TOODLER

Tantrum pada Anak Ternyata Punya Manfaat Positif, Lho!


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Hampir semua balita pasti pernah tiba-tiba menangis dan mengamuk tanpa sebab, atau biasa dikenal dengan istilah tantrum. Bahkan buat beberapa ibu, anak yang tantrum bukan merupakan pemandangan aneh lagi. Ya, tantrum memang sangat sering terjadi pada balita, khususnya anak usia 2 atau 3 tahun.

Bicara soal tantrum, Moms pasti pusing dibuatnya. Terlebih, tantrum biasanya terjadi tanpa alasan jelas. Hal sepele bisa saja memicu tantrum pada anak, dan parahnya, Si Kecil tantrum tanpa mengenal tempat dan waktu sehingga dapat membuat Moms bingung mesti berbuat apa, panik, hingga akhirnya memarahi Si Kecil.

Baca juga: 3 Tahapan Tantrum pada Anak yang Perlu Moms Ketahui

Namun, tantrum tidak selamanya berdampak negatif pada anak lho, Moms. Percaya atau tidak, tantrum ternyata juga punya dampak positif bagi kesehatan mental Si Kecil. Apa saja? Berikut penjelasannya seperti dikutip dari Parents.com.


1. Melepas Emosi dan Stres

Tahukah Moms, saat Si Kecil menangis, ia juga mengeluarkan hormon kortisol atau hormon stres dalam tubuhnya. Air mata juga membantu menurunkan tekanan darah serta menenangkan perasaannya. Karena itu, umumnya setelah tantrum, suasana hati (mood) balita akan menjadi jauh lebih baik.

Jadi, saat Si Kecil sedang tantrum, Moms tidak perlu langsung emosional dan buru-buru menyuruhnya diam. Biarkan ia menangis hingga tantrumnya mereda tanpa mengganggu prosesnya. Yang perlu diperhatikan, jika anak mengamuk sambil berguling-guling pastikan tempatnya aman dan jauhi barang-barang yang bisa membahayakan atau membuat balita terluka.


2. Tidur Lebih Nyenyak

Di usia balita, anak belum bisa mengungkapkan emosinya dengan cara tepat. Tantrum menjadi salah satu cara Si Kecil untuk menyalurkan emosinya. Saat balita selesai dengan tantrumnya dan emosinya sudah mereda, ia akan menjadi tenang kembali. Hal ini juga akan dapat membantunya tidur lebih nyenyak di malam hari.


3. Mempererat Hubungan Anak dan Orang Tua

Saat anak tantrum, menangis, bergulingan di lantai, mengamuk, atau menyuruh Anda menjauh dari dirinya, jangan memarahi atau bahkan melakukan kekerasan fisik padanya sekadar untuk membuatnya tenang. Pasalnya, tantrum selalu dilakukan di depan orang yang dianggap aman dan nyaman oleh Si Kecil, seperti orang tuanya atau anggota keluarga dewasa yang sangat dekat dengannya.

Sebaliknya, untuk mengatasinya, Moms harus menunjukkan emosi positif, seperti tetap berbicara dengan pelan dan memberinya pelukan hangat. Hal itu justru lebih efektif untuk menenangkannya dan membuat Si Kecil merasa diterima. Dengan begitu, usai tantrum, ia akan merasa jauh lebih dekat dengan Anda, Moms.


4. Belajar Mengekspresikan Perasaannya

Memang, menghadapi anak yang sedang tantrum akan membuat Anda merasa kesal. Namun, tantrum merupakan proses Si Kecil untuk bisa mengungkapkan perasaannya. Tantrum merupakan ekspresi dirinya untuk menolak perkataan atau keinginan Anda, hanya ia belum bisa melakukannya dengan cara tepat. Karena itu, Moms sebaiknya membantu Si Kecil menghadapi rasa kecewanya. Dengan begitu, ia akan tahu cara yang tepat untuk mengekspresikan perasaannya tanpa perlu tantrum.


5. Belajar Menerima Kata "Tidak"

Umumnya, balita tantrum karena orang tua menolak keinginannya. Tidak usah merasa bersalah jika Anda berkata "tidak" dan menolak kemauan Si Kecil, kemudian ia langsung menangis dan mengamuk tidak jelas. Sebaliknya, mengatakan "tidak" pada anak akan membuatnya belajar mengenai batasan perilaku yang bisa diterima dan tidak oleh Anda sebagai orang tuanya. Dari sini, ia akan mulai memahami bagaimana mesti bereaksi dengan benar untuk bisa menerima kata "tidak". (M&B/SW/Dok. Freepik)