BUMP TO BIRTH

Mengapa Ibu Baru Bisa Mengalami Psikosis Postpartum?


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Kehadiran anak di dalam hidup seorang wanita tentu menjadi satu momeng paling membahagiakan baginya. Namun, kesiapan diri sang calon ibu pun bisa memengaruhi kondisi mental yang terjadi pascamelahirkan. Setidaknya ada 3 jenis depresi yang bisa terjadi pada ibu baru, yaitu baby blues, postpartum depression, dan psikosis postpartum.

Baby blues dan postpartum depression masih bisa digolongkan sebagai gangguan kesehatan mental yang ringan. Namun, berbeda dengan psikosis postpartum yang masuk sebagai jenis depresi berat atau parah yang membutuhkan penanganan berbeda.

Penyebab Psikosis Postpartum

Sebenarnya gangguan mental ini jarang terjadi, karena tergantung pada kesiapan mental sang ibu sejak awal kehamilan. Namun perubahan drastis dalam hidup, seperti fisik dan gaya hidup, menurunnya kadar estrogen atau progesteron, serta perubahan kadar kortisol dalam darah, menjadi beberapa faktor yang menyebabkan munculnya gangguan ini.

Kemunculannya pun bisa secara tiba-tiba, dalam kurun waktu 3 sampai 4 bulan setelah melahirkan. Depresi berat ini bisa terjadi pada persalinan pertama dan bisa terulang kembali di anak kedua. Tapi, dijelaskan juga oleh Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., Psikolog, bahwa psikosis postpartum hanya terjadi pada 1-2 dari 1.000 perempuan yang melahirkan.

Cenderung Dirahasiakan Sang Ibu

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Maternal and Child Health mengungkapkan bahwa seorang ibu baru cenderung menyembunyikan gangguan depresi pascamelahirkan. Bahkan, sebanyak 211 wanita yang mengalami kondisi ini memilih tetap berdiam diri tanpa melakukan pengobatan apa pun.

Padahal, gejala dari psikosis postpartum sangat dapat mengganggu keseharian Moms dalam beraktivitas. Gejala tersebut di antaranya insomnia yang parah, perubahan mood yang cepat, gelisah, delusi, halusinasi, perilaku yang tidak wajar (misalnya membersihkan rumah pada tengah malam) hingga timbulnya keinginan untuk menyakiti diri sendiri dan sang bayi.

Jika dibiarkan, gangguan depresi ini akan membuat sang ibu tidak merasa seperti bukan dirinya sendiri. Tumbuh kembang Si Kecil juga tentunya akan terganggu. Kemungkinan buruk lainnya adalah tindakan infanticide atau melakukan pembunuhan pada anak.

Bisa Disembuhkan dengan Dukungan Penuh

Walau terdengar menyeramkan, namun psikosis postpartum bisa disembuhkan. Jika gejala di atas sudah mulai terlihat, cobalah terbuka pada pasangan atau mencari bantuan ke ahli, seperti psikiater. Umumnya, dokter atau psikiater akan memberikan obat-obatan antipsikotik atau antidepresan yang tetap aman dikonsumsi, terutama saat masih menyusui.

Beberapa terapi seperti electro therapy (ECT) dan terapi wicara dengan cognitive behavioral therapy (CBT) juga ditawarkan untuk mempercepat penyembuhan. Tapi di luar ini semua, dukungan dari pasangan dan keluarga serta kerabat tentu menjadi obat paling baik. Dengan begitu, Moms tetap bisa menjalani peran sebagai ibu meski dalam situasi yang berat sekalipun.

Jangan malu saat meminta bantuan ketika mengalami kondisi yang sebenarnya wajar terjadi pada ibu baru ini. Selain kesehatan fisik, Moms juga perlu menjaga kesehatan mental dalam menghadapi perubahan yang terjadi sehingga Anda bersama pasangan dapat bahagia. Semangat selalu, Moms! (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)