Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Setiap tanggal 28 Juli, kita memperingati Hari Hepatitis Sedunia. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran global terhadap penyakit hepatitis B dan hepatitis C serta mendorong pencegahan, diagnosis, dan pengobatan.
Sekitar 500 juta orang di seluruh dunia hidup dengan hepatitis B atau hepatitis C. Jika tidak diobati dan tidak ditangani, hepatitis B atau C dapat menyebabkan jaringan parut hati lanjut (sirosis hati) dan komplikasi lainnya, termasuk kanker hati dan gagal hati. Setiap tahun, sekitar 1,5 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat hepatitis B atau hepatitis C.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi virus hepatitis B di Indonesia berkisar 7,1% (sekitar 18 juta) dan virus hepatitis C berkisar 1,01% (sekitar 2,5 juta). Virus hepatitis sangat infeksius, terutama hepatitis B dan C yang dapat menyebabkan sirosis hati, dan kanker hati bahkan kematian.
Hepatitis pada Ibu Hamil
Ibu hamil merupakan golongan yang rentan terkena penyakit ini. Hepatitis B dan C adalah jenis hepatitis yang paling umum terjadi selama kehamilan. Sementara itu, hepatitis B adalah bentuk hepatitis yang paling sering ditularkan dari ibu ke bayi.
Sekitar 90 persen ibu hamil dengan infeksi hepatitis B akut akan mewariskan virus tersebut ke bayi mereka. Sedangkan sekitar 4 persen ibu hamil yang terinfeksi virus hepatitis C akan menyebarkannya ke bayi mereka.
Hepatitis pada ibu hamil seringkali tidak disadari karena gejalanya yang terlihat samar-samar, atau bahkan tidak muncul sama sekali. Moms perlu waspada jika mengalami tanda-tanda berikut ini:
⢠Mual dan muntah
⢠Rasa lelah yang berlebih
⢠Kehilangan nafsu makan
⢠Demam
⢠Sakit perut (terutama di sisi kanan atas, lokasi hati berada)
⢠Sakit pada otot dan persendian
⢠Masalah jaundice alias penyakit kuning (kulit dan bagian putih mata yang menguning).
Infeksi hepatitis B bisa sembuh total dalam beberapa minggu tanpa pengobatan. Ibu hamil yang sudah terbebas dari virus hepatitis B akan menjadi kebal terhadapnya. Mereka tidak bisa terkena virus lagi.
Lain halnya dengan virus hepatitis C. Kebanyakan orang dewasa yang terinfeksi virus hepatitis C akan menjadi carrier atau pembawa virus tersebut. Kebanyakan carrier hepatitis akan mengembangkan penyakit hati jangka panjang. Sebagian juga bisa menimbulkan sirosis hati dan masalah hati serius yang mengancam jiwa lainnya.
Pada ibu hamil, virus hepatitis menimbulkan risiko ketuban pecah dini, diabetes gestasional, atau mengalami pendarahan berat. Ada juga peningkatan risiko komplikasi persalinan seperti plasenta abrupsio dan kematian bayi saat lahir.
Jika Moms terpapar hepatitis saat hamil, Anda kemungkinan akan diberi vaksi imunoglobulin. Namun untuk kasus hepatitis positif yang lebih parah, Anda mungkin memerlukan obat antivirus yang disebut tenofovir yang mampu menurunkan risiko perpindahan virus hepatitis B ke bayi Anda.
Sementara itu, semua bayi akan mendapatkan vaksinasi virus hepatitis B, meski ibunya tidak terinfeksi penyakit ini. Biasanya, vaksin ini diberikan sebelum bayi meninggalkan rumah sakit. Namun jika tidak diberikan saat itu, vaksin hepatitis harus diberikan dalam dua bulan setelah kelahiran. Dosis yang tersisa diberikan dalam 6-18 bulan berikutnya. Ketiga suntikan hepatitis B diperlukan untuk perlindungan seumur hidup.
Jika Moms terinfeksi hepatitis B, dokter akan memberikan suntikan antibodi hepatitis B untuk bayi Anda dalam waktu 12 jam setelah melahirkan. Vaksin ini sudah cukup untuk memberikan perlindungan jangka pendek bagi bayi terhadap virus tersebut. Antibodi dan vaksin bersama-sama akan efektif untuk mencegah infeksi pada bayi hingga 85-95 persen.
Jika Moms terinfeksi virus hepatitis C, biasanya bayi harus melakukan tes mulai usia delapan minggu. Pada 4-6 minggu setelahnya, akan kembali dilakukan tes PCR, diikuti tes antibodi hepatitis C pada saat Si Kecil berusia 12-18 bulan. Apabila anak Anda positif hepatitis C, ia harus rutin melakukan pemeriksaan fisik, tes darah, dan kemungkinan ultrasound serta tes lainnya. Pengobatan hepatitis C pada anak bervariasi, tergantung tingkat keparahan serta kondisinya. (M&B/SW/Dok. Freepik)