TOODLER

Ketahui Penyebab Anak Gagap dan Cara Mengatasinya


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Sering dianggap sekadar belum lancar bicara, gagap pada balita seringkali terlambat disadari oleh orang tua. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), gagap atau stuttering adalah masalah ketidaklancaran bicara dalam bentuk pengucapan kata maupun aliran kalimat. Hal ini tidak hanya bisa dialami oleh orang dewasa lho, Moms, tetapi juga bisa terjadi pada anak-anak.

Mengutip situs Mom Junction, US National Institute of Health menyebutkan 1 dari 20 anak mengalami gagap. Angka ini paling tinggi terjadi pada anak usia 2 dan 5 tahun. Uniknya, gagap juga lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan pada anak perempuan.

Agar tak terlambat disadari, mari kenali gejala gagap pada anak balita dan bagaimana cara tepat untuk mengatasinya, seperti yang disarankan oleh IDAI.

Gejala Gagap pada Anak


Mengutip tulisan Dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K) dan dr. Darinel Surjadinata, SpA, untuk IDAI, gejala gagap pada anak dapat berupa:

• Gangguan pengucapan kata

• Pengulangan sebagian kata atau seluruhnya. Contoh: Saya saya saya, sa.. sa.. sa.. ya.

• Pemanjangan pengucapan kalimat Contoh: Ssssayaa.

• Blokade bagian kata. Contoh: S ya.

• Keragu-raguan dalam mengucapkan suatu kata. Contoh: Saya, mau, makan.

• Gangguan aliran kalimat. Contoh: Terbata-bata pada sebagian atau seluruh kalimat pembicaraan dengan kumpulan gangguan pengucapan kata. Contoh: Ssssayya mau mmm...kan na..nasi goreng.

• Pemanjangan kalimat dengan adanya suara mmmm atau aaaaa di antara kata-kata. Contoh: Saya mau makan mmm nasi goreng.

Penyebab Gagap

IDAI memperkirakan penyebab gagap merupakan gabungan antara faktor genetik dan lingkungan, namun penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami. Sedangkan pada anak laki-laki, diduga gagap dipengaruhi oleh faktor genetik dengan anggota keluarga yang juga gagap.

Pada anak yang sedang memasuki periode perkembangan bicara juga sering ditemui gagap, Moms, tepatnya ketika ia mulai belajar menggabungkan 2-3 kata dalam kalimat kompleks. Periode ini umumnya dimulai dari usia 18-24 bulan, di mana anak sangat berminat belajar bicara, namun ia tertekan karena keterbatasan pertumbuhan organ-organ bicara.

Cara Mengatasi Gagap

Dalam mengatasi anak gagap, IDAI menyarankan orang tua untuk melakukan beberapa langkah di bawah ini:

• Bicara pada anak tanpa terburu-buru. Ritme kalimat yang perlahan-lahan lebih efektif.

• Beri jeda beberapa detik untuk merespons omongan anak.

• Kurangi pertanyaan-pertanyaan pada anak, namun dengarkan perkataan anak dan selalu beri respons. Biarkan anak bebas bercerita.

• Berikan ekspresi muka atau gerakan tubuh yang menenangkan anak setiap kali ia mulai gagap. Yakinkan kalau Anda memahami kalimat yang ia ucapkan.

• Luangkan waktu untuk berkomunikasi dan beraktivitas berdua saja dengan anak. Biakan ia memilih aktivitas dan obrolan yang ia suka.

• Selalu pilih kalimat sederhana dengan pengucapan perlahan dan suasana nyaman bagi anak. Kecepatan berbicara Anda bisa ditingkatkan seiring bertambahnya usia anak.

• Ajak anggota keluarga lain untuk selalu mendengarkan percakapan anak. Hindari memotong omongan anak.

• Hindari kritikan, bicara cepat, interupsi, dan pertanyaan bertubi-tubi.

• Anggap saja gagap bukan masalah, sehingga Anda dan keluarga bisa selalu mendukung anak, dan anak pun bisa lebih nyaman berbicara hingga perlahan berkurang gagapnya. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)