Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Bayi bisa duduk, merangkak, berdiri, berjalan, dan kemudian berlari! Ya, itulah fase tumbuh kembang motorik anak yang paling dinanti orang tua. Namun, fase merangkak merupakan salah satu fase yang kerap terlewat dan tidak dialami semua bayi. Jika bayi Anda salah satunya, tidak perlu khawatir, karena dokter bilang ini normal terjadi pada anak kok, Moms. Apa saja penyebab bayi tidak merangkak? Simak penjelasannya, ya!
Kurang tummy time
Membiarkan bayi tengkurap atau tummy time memberi banyak manfaat lho, Moms. Salah satu manfaat tummy time adalah memperkuat otot dan tulang bayi, yang menjadi "modal" penting untuk perkembangan kecerdasan motoriknya. Mengutip Nytimes.com, bayi yang kurang tummy time memiliki otot punggung dan tangan yang lebih lemah, sehingga bisa memengaruhi kesiapan bayi untuk merangkak.
Kurang kesempatan
Takut bayi lelah, terkilir, dan terbentur adalah contoh alasan yang sering membuat orang tua takut membiarkan bayinya merangkak. Padahal, anak sudah terlihat siap dan sangat ingin menjelajahi ruangan dengan merangkak. Jika Anda salah satu orang tua ini, cobalah untuk melepas kekhawatiran Anda dan mendukung fase merangkak Si Kecil.
Kami mengerti, Anda ingin terus mendekap tubuh mungil bayi Anda dan menjaganya selalu aman di pelukan Anda. Namun, Moms mesti ingat, merangkak adalah fase yang sangat penting yang membantunya lebih siap belajar berdiri, berjalan, dan berlari.
Kelebihan berat badan
Mengutip BabyGaga, obesitas juga bisa memengaruhi kesiapan bayi merangkak. Menurut Reuters, sebuah penelitian dari University of North Carolina mengevaluasi 215 bayi berusia maksimal 18 bulan, dan 152 di antaranya mengalami kelebihan berat badan. Dari penelitian tersebut terkuak fakta bahwa 20 persennya mengalami keterlambatan kemampuan motorik, salah satunya merangkak.
Penelitian ini juga memiliki kesimpulan bahwa keterlambatan kemampuan motorik (seperti tidak bisa duduk tegak selama 30 detik) ditemukan 2 kali lebih sering pada anak yang kelebihan berat badan, dibandingkan mereka yang berat badannya normal. Maka, jika Moms curiga kelebihan berat badan adalah penyebab bayi Anda sulit merangkak, cobalah konsultasikan dengan dokter anak.
Lahir prematur
Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut bayi prematur, dan hal ini bisa memengaruhi banyak hal pada tumbuh kembang anak. Usia kelahiran inilah yang harus Moms ingat saat membicarakan tumbuh kembangnya, karena bayi prematur tidak bisa disamakan dengan bayi yang lahir cukup bulan.
Mengutip WebMD, saat bayi prematur berusia 4 bulan, mungkin ia belum bisa melakukan hal yang sama dengan bayi 4 bulan yang lahir cukup bulan. Ini karena bayi prematur butuh lebih banyak waktu untuk melakukan banyak hal, seperti duduk dan merangkak. Haruskah ini dikhawatirkan? Santai saja, Moms, sangat normal jika bayi prematur merangkak lebih lama dibandingkan anak lainnya.
Hypertonicity
Ini adalah masalah di mana kaki bayi kaku, juga sering disebut dengan istilah Stiff Baby Syndrome atau SBS. Hypertonicity terjadi ketika otot kaki bayi sangat kaku karena ada masalah saraf dan sel-sel di otak. Bayi dengan SBS kesulitan meregangkan kaki saat sadar, karena tubuhnya hanya bisa rileks dan fleksibel saat tertidur. Dalam kasus yang lebih parah, SBS atau hypertonicity tak hanya membuat bayi sulit merangkak atau menekuk tubuh, tetapi juga sulit menelan.
Kaki lemah
Ada bayi yang kakinya terlalu kaku (hypertonic), ada juga bayi yang kakinya terlalu lemah (hypotonic). Masalah kaki lemah ini juga sering disebut dengan Floppy Muscle Syndrome atau FMS. Umumnya ini sangat mudah terdeteksi sejak baru lahir, tapi bisa juga baru terjadi di kemudian hari. Jika ini terjadi pada bayi, maka merangkak pun jadi hal yang sangat sulit buatnya.
Baca juga: Berbagai Kelainan Kaki Bayi yang Perlu Anda Kenal
Cerebral palsy
Bayi telat merangkak bisa menjadi tanda gangguan tumbuh kembang, seperti cerebral palsy. Indikator lain yang mengindikasikan bayi cerebral palsy adalah sulit tersenyum ketika usianya sudah 3 bulan, yang dilanjutkan dengan keterlambatan lainnya, seperti duduk, merangkak, dan berjalan. (M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Foto: Freepik)