FAMILY & LIFESTYLE

Saat Ada Anggota Keluarga Anda yang Terjangkit COVID-19


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Tak terasa, pandemi COVID-19 telah berlangsung selama hampir setahun di Indonesia. Dulu, saya mengira dengan berdiam diri di rumah dan hanya pergi untuk keperluan yang penting saja bisa menghindarkan keluarga dari virus corona. Well, ternyata saya salah!

Virus corona yang saya anggap "masih jauh" nyatanya datang mengetuk pintu rumah saya. Menjelang akhir tahun 2020, kala sebagian besar orang mulai merencanakan liburan, kami justru harus berhadapan dengan fakta bahwa salah satu anggota keluarga kami terjangkit COVID-19.

Adalah suami saya yang pertama kali menjalani swab PCR (Polymerase Chain Reaction) karena ada beberapa orang di lingkungan kerjanya yang terinfeksi virus corona. Tes pertama dilakukan secara mandiri pada 19 Desember 2020, dan hasilnya positif.

Sedih, kesal, dan perasaan panik pun bercampur aduk. Apalagi kami memiliki dua orang anak berusia 3 dan 11 tahun. Di rumah, kami juga tinggal bersama ibu yang sudah menginjak usia 74 tahun dan mengidap penyakit diabetes. Kekhawatiran bertambah karena kala itu, ibu dan kedua anak saya tengah mengalami batuk pilek.

Di tengah kepanikan, kami berusaha berpikir rasional. Dan langkah pertama yang kami lakukan adalah melapor ke puskesmas setempat. Mengapa? Dengan melapor, saya berharap bisa mendapat bantuan atau setidaknya panduan tentang bagaimana menghadapi penyakit ini.

Beruntung, petugas di puskesmas Jati Rahayu yang merupakan area tempat tinggal saya, memberikan respons cepat. Mereka menanyakan kondisi kesehatan setiap anggota keluarga dan memberitahu bahwa puskesmas juga memberikan layanan swab PCR secara gratis bagi keluarga yang salah satu anggotanya sudah terinfeksi virus corona.

Namun hasil swab PCR dari puskesmas tentunya tidak secepat hasil yang didapat apabila Anda melakukan swab mandiri. Jika Anda melakukan swab mandiri, hasil bisa didapatkan dalam beberapa jam atau satu hari. Tapi jika menggunakan fasilitas puskesmas, hasil baru bisa diketahui 3 hingga 7 hari karena keterbatasan tenaga. Cukup bisa dimaklumi.

Kala itu, kami memilih jalur swab mandiri untuk saya, anak-anak, dan ibu. Pertimbangannya, meringankan beban pikiran ibu yang sempat stres setelah mengetahui suami saya positif COVID-19.

Perlu diketahui, untuk melakukan swab PCR secara mandiri, Anda perlu merogoh kocek sekitar 900 ribu rupiah per orang. Jadi apabila Anda merasa keberatan dengan biaya tersebut, Anda bisa mengajukan permohonan swab PCR secara gratis ke puskesmas.

Oh ya, selama menunggu hasil tes swab, kami diminta melakukan isolasi mandiri. Petugas satgas COVID-19 dari puskesmas akan tetap memantau perkembangan kesehatan seluruh anggota keluarga. Satgas memberitahu apa saja yang perlu dilakukan saat isolasi mandiri.

Mereka juga menanyakan gejala apa yang dirasakan dan membawakan obat beserta vitamin untuk suami, saya, anak-anak, dan ibu. Saya sempat mengajukan permohonan pengecekan gula darah untuk ibu dan satgas pun mau memenuhinya.

Bahkan mereka juga melakukan pengecekan saturasi oksigen untuk ibu. Jadi Moms dan Dads, jangan ragu untuk lapor ke puskesmas saat ada anggota keluarga yang terkena atau menunjukkan gejala COVID-19 karena ada satgas yang akan membantu Anda melewati masa sulit tersebut.

Apabila Anda positif COVID-19 dan memiliki penyakit komorbid seperti diabetes atau menunjukkan gejala yang parah, maka satgas akan membantu mencarikan rumah sakit untuk perawatan. Akan tetapi jika Anda positif COVID-19 tanpa gejala atau OTG dan tidak memiliki penyakit komorbid, maka Anda disarankan untuk isolasi mandiri di rumah jika memang memungkinkan.

Isolasi di Rumah

Singkat cerita, saya, anak-anak, dan ibu dinyatakan negatif. Jadi hanya suami yang positif COVID-19 dengan status OTG. Mengingat kondisi rumah memungkinkan, maka satgas pun menyarankan suami untuk melakukan isolasi mandiri di salah satu kamar di rumah, ketimbang harus tinggal di GOR Bekasi (tempat rujukan bagi pasien OTG untuk area Bekasi).

Melakukan isolasi mandiri di rumah artinya suami sama sekali tidak bisa meninggalkan kamar. Semua peralatan makan dan minum harus dipisah. Pencucian piring dan gelas bekas makan, serta pencucian baju pun harus dipisah. Hal tersebut dilakukan guna mencegah penyebaran virus. Berikut tips yang bisa dilakukan saat ada anggota keluarga yang harus menjalani isolasi mandiri di rumah:

1. Tetap menerapkan 3M.

2. Menggunakan masker medis sekali pakai meski berada di rumah. Ganti masker setiap 6-8 jam. Sebelum dibuang, semprot dengan disinfektan terlebih dahulu.

3. Jaga jarak dengan anggota keluarga yang lain, dengan tidur dan menggunakan kamar mandi terpisah (jika memungkinkan). Jika tidak, maka kamar mandi perlu dibersihkan setiap hari menggunakan karbol dan disinfektan.

4. Mengonsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi.

5. Berjemur tiap pagi.

6. Hindari stres.

7. Laporkan kondisi harian kepada petugas pemantau puskesmas.

Hingga kini, suami saya masih menjalani isolasi mandiri di rumah. Selama rentang waktu hampir satu bulan, suami sudah menjalani tiga kali swab PCR. Setelah swab pertama secara mandiri pada 19 Desember 2020, suami telah dua kali mendapatkan fasilitas swab PCR dari puskesmas. Meski banyak yang mengatakan bahwa virus corona tidak akan menular setelah menjalani isolasi selama 14 hari, kami memilih jalan aman untuk tetap memisahkan suami dari anggota keluarga lainnya.

Bukan Aib

Dari pengalaman ini, tentunya kami belajar banyak hal. Ya, kami semakin menyadari bahwa penyebaran virus corona bisa di mana saja, termasuk di kalangan orang-orang terdekat, seperti rekan kerja atau bahkan keluarga sendiri. Dan saat mengetahui diri Anda terinfeksi COVID-19, jangan langsung menutup diri. COVID-19 bukanlah aib.

Sebaliknya, Anda punya tanggung jawab untuk memberitahu orang-orang yang telah melakukan kontak dengan Anda, seperti rekan sekantor, agar mereka juga bisa mengambil tindakan yang diperlukan, salah satunya adalah dengan melakukan tes antigen, antibodi, atau bahkan swab PCR. Melapor ke puskesmas atau setidaknya RT dan RW setempat sangat disarankan. Dengan begitu, lingkungan di sekitar Anda juga akan lebih mawas diri dan Anda juga bisa segera ditangani apabila menunjukkan gejala berat.

Last but not least, yuk bantu hentikan penyebaran COVID-19 dengan di rumah saja dan mengikuti protokol kesehatan. Jika Anda mengalami gejala COVID-19 seperti sesak napas, demam, batuk, dan kehilangan penciuman, segera lapor dan lakukan isolasi mandiri hingga mendapat arahan selanjutnya dari satgas COVID-19. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)