Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Bagi para pasangan yang tengah mendambakan momongan, berbagai upaya pasti Anda lakukan untuk mewujudkan hal tersebut, seperti mengurangi risiko yang menyebabkan infertil. Maka, wajar kalau Anda khawatir jika COVID-19, sebuah entitas risiko baru yang belum diketahui dengan jelas, bisa memengaruhi kesuburan dan kemungkinan Anda untuk hamil.
Namun, benarkah infeksi COVID-19 bisa memengaruhi kesuburan Anda? Yuk, baca penjelasannya berikut ini, Moms!
Menurut Sebuah Studi
Sebuah studi terbaru yang dimuat di jurnal Reproductionpada akhir Januari 2021, menyatakan bahwa kasus infeksi COVID-19 yang berat dapat memengaruhi kualitas sperma laki-laki, sehingga dapat berdampak pada kesuburannya.
Studi ini membandingkan air mani dari 105 pria subur tanpa COVID-19 dan 85 pria subur yang didiagnosis dengan COVID-19. Dibandingkan dengan pria yang sehat, penelitian ini menemukan peningkatan yang signifikan pada sel sperma yang mengalami peradangan dan stres dari pria yang mengidap COVID-19.
Konsentrasi, pergerakan, serta bentuk sperma dipengaruhi dengan buruk oleh infeksi penyakit ini. Perubahan sperma akan berbeda seiring dengan tingkat keparahan infeksi dan gejala yang dialami.
"Efek terhadap sel sperma ini berkaitan dengan kualitas sperma yang lebih rendah dan berkurangnya potensi kesuburan. Meski cenderung membaik seiring berjalannya waktu, seluruh efek ini tetap tinggi dialami oleh pasien COVID-19 secara signifikan dan abnormal, dan derajat perubahannya juga berkaitan dengan keparahan penyakit," ujar Behzad Hajizadeh Maleki, peneliti studi ini dan siswa doktoral di Justus Liebig University Giessen, Jerman.
Studi ini juga menemukan tingginya tingkat aktivitas enzim ACE2 pada pria dengan COVID-19. ACE2, atau angiotensin-converting enzyme 2, adalah protein yang menyediakan celah masuk bagi virus corona untuk menginfeksi berbagai jenis sel manusia. Reseptor ACE2 juga dapat ditemukan pada testis.
Perdebatan
Meskipun begitu, beberapa ahli yang tidak terlibat dalam penelitian ini masih skeptis terhadap hasil penelitian tersebut, seperti yang dilansir dari CNN. Allan Pacey, profesor andrologi di The University of Sheffield di South Yorkshire, Inggris Raya, mengatakan, "Saya perlu memberikan catatan waspada yang kuat dalam interpretasi studi ini. Misalnya, penulis menyatakan bahwa data mereka menunjukkan bahwa infeksi COVID-19 menyebabkan gangguan signifikan pada fungsi reproduksi pria, namun itu hanya menunjukkan hubungan."
Dr. Channa Jayasena, konsultan reproduktif endokrinologi dan andrologi di Imperial College London, mengatakan, "Sakit akibat virus apa pun, seperti flu, bisa menurunkan kuantitas sperma (bahkan hingga nol) secara temporer selama beberapa minggu atau bulan. Hal ini menyulitkan untuk tahu seberapa banyak pengurangan yang diamati dalam penelitian ini khusus COVID-19, alih-alih hanya sakit biasa."
Sebagai tambahan, "Penting untuk diketahui bahwa tidak ada bukti virus COVID-19 terdapat pada air mani dan tidak ada bukti bahwa virus bisa ditransmisikan melalui air mani," tututr Alison Murdoch, pimpinan Newscastle Fertility Centre di International Centre for Life Newcastle University. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)