BUMP TO BIRTH

Tes yang Perlu Dilakukan saat Mengetahui Anda Hamil


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Anda hamil! Wah, selamat Moms, Anda akan memasuki salah satu fase istimewa dalam kehidupan Anda. Bagi seorang wanita, kehamilan adalah periode menyenangkan sekaligus mendebarkan. Cukup banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk melalui masa kehamilan ini, salah satunya adalah dengan melakukan sejumlah tes guna mengantisipasi terjadinya masalah yang tidak diinginkan.

Meski tidak wajib dilakukan semuanya, akan tetapi ibu hamil disarankan untuk melakukan tes-tes kesehatan berikut ini. Apalagi jika Anda memiliki riwayat kandungan bermasalah atau memiliki penyakit yang bersifat genetik.

Tes Darah

Pemeriksaan darah lengkap biasanya dilakukan dokter guna mendeteksi adanya risiko kelainan pada ibu hamil dan janin. Pemeriksaan darah yang dilakukan bisa meliputi:

1. Tes Golongan Darah

Tes ini bertujuan untuk mengetahui golongan darah dan rhesus ibu hamil. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi kemungkinan adanya perbedaan rhesus antara ibu hamil dan janin. Apabila hasil tes darah menunjukkan bahwa Anda memiliki rhesus negatif dan janin memiliki rhesus positif, maka ada risiko akan terjadi inkompabilitas rhesus. Kondisi ini akan menyebabkan bayi mengalami anemia akibat pecahnya sel darah (anemia hemolitik) ketika lahir. Akibatnya, bayi bisa mengalami penyakit kuning (jaundice).

Tes golongan darah juga dilakukan untuk mengantisipasi jika calon ibu perlu mendapat tranfusi darah. Namun Anda tidak perlu melakukan tes ini apabila sudah pernah melakukannya sebelum masa kehamilan.

2. Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin atau Hb adalah protein kaya zat besi yang ditemukan di dalam sel darah merah. Hb memungkinkan sel darah merah untuk mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh dan mengangkut karbon dioksida dari seluruh tubuh untuk dibuang melalui paru-paru.

Setiap ibu hamil perlu menjalani pemeriksaan Hb guna mendeteksi apakah terdapat penyakit anemia atau kurang darah. Anemia perlu dicegah dan diobati karena dapat mengganggu kesehatan ibu serta janin. Anemia juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kelahiran prematur, keguguran, bayi terlahir dengan berat badan rendah, serta pendarahan postpartum.

3. Tes Gula Darah

Tes gula darah juga merupakan bagian dalam pemeriksaan kehamilan rutin. Pemeriksaan ini penting untuk mendeteksi apakah ibu hamil mengalami diabetes kehamilan (diabetes gestasional). Perlu diketahui, ibu hamil lebih berisiko mengalami diabetes selama mengandung apabila memiliki kelebihan berat badan atau riwayat diabetes pada kehamilan sebelumnya.

4. Skrining Penyakit Infeksi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit infeksi selama ibu hamil, seperti hepatitis B, sifilis, HIV, dan TORCH. Jika memang terdapat penyakit ini maka dokter bisa melakukan risiko penularan terhadap janin atau risiko yang mengganggu kehamilan.

5. Pemeriksaan Genetik

Pemeriksaan ini dilakukan guna mengetahui apakah ibu hamil memiliki kelainan genetik, seperti thalassemia, yang berisiko diturunkan kepada janin. Pemeriksaan genetik juga bisa dilakukan pada janin dengan mengambil sampel cairan ketuban (amniocentesis) dan sampel darah janin (fetal blood sampling).

Tes Urine Antenatal

Pemeriksaan ini dilakukan terhadap sampel urine ibu hamil. Tujuannya adalah untuk mendeteksi apakah ibu hamil mengalami gangguan tertentu, seperti preeklampsia, infeksi saluran kemih, atau diabetes.

Ultrasonografi (USG)

Pemeriksan USG dilakukan untuk memantau perkembangan janin, termasuk mengetahui apakah ukuran janin sesuai dengan usianya. Selain itu, pemeriksaan ultrasonografi juga bisa mendeteksi adanya kelainan pada janin sehingga dokter bisa mengantisipasinya pada saat lahir. Anda disarankan untuk melakukan pemeriksaan USG setidaknya 3 kali selama masa kehamilan, yaitu pada trimester pertama, trimester kedua, dan memasuki trimester ketiga. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)