FAMILY & LIFESTYLE

5 Kebiasaan Makan Sehat Baru di Era New Normal


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Bagaimana adaptasi Anda di era new normal ini, Moms? Banyak kebiasaan baru yang perlu diterapkan, begitu juga dengan kebiasaan makan Anda. Ya, pandemi ini menyadarkan untuk mengutamakan konsumsi makanan bergizi seimbang agar imunitas tubuh Anda dan Si Kecil meningkat.

Nah, menurut Prof. Dr. Ir. Nuri Andarwulan, Msi, Direktur SEAFAST, ada beberapa kebiasaan makan baru yang sangat baik diterapkan agar tubuh Anda enggak gampang sakit. Apa saja kebiasaan tersebut? Yuk, simak penjelasan Prof. Nuri saat presentasi di Kelas Jurnalis Online #AmanSebelumMakan (16/6) kemarin.

1. Terapkan Konsep 'Isi Piringku'

Menurut Prof. Nuri, panduan pola makan sehat di tengah pandemi adalah mengonsumsi pangan beragam yang mengandung gizi seimbang. Isi Piringku merupakan panduan makan sehat meliputi dalam satu piring makan ada lauk-pauk, buah-buahan, sayuran, dan makanan pokok.

"Jangan lupa mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin A, C, E, B6, dan B12, zinc, dan zat besi, seperti buah jeruk, sayuran berdaun hijau tua, kacang-kacangan, dan produk susu," saran Prof. Nuri, Direktur Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology Center (SEAFAST).

2.Perhatikan Konsumsi GGL

Perhatikan dan kurangi konsumsi GGL (gula, garam, lemak) ya, Moms. Sesuai dengan Permenkes Nomor 30 tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak Serta Pesan Kesehatan Pada Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji, maka anjuran GGL adalah:

Gula: 10% dari total energi (200 kkal) per orang per hari. Ini setara dengan 50 gram gram atau 4 sendok makan.

Garam: 2000 mg natrium per orang per hari atau setara dengan 1 sendok teh (5 gram).

Lemak: 20-25% dari total energi (702 kkal) per orang per hari. Ini setara dengan 67 gram lemak atau 5 sendok makan.

3. Atur Jadwal Makan

"Rencanakan waktu makan yang tepat untuk makan besar (meals) dan makanan camilan (snacks). Kedua hal ini perlu diperhatikan karena selama pandemi, karena ketika seseorang stres (saat karantina, misalnya) maka secara psikologi konsumsi pangan menjadi tidak teratur," jelas Prof. Nuri.

Untuk anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia menyarankan jadwal makan besar 3 kali sehari dan jadwal makan camilan 2 kali sehari di sela-sela waktu makan besar. Jadi jika anak sarapan jam 7 dan makan siang jam 12, maka waktu makan camilan adalah antara jam 9-10.

4. Perhatikan Keamanan Pangan

Prof. Nuri menyampaikan ada 5 kunci keamanan pangan yang harus diterapkan masyarakat sesuai standar WHO dan BPOM, yaitu:

• Mencuci tangan dan peralatan masak sebelum mengolah makanan.

• Memisahkan peralatan memasak dan wadah untuk pangan mentah dan matang.

• Memasak dengan benar dan matang.

• Menyimpan makanan sesuai dengan suhu aman yang dianjurkan.

• Gunakan air dan bahan makanan yang aman, yang bebas dari cemaran fisik (kerikil, steples), biologis (rasa dan bau menyimpang), kimia berbahaya (pestisida, herbisida), dan menggunakan air jernih yang tidak berbau dan berasa.

5. Teliti Memilih Pangan Olahan

Menurut WHO, pangan yang tidak aman adalah awal mula dari malnutrisi dan lebih dari 200 penyakit, yang kerap menyerang kelompok rentan (anak kecil dan orang tua). Untuk itu BPOM menyarankan agar Moms lebih teliti memilih pangan olahan dengan memperhatikan:

• Kemasan: Pastikan kemasan produk dalam kondisi baik, tidak berlubang, sobek, karatan, atau penyok.

• Label: Baca informasi pada label produk dengan cermat.

• Kedaluwarsa: Pastikan tidak melebihi batas kedaluwarsa yang tertera.

• Izin edar: Pastikan memiliki izin edar dari Badan POM. Kode BPOM RI MD diikuti 12 digit angka untuk pangan olahan produksi dalam negeri. BPOM RI ML diikuti 12 digit angka untuk pangan olahan impor, dan P-IRT diikuti 15 digit angka untuk pangan olahan hasil industri rumah tangga.

"Sinergi yang baik antara masyarakat, produsen, pemerintah, serta lembaga-lembaga terkait memainkan peranan penting agar kualitas, keamanan, dan nilai nutrisi pangan terjaga dengan baik agar masyarakat tetap sehat dan tidak mudah terserang penyakit dan virus," tutup Anas Noor Wahid, Head of Corporate Quality Management Nestle Indonesia. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)