Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Tahun ini, peringatan mengambil tema "Pendidikan untuk Peradaban Indonesia yang Unggul". Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh dalam pidato peringatan Hardiknas mengatakan tema itu mengingatkan bangsa Indonesia bahwa hakikat pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia untuk membangun peradaban yang unggul.
Langkah menuju keberhasilan itu ada 2 hal yang dilakukan pemerintah. Yang pertama adalah membuka akses pendidikan seluas-luasnya dan kedua dengan menyediakan sarana dan pra sarana pendidikan berkualitas. "Ini adalah upaya untuk menyiapkan generasi emas yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif, berkarakter, mampu berpikir orde tinggi, dan cinta serta bangga menjadi bangsa Indonesia," kata Nuh. Target Generasi Emas itu diharapkan tercapai pada 2045.
Ironis
Jenti Martono, praktisi pendidikan anak usia dini mengatakan bahwa membangun generasi beradab harus dimulai sejak usia dini. Masalahnya, banyak orang lupa bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya guru di sekolah. "Waktu anak di sekolah hanya paling lama 4 jam (usia TK), selebihnya ia di rumah. Lingkungan dan keluarga harus bersama-sama mendidik anak," katanya.
Jenti melihat ironi dari membangun peradaban unggul dengan yang terjadi di dunia pendidikan akhir-akhir ini. "PAUD adalah mitra orang tua untuk menciptakan dasar dan pengalaman pendidikan yang terindah dan tepat untuk anak-anak. PAUD bukan sekadar menyiapkan anak bisa membaca dan menulis agar bisa masuk Sekolah Dasar. Sayangnya, banyak orangtua tidak melihat sisi lain pendidikan itu," kata pendiri sekolah PAUD Hope For Kids ini.
Ditambah dengan berita-berita di media massa tentang guru atau staf sekolah yang melakukan kekerasan fisik, mental, dan seksual kepada anak didiknya, Jenti merasa sudah saatnya orangtua kritis dan teliti dalam memberi pendidikan terbaik untuk anaknya. "Jangan asal mahal, punya guru asing, berbahasa asing lalu dipilih. Pendidikan lebih dari sekadar itu. Anak tidak hanya perlu pintar berhitung, tetapi mereka perlu juga belajar empati, simpati, jujur, dan dibangun moral baiknya. Saya rasa itulah peradaban sesungguhnya," kata Jenti.
(Sandra Ratnasari/dok. M&B)