Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Memiliki tubuh yang sehat tentunya menjadi harapan setiap orang. Namun dengan banyaknya virus yang semakin menyebar dan imunitas tubuh juga kurang terjaga, maka hal ini bisa menimbulkan penyakit berbahaya, bahkan bisa mengenai organ tubuh vital dan intim sekalipun.
Salah satu penyakit yang sering mengintai setiap pasangan adalah sifilis, yang merupakan infeksi menular seksual (IMS). Penyakit ini disebabkan oleh paparan bakteri Treponema pallidum, dan apabila tidak ditangani dengan tepat serta cepat, bisa mengganggu sistem jaringan dalam tubuh.
Penyakit sifilis sendiri sering disebut sebagai silent disease, yaitu bakteri bekerja dan menyebar secara diam-diam, bahkan hilang dalam jangka waktu tertentu hingga kembali lagi dengan kondisi tubuh sudah lebih rusak daripada sebelumnya. Agar lebih waspada, kenali penyakit sifilis lebih dekat!
Luka tanpa nyeri
Sifilis merupakan jenis penyakit yang sistemik atau dapat menyebar ke organ tubuh lainnya. "Prosesnya, bakteri Treponema pallidum akan masuk melalui kulit atau mukosa, sehingga menimbulkan luka. Uniknya, luka tersebut tidak menimbulkan rasa nyeri bagi penderita (kemungkinan 40 persen penderita merasakan gatal di area luka)," jelas Dr. dr. Wresti Indriatimi, SpKK (K), M.Epid, Spesialis Kulit dan Kelamin RSCM.
Penyebarannya sendiri terjadi jika Anda atau pasangan sering melakukan hubungan intim dengan bergonta-ganti pasangan. Bisa terjadi di area genital, anus, dan juga mulut/lidah (jika melakukan oral atau berciuman). Daerah di sekitar luka akan tampak lebih tinggi dibandingkan area lain. Ada beberapa tahapan penyakit sifilis, sejak baru terkena di fase awal hingga sudah sangat parah dan semakin lama proses penyembuhannya:
Sifilis premier
Pada fase ini, luka muncul pada area terjadinya kontak seksual. Ciri lukanya tidak terasa nyeri, muncul di satu titik, serta bersih atau dirasa tidak mengganggu kenyamanan penderita. Gejala ini bisa hilang hanya dalam waktu 3-10 minggu. Meskipun begitu, kondisi ini tidak sembuh, melainkan sangat infeksius dan dapat menyebar jika melakukan kontak seksual.
Sifilis sekunder
Di fase kedua, luka berubah menjadi lesi mukokutan (kulit dan selaput lendir) yang muncul dengan adanya rasa gatal dan berbentuk simetris. Biasanya keluar di area seperti telapak tangan dan kaki, serta di kulit kepala seperti bercak merah.
Gejala yang terlihat adalah penderita mengalami demam, lesu, serta terjadi pembengkakan kelenjar getah bening. Kondisi ini bisa menetap selama beberapa bulan dan dapat menular (melalui jabat tangan). Jika penderita tidak menanganinya, maka tanda dan gejala akan hilang sendiri dalam waktu lama hingga berubah menjadi stadium laten.
Sifilis laten
Kondisi laten terbagi menjadi dua, laten dini yang terjadi dan keluar dalam durasi kurang dari satu tahun dan laten lanjut yang sudah dialami lebih dari setahun. Meski tidak terlihat tanda dan gejala, namun saat dilakukan tes serologi (mengecek antibodi yang keluar karena adanya antigen dalam tubuh) hasilnya reaktif.
Sifilis tersier
Ini merupakan stadium yang paling parah, karena sudah mengganggu organ tubuh lainnya, di antaranya Cardiosifilis (kelainan jantung dan pembuluh darah), Neurosifilis (kelainan organ mata, telinga, gangguan saraf, hingga gangguan mental), dan Gumma (kelainan kulit dan organ dalam lainnya).
Membahayakan ibu hamil
Penyakit sifilis pada fase awal bisa diobati melalui skrining 1-2 tahun, dan selama pengobatan pasangan sebisa mungkin tidak boleh melakukan kontak seksual. "Sifilis sendiri bisa timbul kembali setelah diobati, karena antibodi hanya bisa mengetahui, bukan menyembuhkan," tambah dr. Anthony Handoko, SpKK, dari Klinik Pramudia.
Karenanya, sangat penting bagi wanita, khususnya ibu hamil untuk tidak terkena penyakit ini. Sebab, sifilis bisa menular kepada janin dalam kandungan. Jika kondisi ini terjadi, maka bayi akan mengalami cacat fisik hingga memengaruhi perkembangan otaknya.
Untuk ibu hamil dan menyusui, proses pengobatannya sama seperti penderita sifilis lain, yaitu dengan penisilin yang diberikan melalui suntikan. Obatnya sendiri tidak akan memengaruhi kualitas ASI, bahkan pengobatan ini membuat janin tidak terkena sifilis jika dilakukan sejak awal. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)