FAMILY & LIFESTYLE

Hati-hati Gejala Psikosomatik Akibat Virus Corona!


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Saat ini, hampir semua media mengabarkan perkembangan terbaru seputar wabah virus COVID-19. Media sosial pun ramai memberikan pemberitaan terkini tentang virus tersebut. Moms mungkin juga sering mendapati beragam informasi terkait virus corona dengan mengutip pendapat dari berbagai ahli dan pakar. Apakah pendapat itu benar-benar bisa dipercaya atau masih diragukan, kita sendiri kadang juga tidak tahu.

Mengikuti segala macam perkembangan dan informasi terbaru mengenai virus COVID-19 memang penting sebagai bentuk kewaspadaan kita terhadap ancaman penyakit berbahaya ini. Namun, terus-menerus terpapar oleh beraneka informasi, yang entah benar-benar sahih atau tidak, bisa membuat kita jadi merasa cepat khawatir dan cemas serta mudah panik.

Rasa cemas dan panik yang berlebihan tersebut bahkan bisa menimbulkan keresahan tersendiri dan bukan tidak mungkin membangkitkan stres pada diri Anda lho, Moms! Kekhawatiran berlebihan yang Anda rasakan bisa menyebabkan tubuh menciptakan gejala sakit tertentu.

Kalau sudah begini, bisa saja Anda mengira telah terinfeksi virus corona. Kadang, saat tiba-tiba Moms merasa badan agak hangat, tenggorokan gatal dan batuk-batuk, Anda jadi berpikir, "Jangan-jangan saya sudah tertular virus tersebut!" Padahal Anda selama ini selalu diam di rumah bersama keluarga, dan hanya keluar jika ada keperluan mendesak.


Baca Juga: 7 Cara Mudah Atasi Gelisah dan Kecemasan


Psikosomatik Akibat Virus COVID-19

Yang perlu Anda pahami Moms, gejala yang Anda rasakan tersebut bisa jadi muncul dari perasaan cemas Anda yang berlebihan, dan bukan karena benar-benar terinfeksi virus COVID-19. Kondisi ini dikenal dengan sebutan reaksi psikosomatik, muncul ketika pikiran memengaruhi tubuh sehingga muncul gejala keluhan fisik tanpa adanya penyakit, dalam hal ini akibat virus corona.

Menurut dr. Martina Paglia dari The International Psychology Clinic, seperti dikutip dari Kompas.com, banyak orang merasa mengalami gejala mirip terinfeksi virus corona hanya karena dipicu kecemasan. Jika Anda merasa cemas dan panik, bisa jadi gejala yang muncul itu merupakan psikosomatik dan bukan karena terserang virus.

American Psychological Association menyebutkan bahwa reaksi psikosomatik bisa muncul karena berbagai sebab, salah satunya karena terus-menerus dan terlalu banyak terpapar segala macam berita dan informasi yang tidak akurat sehingga Anda tidak mampu mengendalikan rasa cemas Anda lagi.


Baca Juga: Pentingnya Tetap Positif saat Pandemi COVID-19 Melanda


Tips Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Pandemi COVID-19

Untuk menangani masalah tersebut, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI) DKI Jakarta menyarankan beberapa hal berikut ini:

1. Menerima bahwa rasa tidak nyaman yang muncul adalah bentuk kewajaran. Karena penolakan perasaan yang muncul justru akan membuat perasaan itu semakin besar dan tidak terkontrol.?

2. Komunikasi dengan orang yang dapat membuat Anda nyaman. Hubungilah keluarga, kerabat atau sahabat melalui telepon atau video call. Berbagi perasaan bisa menjadi cara efektif untuk mengelola emosi dengan baik.

3. Terapkan pola hidup bersih sehat. Tidur teratur, lakukan aktivitas fisik yang bisa dilakukan dalam ruangan, cuci tangan secara berkala, relaksasi menghirup udara segar di pekarangan atau balkon, dan makan makanan bergizi adalah aktivitas yang bisa menjaga daya tahan tubuh. 

4. Pantau informasi perkembangan keadaan hanya dari sumber yang tepat dan tepercaya, misalnya dari media tepercaya, Kementerian Kesehatan, BNPB, atau WHO. Tidak usah membaca informasi yang sumbernya tidak jelas.

5. Ketika ketidaknyamanan muncul, alihkan dengan aktivitas menyenangkan. Gunakan cara-cara yang sebelumnya efektif bagi Anda. Jangan terikat pada gadget semata.

6. Jangan merokok, minum alkohol, atau narkoba untuk mengatasi perasaan tidak nyaman.

?7. Jika Anda tak lagi bisa mengendalikan stres atau perasaan tak nyaman, segera konsultasi dengan psikiater atau psikolog.? (M&B/SW/Dok. Freepik)