Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Selama kehamilan, tubuh Anda mungkin akan mengalami banyak perubahan, seperti payudara dan perut yang membesar. Selain perubahan itu, ibu hamil juga akan mengalami perubahan pada area vagina. Perubahan ini bisa disebabkan oleh adanya peningkatan kadar estrogen dan progesteron, tingkat keasaman, atau ukuran yang menyebabkan ibu hamil rentan terkena gangguan pada vagina dan berpotensi mengganggu janin. Berikut ini M&B telah merangkum beberapa gangguan vagina yang seringkali muncul saat kehamilan. Apa saja? Yuk, disimak Moms!
1. Bacterial Vaginosis (BV)
Dikutip dari Healthline, menurut American Pregnancy Association, 10 hingga 30 persen wanita hamil rentan mengalami bacterial vaginosis. Kondisi semacam ini disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan bakteri vagina baik dan buruk.
Gejala yang dapat ditimbulkan antara lain bau amis, gatal di sekitar vagina, dan keputihan yang berwarna keabu-abuan. Bacterial vaginosisyang tidak segera diobati dapat mengakibatkan kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan keguguran.
2. Infeksi Ragi
Melansir dari laman Parents, adanya peningkatan hormon kehamilan dapat menyebabkan Anda mengalami infeksi jamur. Selain itu, selama kehamilan, cairan vagina juga mengandung lebih banyak gula, di mana ragi dapat tumbuh dengan subur.
Leena Nathan, MD, ob-gyn di Ronald Reagan Medical Center UCLA, mengatakan kepada Health bahwa ragi cenderung tumbuh subur di lingkungan yang manis dan lembap, sehingga kondisi cairan vagina yang mengandung banyak gula dapat meningkatkan pertumbuhan ragi di vagina.
Gejala yang dapat ditimbulkan antara lain nyeri dan gatal pada vagina, keputihan berwarna kekuningan, adanya kemerahan dan pembengkakan pada vagina, serta ketidaknyamanan saat berhubungan seks. Umumnya, infeksi ragi tidak akan membahayakan bayi di dalam kandungan, tetapi hal ini tentu saja akan membuat Anda merasa tidak nyaman.
3. Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang dapat ditularkan melalui hubungan seks dengan orang yang terinfeksi. Dikutip dari laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC) trikomoniasis disebabkan oleh infeksi parasit protozoa yang disebut Trichomonas vaginalis.
Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi kehamilan yang serius, berat badan lahir rendah, dan kelahiran prematur. Gejala trikomoniasis meliputi adanya bau busuk, keluarnya cairan berwarna kuning kehijauan, gatal-gatal dan kemerahan pada vagina, serta rasa sakit saat buang air kecil dan berhubungan seks.
4. Varises Vulva
Selama kehamilan, tidak hanya kaki Anda saja yang dapat mengalami varises, tetapi juga dapat terjadi di daerah vulva dan vagina Anda. Varises vulva bisa disebabkan oleh peningkatan volume darah dan peningkatan hormon kehamilan.
Varises vulva dapat menyebabkan tekanan pada vulva dan vagina Anda, sehingga dapat menimbulkan rasa sakit yang cukup kuat dan ketidaknyamanan. Selain itu, varises vulva juga dapat menimbulkan gejala lainnya seperti adanya pembengkakan atau benjolan di area vagina dan bibir kemaluan, gatal, dan rasa nyeri saat berhubungan seks atau berjalan.
Kondisi semacam ini biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu setelah melahirkan. Namun, untuk meredakan gejala varises vulva saat kehamilan, Anda dapat memberikan kompres dingin pada area vulva Anda dan hindari berdiri atau duduk dalam waktu yang lama.
5. Pendarahan Vagina
Pendarahan selama kehamilan memang sering terjadi, terutama selama trimester pertama. Melansir dari laman WebMD, pendarahan ringan yang terjadi dalam enam sampai 12 hari pertama setelah Anda hamil adalah pendarahan implantasi, yaitu ketika telur yang telah dibuahi menanamkan dirinya di lapisan rahim. Umumnya, pendarahan ini tidak membahayakan keselamatan ibu dan janin. Namun, jika pendarahan pada trimester pertama disertai dengan gejala lainnya, seperti kram di perut bagian bawah dan jaringan yang melewati vagina, bisa jadi itu adalah tanda keguguran.
Pendarahan pada vagina selama kehamilan juga bisa terjadi karena adanya perubahan serviks. Selama kehamilan, darah ekstra mengalir ke serviks. Hubungan seksual atau tes Pap, yang menyebabkan kontak dengan serviks, dapat memicu perdarahan. Namun Anda tidak perlu khawatir karena jenis perdarahan ini bukanlah pendarahan serius.
Sementara itu, pendarahan yang tidak normal pada trimester kedua atau ketiga mungkin lebih serius, karena dapat menandakan adanya masalah dengan ibu atau bayi. Hubungi dokter Anda sesegera mungkin jika Anda mengalami pendarahan di trimester kedua atau ketiga Anda, Moms.
Di samping itu, pendarahan vagina pada akhir kehamilan bisa menjadi pertanda bahwa tubuh Anda sedang bersiap untuk proses persalinan. Beberapa hari atau minggu sebelum persalinan dimulai, sumbat lendir yang menutupi pembukaan rahim akan keluar dari vagina, dan biasanya akan memiliki sejumlah kecil darah di dalamnya atau bloody show. Namun, jika perdarahan dan gejala persalinan dimulai sebelum minggu ke-37 kehamilan, segera hubungi dokter Anda untuk tindakan lebih lanjut.
6. Meningkatnya Keputihan
Meningkatnya keputihan adalah salah satu perubahan vagina yang paling nyata selama kehamilan. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar estrogen dan progesteron. Selain itu, peningkatan volume darah dan aliran darah juga dapat berkontribusi terhadap meningkatnya keputihan.
Gejala keputihan selama kehamilan ditandai dengan munculnya cairan tipis berwarna putih susu, terkadang tidak berbau dan terkadang memiliki bau ringan. Jika peningkatan keputihan ini mengganggu Anda, cobalah mengenakan panty liner yang tidak mengandung wewangian (fragrance free). (Fariza Rahmadinna/SW/Dok. Valeria_Aksakova/Freepik)