TOODLER

Tubuh Anak Bergetar saat Diam, Waspada Alami Parkinson!


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Moms mungkin pernah mendengar penyakit parkinson pada seseorang yang sudah lanjut usia atau berusia di atas 60 tahun. Namun sayangnya, kondisi kesehatan ini juga bisa dialami oleh anak-anak, sehingga akan mengganggu tumbuh kembangnya.

Penyakit parkinson sendiri dipengaruhi oleh faktor genetik, di mana terjadi mutasi gen atau adanya kelainan yang menyebabkan terjadinya perubahan gen seseorang. Kondisi tersebut memang tergolong jarang terjadi, dan akan tampak ketika anak telah lahir.

Parkinson Orang Dewasa VS Anak

Dari penelitian yang ada, dijelaskan lebih jauh bahwa kemungkinan besar anak mengalami parkinsonisme, yaitu kumpulan keluhan yang menyerupai gejala penyakit parkinson. Maka selain genetik, faktor seperti adanya paparan zat beracun, radang otak karena infeksi, hidrosefalus, hingga benturan di kepala secara berulang bisa menjadi kunci terjadinya parkinson pada anak.

Gejala yang muncul pada penderita parkinson di antaranya adalah tubuh gemetar sendiri saat sedang diam atau anggota tubuh tiba-tiba kaku dan sulit untuk digerakkan. Selain itu, anak juga akan mengalami kesulitan berbicara hingga membuatnya tertekan bahkan muncul depresi.

Salah seorang anak yang mengalami kondisi ini adalah Leo, putra dari Deborah dan Antoine Vauclare, pasangan asal Amerika Serikat. Ia dinyatakan mengalami Infantile Neuroaxonal Dystrophy (INAD), sebuah penyakit fatal yang membuatnya seperti mengalami parkinson dan alzheimer anak.

Leo pun mengalami keterlambatan tumbuh kembang, termasuk dalam merangkak dan berbicara. Lebih jauh dijelaskan oleh Genetic Home Reference, bahwa anak yang mengalami INAD awalnya akan mengalami otot-otot melemah, yang kemudian menjadi kaku.

Belum Ada Obat

Penyakit parkinson memang bisa dialami anak-anak maupun orang tua, tetapi belum ditemukan obatnya hingga saat ini. Maka, keputusan untuk melakukan terapi pun harus dicoba demi melatih kemampuan motorik kasar dan halus Si Kecil yang menderita penyakit ini.

Tak hanya menerima bantuan dari dokter anak dan saraf, tetapi peran psikolog atau psikiater juga dibutuhkan untuk mendukung kesehatan mentalnya. Moms dan Dads juga perlu memberikan semangat pada anak selama masa pemulihan agar bisa menjaga tumbuh kembangnya optimal dengan kemampuan Si Kecil sendiri. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)