Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Wabah virus corona jenis baru, yaitu SARS-CoV 2, singkatan dari Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2, yang menyebabkan COVID-19, hingga kini masih berlangsung sejak akhir tahun 2019 lalu.
Akan tetapi, sampai sekarang belum ditemukan vaksin yang bisa melindungi tubuh dari serangan virus ini. Para peneliti di seluruh dunia masih bekerja keras melakukan penelitian guna menemukan vaksin yang ampuh mengatasi virus dan penyakit tersebut. Dan perjalanan menemukan vaksin serta obat untuk penyakit COVID-19 tampaknya masih panjang.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) sendiri menyebut bahwa vaksin corona kemungkinan baru akan tersedia paling cepat pada tahun 2021. Meskipun begitu, beberapa negara, seperti Inggris, China, dan AS ngebut bekerja melakukan penelitian guna menemukan vaksin.
Mengutip dari Republika.co.id, berdasarkan laporan WHO, saat ini ada 10 kandidat vaksin COVID-19 yang telah masuk tahap evaluasi klinis. Sebanyak tiga di antaranya bahkan telah masuk tahap uji klinik fase dua atau sudah diujikan kepada manusia, yaitu dari Inggris yang dilakukan oleh University of Oxford bersama AstraZeneca, dari China yang dilakukan oleh CanSino Biological Inc bersama Beijing Institute of Biotechnolgy, dan dari Amerika Serikat yang dilakukan oleh Moderna bersama NAID. Jika salah satu di antara ketiga vaksin itu berhasil, maka akan segera bisa diproduksi massal dan dipasarkan.
Perkembangan Vaksin Virus Corona di Indonesia
Di Indonesia sendiri, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman tengah mengembangkan bibit vaksin. Lembaga ini memperkirakan vaksin COVID-19 di Indonesia akan mulai masuk tahap skala produksi pada Februari 2021. Eijkman sendiri bekerja sama dengan Bio Farma selaku induk holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor farmasi untuk memproduksi vaksin secara massal.
Peneliti vaksin COVID-19 di Lembaga Eijkman, Prof. Herawaty Sudoyo, mengatakan bahwa kandidat vaksin yang sedang diteliti ditargetkan selesai pada Oktober 2020. Selanjutnya vaksin akan masuk tahap uji klinis dalam periode November 2020 hingga Januari 2021. "Dan kami harapkan pada Februari 2021, Bio Farma sudah masuk skala produksi," kata Prof Herawaty.
Dilansir dari laman Merdeka.com, Kepala Lembaga Eijkman, Amin Soebandrio, mengatakan bahwa pihaknya saat ini masih mengembangkan recombinant protein vaccine atau pengembangan DNA berdasarkan 7 genom SARS-CoV-2, sampai pada akhirnya siap dilakukan uji coba pada hewan. Lembaga ini memproyeksikan pengembangan bibit vaksin virus corona bisa dilakukan dalam kurun waktu sekitar 12 bulan.
Semoga saja penelitian yang dilakukan berjalan dengan lancar sehingga segera ditemukan vaksin yang tepat untuk mengatasi COVID-19 ya, Moms. (M&B/SW/Dok. Freepik)