Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Banyak orangtua terpaksa harus 'menanggung malu' akibat kepolosan anak yang menyebutkan hasil observasinya terhadap lingkungan sekitar tanpa melihat situasi. Misalnya, ia dengan lantang berkata kalau pria yang duduk di sebelahnya saat sedang mengantre bus memiliki hidung besar dan galak. Anak memang pengamat andal! Hal ini dibuktikan dengan adanya penelitian terbaru yang menyebutkan anak-anak dapat menilai karakter seseorang melalui wajahnya.
Dalam penelitian sebelumnya, orang dewasa disebutkan melihat wajah untuk menilai karakter seseorang, meski hanya sekilas saja. Kendati demikian, masih belum jelas apakah hal tersebut berdasarkan pengalaman hidup yang sudah dilewati atau dorongan mendasar yang tercipta sejak awal kehidupan. Untuk mengetahui hal tersebut, Emily Cogsdill, psikolog dari Harvard University, AS, bersama rekan-rekannya melakukan penelitian kepada 99 orang dewasa dan 141 anak usia 3-10 tahun. Mereka diminta untuk mengevaluasi wajah-wajah yang ditunjukkan berdasarkan 3 kategori, yaitu dapat dipercaya, lebih dominan, dan dapat diandalkan.
Secara keseluruhan, anak-anak sangat konsisten menilai wajah mana yang bisa dipercaya dan tidak, jika dibandingkan dengan 2 kategori lainnya. Dapat disimpulkan, anak-anak cenderung lebih memerhatikan wajah seseorang, secara positif atau negatif dalam artian yang lebih luas. Namun, penemuan ini tidak mendalami apakah hasil observasi yang didapatkan sesuai dengan karakter yang sebenarnya dari pemilik wajah. Mereka lebih menekankan konsistensi anak-anak dalam menilai karakter setiap orang melalui wajahnya.
Dilansir melalui Dailymail UK, penelitian yang dipublikasikan di jurnal Psychological Science ini menjelaskan, batita sudah mampu menilai karakter seseorang, seperti apakah ia dapat dipercaya dan diandalkan hanya dengan melihat wajahnya. Ini menunjukkan bahwa kecenderungan untuk menilai orang lain berdasarkan ciri-ciri fisik sudah terjadi di masa kanak-kanak tanpa memerlukan pengalaman bersosialisasi selama bertahun-tahun. (Sagar/DC/Dok. M&B)