FAMILY & LIFESTYLE

Kendala Kasus Kanker Serviks di Indonesia


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Tahukah Anda bahwa setiap menitnya wanita ditemukan mengidap kanker serviks dan 1 orang di antaranya terpaksa meninggal akibat penyakit ini? Ya, berdasarkan data Globocan (2008), hal tersebut benar adanya. Dokter Fitriyadi Kusuma, Sp.OG(K) pun menambahkan, sebanyak 90 persen kasus kanker serviks menyerang para wanita di negara berkembang.

Di Indonesia, setiap harinya ditemukan 41 kasus wanita dengan kanker serviks, 20 wanita di antaranya tidak dapat bertahan hidup. Hal ini sangat disayangkan, karena perkembangan penyakit serviks sebenarnya bisa dicegah dan diobati bila para pengidap bisa mendapatkan deteksi dini dan penanganan pada masa pra-kanker.

“Seharusnya bila semua wanita melakukan deteksi dini screening, kanker serviks dapat diatasi. Masalahnya, saat ini di Indonesia, screening kita baru mencakup 5 persen saja, padahal idealnya, 80 persen. Berbeda sekali dengan negara lain. Di Swedia, screening kanker serviks sudah mencapai 98 persen, sedangkan di Jepang, sudah mencapai 60-70 persen,“ jelasnya.

Ia pun mengungkapkan ada banyak kendala di Indonesia dalam menangani kanker serviks, yaitu:


1. Indonesia yang merupakan negara kepulauan, sehingga penanganan kanker serviks menjadi tidak merata.
2. Program screening, fasilitas sitologi dan terapi rata-rata hanya terdapat di kota-kota besar.
3. Kurangnya edukasi kepada masyarakat, menyebabkan pengetahuan mereka tentang kanker serviks sangat minim, dan kemampuan ekonomi yang tidak memadai untuk mendapatkan pengobatan.
4. Program deteksi dini dengan tes pap smear masih banyak menemukan kendala.
5. Kurangnya kepatuhan pasien, karena mereka diliputi ketakutan.
6. Sebagian besar kasus kanker serviks baru dideteksi saat pengidap sudah mencapai stadium lanjut, yaitu sekitar 70 persen.

Dokter Fitriyadi menambahkan, “Sampai saat ini, para tenaga medis di Indonesia masih minim jika dibandingkan dengan populasi wanita Indonesia, itu pun penyebarannya tidak merata dan hanya berpusat di kota-kota besar saja. Contohnya, ahli patologi di Indonesia hanya ada 407 orang. Ini berarti, setiap 1 patolog harus menangani 128.000 pengidap kanker serviks.“ (Sagar/DMO/Dok. M&B)