Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Di setiap usia, anak akan butuh diberikan pembelajaran mengenai banyak hal, dan pendidikan seks menjadi salah satunya. Namun, banyak orang tua di Indonesia sendiri merasa malu dan canggung saat membicarakan hal ini, hingga menjadikannya sebagai hal yang tabu.
Padahal, pendidikan seks adalah satu hal esensial yang perlu diajarkan pada anak sedini mungkin. Hal ini akan membantunya untuk memahami perilaku seks yang sehat di masa depan. Selain itu, anak juga tidak mengakses situs pornografi hanya karena ingin memenuhi rasa keingintahuannya.
Karena alasan inilah Moms dan Dads perlu mengenalkan Si Kecil pada hal-hal seperti penyebutan nama organ vital, perbedaan secara fisik antara laki-laki dan perempuan, hingga serba-serbi pubertas. Semua ini bisa diberikan sesuai tahapan usia anak dalam rangkuman berikut ini:
Bayi (0-2 tahun)
Sejak usia 0 bulan, setidaknya anak mulai perlahan mengenali anggota tubuhnya. Hingga tiba saat ia tertarik untuk menyentuh dan mencari tahu nama dari anggota tubuh, termasuk alat kelamin. Alih-alih menyebutnya willy, belalai atau "anunya", katakan saja bahwa itu adalah penis dan vagina secara gamblang. Kebiasaan ini memberikan pemahaman positif terhadap tubuhnya dan sopan diucapkan, bahkan terdapat arti yang jelas di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Balita (3-5 tahun)
Di usia ini, Si Kecil sudah mampu melihat perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara fisik. Jika ia bertanya, Anda bisa menyebutkan perbedaan hingga fungsinya secara jelas, namun dengan pemahaman sederhana. Ingatkan juga bahwa tubuhnya adalah miliknya, terutama di area kemaluan, sehingga tidak ada yang boleh menyentuh selain dirinya sendiri dan orang tua (hingga usia tertentu).
Selain itu, tanamkan juga rasa malu pada anak, sehingga ia tidak menunjukkan tubuhnya terus-menerus saat di muka umum. Salah satu caranya adalah dengan memakaikannya pakaian di ruang tertutup, dan baru keluar setelah pakaiannya rapi. Anak juga mulai sering menyentuh alat kelaminnya dan ini sebenarnya wajar, kok. Anda jangan langsung mengindikasikan pada hal pornografi, melainkan bimbing ia untuk tidak melakukannya sesering mungkin.
Baca juga: Jangan Panik! Lakukan Hal Ini saat Anak Memainkan Penisnya
Anak (6-8 tahun)
Memasuki usia anak-anak, Si Kecil sudah mulai bisa diajarkan tentang citra diri. Artinya, ia perlu dikenalkan dengan peran gender yang ia miliki, hingga konsep untuk mencintai diri sendiri. Di masa-masa ini Anda juga mulai menjelaskan tentang pubertas yang akan mereka hadapi. Dengan begitu, anak tidak akan terlalu kaget dan lebih siap untuk menjalaninya.
Pra-Remaja (9-12 tahun)
Di fase ini, Anda sudah perlu menjelaskan tentang pubertas hingga aktivitas seksual lebih rinci. Meski sudah dijelaskan di sekolah, orang tua perlu membimbing anak tentang pemahaman mengenai hal ini sehingga tidak ada mispersepsi. Tindakan ini menjadi cukup penting karena anak jadi bisa lebih aman mendapatkan informasi, dibandingkan hal-hal yang ia dapatkan sendiri dari sumber tidak valid atau malah menjerumuskannya pada hal negatif.
Remaja (12-18 tahun)
Semakin beranjak dewasa, perubahan secara fisik hingga bertambahnya faktor hormonal akan mengubah tak hanya fisik tapi juga mental. Anak akan jarang bercerita pada orang tua, terutama untuk urusan seks. Karenanya, orang tua harus menjaga komunikasi agar tetap berlangsung secara dua arah tanpa memaksanya dan menghakiminya. Dengan begitu, ia akan merasa tetap terlindungi dan terhindar dari risiko perilaku hingga pergaulan buruk dalam kehidupannya. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)