FAMILY & LIFESTYLE

Pertolongan Pertama pada Serangan Epilepsi


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Dari sekian banyak penyakit yang mungkin menyerang Si Kecil, epilepsi adalah salah satu penyakit yang paling menakutkan ya, Moms. Bagaimana tidak, penyebabnya hingga kini belum diketahui secara pasti dan serangannya bisa terjadi kapan saja! Terlebih, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan epilepsi merupakan masalah neurologi kronis yang cukup banyak dialami oleh anak-anak.

Epilepsi atau sering juga disebut ayan adalah kejang berulang kali atau lebih tanpa penyebab. "Kejang pada epilepsi tidak harus kejang kelojotan dan mengeluarkan busa. Serangan kejang dapat berupa kaku di seluruh tubuh, kejang kaku/kelojotan sebagian lengan atau tungkai bawah, kedutan di sebelah mata dan sebagian wajah, hilangnya kesadaran sesaat sehingga anak tampak bengong atau seperti melamun, tangan atau kaki tiba-tiba tersentak atau anak tiba-tiba jatuh seperti kehilangan tenaga," jelas Dr. dr. Setyo Handryastuti, SpA(K), dalam tulisannya untuk IDAI.

Apa yang harus Moms lakukan saat menghadapi anak terserang kejang epilepsi? IDAI menyarankan Anda untuk melakukan langkah aman berikut ini.

Serangan epilepsi tanpa kejang

Menurut IDAI, anak bisa mengalami serangan epilepsi tanpa kejang. Tandanya adalah anak terlihat bengong, bingung, tidak memberi respons, dan melakukan gerakan tidak bertujuan. Jika hal tersebut terjadi, lakukan ini:

• Dampingi penderita tersebut sampai serangan berhenti sendiri. Jika terjadi di tempat umum, terangkan kondisi anak pada orang di sekitarnya.

• Jauhkan penderita dari benda-benda berbahaya.

• Jangan menahan gerakan penderita tersebut.

• Jauhkan penderita dari bahaya secara perlahan.

• Setelah serangan berhenti, ajak penderita bicara dan tetaplah bersamanya sampai kesadarannya benar-benar pulih kembali.

Serangan epilepsi dengan kejang

Ketika penderita epilepsi mengalami serangan dengan kejang (kejang kaku, kelojotan, terjatuh), maka pertolongan pertama yang harus diberikan sesuai saran IDAI adalah:

• Tetap tenang, biarkan serangan berhenti sendiri.

• Catat lama kejang.

• Hindari penderita dari trauma (baringkan di lantai, jauhkan dari benda berbahaya, tempatkan sesuatu yang lembut di bawah kepalanya).

• Longgarkan segala sesuatu yang melingkari lehernya (kerah baju, dasi, atau kalung).

• Jangan menahan gerakan-gerakannya saat ia mengalami kejang.

• Jangan letakkan apa pun di mulut penderita saat kejang.

• Miringkan pasien saat kejang berhenti (untuk mengalirkan ludah dan cairan mulut agar tidak menutupi jalur napas).

• Setelah serangan berhenti, ajak ia berbicara dan jangan ditinggal sendirian hingga kesadarannya pulih kembali.

• Beri waktu untuk istirahat.

Darurat!

Segera panggil ambulans atau tenaga kesehatan jika:

• Kejang berlangsung lebih dari 5 menit.

• Kesadaran dan pernapasan penderita tidak membaik setelah serangan berakhir.

• Kejang berulang tanpa pulihnya kesadaran di antara kejang.

• Perasaan bingung berlangsung lebih dari 1 jam.

• Kejang terjadi di dalam air dan Anda curiga air masuk ke saluran napasnya.

• Jika ini kejang pertama atau penderita trauma, terluka, hamil, dan atau penderita diabetes (karena kadar gula terlalu rendah atau tinggi akan mengakibatkan kejang pada penderita epilepsi). (Tiffany/SW/Dok. Freepik)