Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, dalam pernikahan, tentunya tidak ada pasangan yang ingin bercerai. Namun, ada kalanya perbedaan pendapat tidak juga menemukan titik terang, dan perceraian menjadi satu-satunya jalan terbaik. Keputusan untuk bercerai memang tak mudah. Banyak yang harus dipikirkan, dipertimbangkan, dan diputuskan secara matang. Terlebih lagi, jika pernikahan Anda sudah dikaruniai anak.
Tak hanya berat untuk Anda dan pasangan, perceraian juga sama beratnya untuk Si Kecil. Perubahan keadaan dan rutinitas yang akan terjadi saat proses maupun setelah perceraian sering kali memicu beragam pertanyaan yang kerap menghantui Si Kecil dan jika tidak didampingi dengan baik bisa berdampak besar pada pembentukan karakter anak.
Menjelaskan pada anak-anak tentang perceraian tentu tak mudah. Moms harus menyaring kata-kata yang tepat tanpa terlihat saling menyalahkan, karena salah-salah bicara, bisa jadi Si Kecil keliru memahami arti dari perceraian dan kemudian bingung akan kondisi keluarganya.
Yuk, ketahui apa saja yang sering ditanyakan anak saat kedua orang tuanya bercerai, serta cara bijak untuk menjawabnya agar Si Kecil paham dan dampak emosional akibat perceraian bisa dihindari.
1. "Apa itu cerai?"
Ketika balita Anda bertanya tentang arti perceraian, cara terbaik untuk menjawabnya adalah dengan langsung menjawab ke intinya menggunakan bahasa sederhana, dan pastikan anak Anda tahubahwa ia akan tetap dicintai meskipun kedua orang tuanya harus berpisah. Anda bisa menjawab: "Cerai itu artinya mama dan papa sudah tidak lagi tinggal bersama, tapi kami tetap orang tua yang selalu menyayangimu sepenuh hati, kok."
Satu lagi, agar arti kata cerai tidak menjadi konotasi buruk, sebaiknya jawaban ini juga dikompromikan dengan anggota keluarga yang lain, supaya saat Si Kecil bertanya apa itu cerai pada nenek atau kakeknya misalnya, ia bisa mendapatkan jawaban yang sama dan tidak membingungkan.
2. "Kenapa mama dan papa bercerai?"
Tak perlu menjelaskan dengan detail karena itu akan membuat Si Kecil (dan Anda juga) kebingungan. Moms dan Dads bisa menjawab seperti ini, "Mama dan papa sebenarnya enggak ingin hal ini terjadi, tapi kami lelah terus bertengkar. Berbagai cara sudah mama dan papa lakukan, tapi kita enggak bisa memperbaikinya."
Hindari juga memberi jawaban yang terlihat menyudutkan salah satu pihak. Wajar jika perasaan Anda terhadap mantan pasangan berubah, tapi jangan tunjukkan kebencian Anda di depan Si Kecil. Anak pun kadang bisa berpikir bahwa dirinya adalah penyebab orang tuanya berpisah.
Untuk menghindari hal itu, jangan jawab pertanyaan ini dengan kalimat, "Mama/Papa sudah enggak sayang lagi dengan kita" atau "Ini gara-gara kamu nakal susah diatur, makanya Mama/Papa jadi pergi." Mau seberapa buruk alasan Anda bercerai, jangan pernah mengatakan atau membuat Si Kecil berpikir bahwa ia adalah penyebab perceraian Anda berdua, ya.
3. "Apakah Mama dan Papa bisa tinggal bersama lagi?"
Memang sih, kita tak akan tahu pasti apa yang akan terjadi di depan. Bisa jadi Anda dan mantan suami akan kembali bersama, dan mungkin juga tidak. Namun, meski hal ini terlihat tidak pasti, jangan memberi anak jawaban yang membingungkan seperti "tidak tahu, ya" atau "lihat nanti saja, ya", karena itu akan terlihat seperti memberi harapan palsu pada Si Kecil.
Alih-alih berkata seperti itu, Moms bisa menjawab, "Mama ngerti kok, kalau kamu ingin kita tetap tinggal bersama, tapi saat ini mama dan papa harus berpisah. Bukan karena kami tidak sayang padamu, tapi ini hal terbaik yang harus kami pilih. Kami juga nggak mau melukaimu dengan mendengar mama dan papa berantem setiap hari."
4. "Aku nanti tinggal di mana?"
Tentunya hukum di Indonesia sudah mengatur tentang hak asuh anak, seperti hak asuh yang akan jatuh pada sang ibu jika anak masih kecil. Tapi tidak menutup kemungkinan anak bisa tinggal bersama sang ayah saat ibu dianggap tak mampu menjaganya.
Sebaiknya, kompromikan terlebih dahulu dengan mantan pasangan untuk memutuskan anak akan tinggal bersama siapa, tanpa harus berebut hak asuh. Ketika sudah sepakat, baru Anda bisa menjelaskannya dengan baik kepada Si Kecil.
Jika pembagian hari sudah dijadwalkan, Anda bisa menjawab sesuai kenyataan dan supaya Si Kecil merasa tenang dan tetap dekat dengan Anda, katakan hal seperti, "Walau tidak serumah, kamu bisa chat atau telepon mama/papa setiap hari, kok."
5. "Kapan aku bisa ketemu mama/papa?"
Saat anak tahu bahwa ia akan jarang melihat kedua orang tuanya secara bersamaan, tentunya kekhawatiran semacam ini akan sering muncul. Terlebih lagi, jika ia harus pindah rumah, pertanyaan kapan bisa bertemu salah satu orang tuanya akan muncul ketika ia merasa sedang tak nyaman.
Untuk mengendalikan situasi seperti ini, jawab pertanyaan sesuai kesepakatan Anda dan mantan pasangan, ya. Misalnya, "Hari ini kan kamu masih sekolah, jadi kamu sama mama dulu, ya. Nah, besok kita bareng-bareng ketemu papa, ya." Jika Si Kecil masih merasa gelisah dan tak nyaman, ajak video call atau telepon mantan pasangan agar ia kembali merasa nyaman.
Moms dan Dads, perpisahan memang tak menyenangkan, tetapi jujur kepada Si Kecil adalah cara terbaik untuk menjawab segala kebingungannya. Anda juga tidak perlu takut anak akan memihak mantan pasangan, sebab ini bukan kompetisi. Yang terpenting adalah anak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari kedua orang tuanya. Ketika ia dewasa nanti, ia tentu bisa mengerti sendiri apa yang sebenarnya terjadi di antara Anda berdua. (Nanda Djohan/SW/Dok. Freepik)