pasangan berharap untuk bisa segera memiliki buah hati. Salah satu cara agar tujuan tersebut cepat tercapai adalah dengan mengatur periode berhubungan seks.
Pada dasarnya, kehamilan terjadi setelah adanya proses pembuahan, yaitu pertemuan antara sel telur dan sperma. Nah, waktu paling tepat untuk mempertemukan sel telur dan sperma adalah saat masa subur wanita. Perlu diketahui, masa subur adalah periode ketika wanita mengalami ovulasi atau keluarnya sel telur dari ovarium.
Untuk mengetahui masa subur, Anda harus harus mengetahui siklus menstruasi atau haid. Siklus menstruasi adalah rentang jumlah hari dari hari pertama haid hingga hari pertama haid berikutnya. Dengan menghitung siklus tersebut, Anda dapat mengetahui masa subur.
Wanita dengan siklus haid 28 hari akan memiliki 6 hari masa subur, yaitu 5 hari sebelum ovulasi dan 1 hari hari saat ovulasi. Pada periode tersebut, kemungkinan untuk hamil menjadi lebih tinggi.
Namun perlu diketahui, siklus menstruasi dapat berubah tiap bulan. Untuk itu, Anda perlu mencatat siklus menstruasi selama beberapa bulan. Tandai hari pertama haid sebagai hari ke-1. Dari catatan siklus menstruasi selama beberapa bulan, Anda bisa mengetahui siklus menstruasi paling pendek dan paling panjang. Setelah mengetahui siklus haid, Anda dapat memperkirakan masa subur.
Cara Menghitung Masa Subur
Setelah mengetahui masa siklus haid paling pendek dan paling panjang dari pencatatan minimal 8 bulan, Anda perlu menyesuaikan dengan sebuah rumus sederhana untuk mencari tahu cara menghitung masa subur.
⢠Siklus masa pendek dikurangi 18 hari. Hasilnya adalah hari pertama masa subur Anda. Misalnya, siklus paling pendek adalah 27 hari, maka hari pertama masa subur adalah hari ke-9.
⢠Siklus paling panjang dikurangi 11. Hasilnya adalah hari terakhir masa subur Anda. Misalnya siklus paling panjang adalah 30 hari, maka hari terakhir masa subur adalah hari ke-19.
Hari-hari di antara dua tanggal tersebut merupakan masa subur yang memiliki kemungkinan hamil lebih tinggi. Pada contoh di atas berarti masa subur berada di antara hari ke-9 hingga hari ke-19.
Lendir Sebagai Pertanda
Selain dengan menghitung siklus menstruasi, Anda juga bisa mengetahui masa subur dengan mengamati cairan atau lendir serviks. Selama masa subur, lendir serviks akan mengalami perubahan tekstur dan warna. Kuantitas cairan yang muncul juga tergantung pada tingkat hormon. Untuk mengetahui kemunculan lendir serviks, Anda bisa menggunakan tisu atau jari.
Setelah haid, biasanya lendir serviks sangat sedikit dan tampak keruh serta lengket. Dalam kondisi tersebut, artinya peluang untuk hamil tidak terlalu besar. Lain halnya jika lendir serviks telah berubah menjadi lebih jernih dan licin menyerupai putih telur. Saat itu, volume lendir akan semakin banyak dan menandakan Anda semakin mendekati masa subur.
Berselang tiga hari, muncul lendir serviks yang dapat direntangkan hingga menyerupai benang. Anda bisa mencobanya menggunakan jari. Satu atau dua hari setelah itu, lendir serviks akan bertambah banyak dan bertekstur licin, bahkan tak jarang dapat membuat pakaian dalam Anda basah. Inilah pertanda Anda memasuki masa subur setelah haid. Peluang hamil akan lebih besar jika Anda berhubungan seks selama periode ini.
Jika siklus haid tergolong pendek, maka lendir serviks masa subur akan dimulai tidak lama setelah haid selesai. Namun jika siklus haid panjang, maka masa-masa ketika lendir serviks sedikit atau lengket akan lebih lama, sebelum muncul lendir yang menandakan masa subur.
Untuk Mendukung Kehamilan
Selain menghitung masa subur setelah menstruasi, Anda juga bisa meningkatkan kesempatan untuk hamil dengan melakukan beberapa langkah berikut:
⢠Menjaga asupan gizi.
⢠Menerapkan pola hidup sehat.
⢠Rutin berolahraga. Tapi ingat, jangan berolahraga secara berlebihan karena hal tersebut akan bisa mengganggu kesuburan.
⢠Rutin mengonsumsi suplemen, khususnya folat yang bermanfaat bagi tumbuh kembang janin. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)