TOODLER

7 Kecerdasan Emosional yang Perlu Diajarkan pada Anak


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Sebagai orang tua, Moms tentunya mengharapkan Si Kecil menjadi anak yang cerdas. Memiliki IQ (intelligence quotient) yang tinggi umumnya dijadikan sebagai dasar anak bisa menjadi orang yang sukses di masa depan. Faktanya, IQ yang tinggi juga harus diimbangi dengan EQ (emotional quotient) atau kecerdasan emosional yang juga baik.

EQ sendiri didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengelola perasaan dan mengekspresikannya secara tepat, dengan tetap menghormati perasaan orang lain. Kemampuan ini sudah bisa diajarkan sejak dini, terutama pada balita.

Kecerdasan emosional yang tinggi akan memberi banyak manfaat bagi Si Kecil. Selain lebih percaya diri, ia juga akan lebih berempati terhadap sesama serta mudah bergaul. Lalu bagaimana agar Si Kecil memiliki kecerdasan emosional yang tinggi? Para peneliti menyimpulkan bahwa hal tersebut bisa dipelajari. Melansir dari laman Motherandbaby.co.uk, berikut ini kecerdasan emosional yang perlu diajarkan pada Si Kecil, Moms.

1. Mindfulness

Anak cenderung merasa bahagia secara alami. Namun seiring pertumbuhannya, ia bisa saja kehilangan kemampuan untuk menikmati kebahagiaan secara alami. "Seiring tumbuh kembang Si Kecil, ia akan mulai mengkhawatirkan hari esok atau memikirkan kembali apa yang terjadi kemarin," ujar Karen Atkinson, seorang pakar mindfulness.

Namun, Moms bisa ajari anak untuk melatih keterampilan mindfulness, di mana ia hanya berfokus pada saat ini, tanpa perlu merasa khawatir akan hari esok atau kecewa dengan hari kemarin. Hal tersebut bisa dilakukan sambil berjalan-jalan di taman. Minta anak untuk lebih memperhatikan sekelilingnya, misalnya dengan mendengar kicauan burung, merasakan sejuknya angin, atau melihat berbagai jenis tanaman.

2. Kebaikan

Menurut Bernadette Russell, penulis buku Do Nice Be Kind Spread Happy, Acts of Kindness for Kids, belajar menjadi baik hati membuat anak merasa lebih bahagia. Anak yang baik hati juga merasa lebih mudah untuk berteman. Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa kebaikan sudah ada di dalam diri seseorang dan hanya perlu diperkuat.

Untuk melatihnya pada balita, coba minta Si Kecil menyebutkan perilaku kebaikan yang ia lakukan pada temannya atau sebaliknya, temannya lakukan padanya, di hari itu. Dengan mengetahui kebaikan yang dilakukan, hal tersebut akan membuat Si Kecil terbiasa untuk berbuat baik.

3. Kemampuan untuk Mendengarkan

Jika kita meluangkan waktu untuk mendengarkan apa yang anak ceritakan, ia akan mengikuti perilaku Anda tersebut dan menjadi pendengar yang baik. Jadi, ketika Si Kecil punya sesuatu yang penting untuk diceritakan pada Moms, luangkan waktu untuk memberikan perhatian penuh padanya. Anda juga bisa mengulangi sebagian dari apa yang telah diceritakan anak untuk menunjukkan padanya bahwa Anda mendengarkan ceritanya.

4. Keingintahuan

Balita pada dasarnya memiliki keingintahuan yang tinggi pada lingkungan sekitarnya dan tugas kita sebagai orang tua untuk mengembangkan rasa ingin tahu Si Kecil dengan baik. Moms mungkin pernah bosan saat Si Kecil terus-menerus bertanya pada Anda tentang segala hal, tetapi begitulah caranya untuk belajar mencari tahu. Jadi, jangan menyetopnya saat ia mulai banyak bertanya pada Anda. Usahakan untuk memberi penjelasan secara sederhana atas semua hal yang Si Kecil ingin ketahui.

5. Empati

Agak sulit memang untuk mengajarkan pada balita tentang empati, karena di usia ini, Si Kecil masih merasa seluruh dunia berpusat pada dirinya. Namun, jika kita menunjukkan perilaku empati, ia akan belajar memahaminya. Misalnya, ketika anak mulai menunjukkan sebuah emosi (terutama yang negatif), usahakan untuk meresponsnya. Empati yang Anda tunjukkan ini akan membuat Si Kecil mengerti apa yang ia rasakan serta tahu efek yang bisa terjadi jika ia melakukannya. Ini bukan berarti Anda memanjakannya, tetapi menjadi kesempatan untuk menjelaskan pada anak cara menghadapi emosi yang ia rasakan tersebut.

6. Penerimaan

Sebagai orang tua, Moms pasti berusaha keras untuk tidak mengecewakan anak. Tetapi anak juga perlu belajar menghadapi kekecewaan. Joanne Mallon, penulis buku Toddlers: An Instruction Manual, menyarankan kita untuk berfokus pada upaya yang dilakukan anak, bukan pada hasilnya. Temukan sesuatu yang spesifik untuk dipuji. Sebab, pujian seperti itu akan meningkatkan harga diri, bahkan jika Si Kecil gagal mencapai apa yang ia inginkan.

7. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan hal dasar yang dimiliki seorang anak sehingga ia merasa aman berada di sebuah lingkungan, khususnya keluarga. "Ketika seorang anak memercayai lingkungannya dan merasa terikat secara aman dengan orang tuanya, ia tentu akan merasa aman untuk mengekspresikan dirinya," ujar Kitty Hagenbach, seorang psikoterapis orang tua-anak. Jadi, ketahuilah bahwa semua tindakan yang kita lakukan pada anak akan menjadi landasan dan mendorongnya menuju ke kehidupan dewasa yang lebih bahagia dan percaya diri. (M&B/SW/Dok. Freepik)