BABY

Kapan Sebaiknya Anak Boleh Makan Es Krim?


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Rasanya hampir semua orang menyukai es krim ya, Moms. Makanan dingin dan memiliki rasa manis ini memang kerap menjadi favorit banyak orang. Tidak sedikit juga orang tua yang ingin memberikan es krim pada anaknya dengan anggapan bahwa Si Kecil pasti akan senang dan menyukainya.

Akan tetapi, pernahkah Anda bertanya-tanya, kapan sebaiknya Si Kecil boleh makan es krim? Jika Anda ingin tahu jawabannya, simak ulasannya berikut ini, Moms!

Di usia berapa sebaiknya Si Kecil makan es krim?

Dikutip dari Mom Junction, bayi boleh mengonsumsi es krim bila sudah menginjak usia 12 bulan atau 1 tahun. Pada dasarnya, semua makanan olahan susu seperti keju, mentega, dan es krim baru boleh diberikan pada bayi Anda jika sudah berusia 1 tahun.

Mengapa demikian? Karena biasanya es krim mengandung susu murni (whole milk), yang tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh bayi berusia di bawah 1 tahun. Hal ini dapat menimbulkan masalah pencernaan pada Si Kecil. Selain itu, bahan-bahan lain yang terkandung di dalam es krim seperti pemanis, pewarna, dan perasa merupakan zat yang tidak baik dikonsumsi oleh bayi.

Meskipun susu yang digunakan dalam pembuatan es krim sudah melalui proses pasteurisasi untuk membunuh bakteri, tetapi ada kandungan lain yang tidak baik jika dikonsumsi oleh bayi dan dapat memicu alergi. Moms mungkin juga sudah paham bahwa bayi memiliki pencernaan yang sensitif. Oleh karena itu, Anda perlu berhati-hati untuk memberikan makanan atau minuman pada Si Kecil.

Boleh, Namun Tetap Harus Dibatasi

Perlu diingat juga Moms, jika anak sudah boleh makan es krim, ada baiknya bila Anda membatasi jumlah konsumsi es krim, karena gula yang terkandung di dalam makanan manis akan menjadi tempat bagi pertumbuhan bakteri, sehingga dapat menyebabkan kerusakan gigi pada anak.

Tak hanya itu, terlalu banyak mengonsumsi makanan manis juga dapat membuat anak mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, serta meningkatkan risiko anak mengalami diabetes melitus tipe 2 atau penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula di dalam darah.

Namun, bukan berarti Anda harus memutus semua asupan makanan manis untuk anak. Pasalnya, anak membutuhkan kandungan dari rasa manis untuk membangun energi dan perkembangan sarafnya. Sebagai alternatif, berikan makanan manis yang sehat pada Si Kecil seperti buah-buahan, smoothie,atau madu. (Fariza Rahmadinna/SW/Dok. Freepik)