FAMILY & LIFESTYLE

5 Cara Tepat untuk Menghadapi Suami yang Posesif


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Berjalan seiring, bukan digiring. Begitulah suami-istri dalam membina rumah tangga, keduanya harus berjalan seirama, tanpa melibatkan rasa mengekang dan terkekang. Perasaan terkekang bisa muncul ketika pasangan bersikap posesif atau merasa memiliki seutuhnya. Posesif tidak sama dengan menjaga cinta pasangan lho, Moms, karena sikap posesif ini justru bisa melunturkan keharmonisan rumah tangga.

Saking cintanya dengan istri, suami yang posesif sering kali tidak sadar kalau sikapnya tersebut justru sangat mengganggu. Suami posesif biasanya sering cemburu buta dan mengekang kebebasan tanpa alasan yang jelas. Pokoknya suami posesif hanya mengizinkan Anda berinteraksi dengan dirinya saja, tidak boleh bersosial dengan individu lain.

Sikap suami yang posesif ini tentu saja tidak sehat bagi rumah tangga ya, Moms. Tetapi Anda bisa menghadapinya dengan cara yang tepat, agar keharmonisan selalu terjaga. Yuk, ketahui cara tepat menghadapi pasangan yang posesif.

1. Bicarakan

Tak ada masalah yang tidak bisa dibicarakan, termasuk sikap suami yang posesif. Ketika suasana hati Anda dan pasangan sedang baik, tak ada salahnya membicarakan sikap posesif ini dan dampaknya bagi Anda. Tanyakan dengan sopan, apa yang membuatnya bersikap sangat posesif.

Dengarkan alasan suami dengan baik, jangan potong jawabannya, dan ciptakan situasi tukar pendapat yang sehat. Jika mungkin sikap posesif suami dipengaruhi oleh pengalaman buruk, tanyakan apa yang bisa Anda lakukan untuk membantunya pulih dari trauma tersebut. Menunda pembahasan soal sikap posesif ini hanya membuat situasi semakin buruk, Anda harus bersikap sekarang juga.

2. Tunjukkan Cinta

Terkadang pasangan yang posesif hanya butuh diberi ekstra cinta dan kasih sayang, yang mungkin selama ini kurang Anda tunjukkan dengan maksimal. Karena itu, cobalah lakukan hal-hal sederhana untuk menunjukkan cinta Anda, baik secara verbal maupun non-verbal.

Tidak perlu menunjukkan cinta dengan memberi kejutan bulan madu kedua ke luar negeri, hal sederhana seperti pelukan hangat, mengucapkan "Aku sayang kamu" atau sekadar memberikan pujian saja sudah efektif. Hal-hal sederhana tersebut bisa menghilangkan rasa insecure atau tidak aman pasangan Anda, entah insecure karena takut kehilangan Anda atau karena takut tidak lagi menjadi "raja" di hati Anda.

3. Libatkan Pasangan

Mungkin pasangan melihat Anda lebih asyik mengurus hal lain, dibandingkan mengurus rumah tangga (dan khususnya suami). Rasa cemburu itulah yang dapat memicu munculnya sikap posesif. Untuk mengatasinya, coba lebih banyak melibatkan pasangan dalam kehidupan bersosial Anda.

Tak ada salahnya untuk sesekali mengajak suami double date dengan sahabat Anda, atau mengajaknya ikut serta membantu acara amal yang rutin Anda lakukan. Semakin sering Anda melibatkan pasangan, semakin aman dan berkurang pula rasa curiga di hati suami. Lagipula, ini bisa jadi cara tepat untuk quality time berdua suami Anda lho, Moms.

4. Kendalikan Emosi Anda

Bagian terberat dari menjalin rumah tangga dengan pasangan posesif adalah mengendalikan respons dan emosi Anda. Ya, kami mengerti kalau menghadapi pasangan posesif memang tidak mudah, Anda merasa terus dicurigai tanpa alasan. Namun semakin buruk respons Anda dalam menghadapi sikap posesif suami, semakin buruk pula akibatnya.

Cara terbaik adalah tetap tenang sambil menenangkan kekhawatiran suami. Ketika suami sudah tenang, pastikan ia mengerti kalau Anda tidak melakukan hal-hal yang akan membuatnya sedih. Suami perlu tahu kalau ada perbedaan antara mencintai dan mengontrol berlebihan, dan sikap tenang Anda sangat diperlukan untuk menjelaskan hal tersebut.

5. Bantuan Profesional

Setelah bicara dari hati ke hati, tak ada salahnya mengajak suami untuk berkonsultasi dengan psikolog pernikahan. Hilangkan stigma "gangguan jiwa" yang kerap melekat erat pada orang yang hendak berkonsultasi dengan psikolog, karena ini hanya sesi curhat untuk mendapatkan saran profesional dari ahli psikologi. Jangan malu untuk ke psikolog jika sikap posesif terasa sudah semakin mengekang keharmonisan rumah tangga. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)