TOODLER

Bisa Berisiko Trauma, Hati-hati Menggelitik Balita, Moms!


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Saat bercanda atau bersenang-senang dengan anak Anda, menggelitik Si Kecil mungkin jadi salah satu aktivitas yang tak bisa terlewat ya, Moms. Mendengar Si Kecil tertawa akibat rasa geli yang muncul saat Anda menggelitiknya membuat momen quality timeAnda dan anak terasa semakin menyenangkan.

Meskipun begitu, ternyata menggelitik anak tidak sepenuhnya berdampak baik lho Moms, terutama jika dilakukan pada anak yang masih balita. Kenapa? Untuk tahu hal ini lebih banyak, yuk, simak penjelasan berikut, Moms!

Bahaya Menggelitik Menurut Penelitian

Beberapa studi menunjukkan adanya indikasi di mana menggelitik dapat berbahaya. Sebuah studi yang dimuat jurnal Cognition and Emotion padatahun 2005 menunjukkan bahwa hanya 32% responden yang mengaku menikmati digelitik, sedangkan 36% responden mengaku tidak menyukainya.

Kita mungkin sudah terbiasa karena memiliki masa kecil yang penuh dengan aktivitas menggelitik, tapi sebenarnya hal ini tak sepenuhnya baik untuk anak. Anak-anak tak bisa berhenti tertawa ketika digelitik, meski mereka tidak menyukainya. Pasalnya, tawa adalah respons otomatis tubuh terhadap gelitik, layaknya bersin. Tawa ini menjadi ilusi kebahagiaan anak bagi orang tua, padahal ia bisa saja tak menyukainya.

Sebuah studi yang dilakukan oleh University of California pada tahun 1997 menemukan bahwa membuat anak merasa geli dengan menggelitiknya tidak menciptakan perasaan menyenangkan seperti saat orang tertawa akibat lelucon. Gelitik hanya membuat sebuah ilusi menyenangkan akibat respons alami seseorang untuk tertawa.

Vernon R. Wiehe dari University of Kentucky mempelajari 150 orang dewasa yang pernah mengalami penyiksaan oleh saudara mereka, dan banyak responden yang menganggap menggelitik tubuh sebagai jenis penyiksaan fisik. Studi ini menyimpulkan bahwa gelitik bisa memicu reaksi psikologis yang ekstrem, seperti muntah atau kehilangan kesadaran.

Tawa akibat digelitik yang dilakukan secara terus-menerus dapat berujung pada sesak napas dan tak mampu menyatakan bahwa mereka sedang tersiksa. Dilihat dari sejarahnya, menggelitik tubuh dulu memang sering digunakan sebagai metode penyiksaan dan hukuman, seperti pada masa Dinasti Han di Cina.

Dapat Menyebabkan Trauma pada Anak

Menggelitik Si Kecil bisa menyiratkan pesan yang salah soal otonomi tubuh. Dari perspektif anak, gelitik yang tidak diinginkan menandakan bahwa orang dewasa berhak untuk melakukan apa pun yang diinginkan pada tubuhnya, bahkan tanpa izin sekalipun.

Ketika Si Kecil digelitik, ia akan kehilangan kontrol diri. Kesulitan untuk mengontrol dirinya dapat menjadi sangat memalukan bagi Si Kecil dan meninggalkan memori buruk di hidupnya. Menurut Dr. Richard Alexander, profesor di bidang Evolutionary Biology di University of Michigan, menyatakan bahwa menggelitik tubuh adalah bentuk dominasi, dan tawa akibat digelitik merupakan bentuk kepasrahan.

Menurut Patty Wipfier, pakar parenting dan pendiri Hand in Hand Organization, menggelitik tubuh selama masa kanak-kanak merupakan penyebab umum munculnya tantangan emosional hingga dewasa. Menggelitik dapat menyebabkan trauma tertentu.

Patty juga menyatakan bahwa trauma ini bisa berujung pada rasa tidak nyaman yang berlebihan saat didekati seseorang, merasa tidak aman ketika tidur bersama seseorang yang dipercaya, dan mudah merasa terancam ketika ada yang menyentuhnya. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)