BABY

Waspada Bayi Kena Sindrom Potter Akibat Kurang Air Ketuban


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Air ketuban memegang peran penting saat Anda hamil untuk melindungi dan mendukung tumbuh kembang janin dalam kandungan. Cairan ini berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi janin dari guncangan dan infeksi, menjaga suhu dalam rahim, hingga membantu sistem pernapasan dan pencernaan janin.

Karena itu, jumlah cairan ketuban harus selalu cukup agar bisa menunjang tumbuh kembang janin secara optimal. Jika jumlah cairan ketuban sedikit, hal tersebut bisa berakibat fatal pada janin. Kondisi jumlah cairan ketuban yang sedikit dan tidak mencukupi kebutuhan janin dikenal dengan istilah oligohidramnion.

Salah satu gangguan yang bisa dialami oleh janin akibat kurangnya cairan ketuban adalah sindrom Potter. Ini merupakan kondisi langka yang bisa menyerang janin. Bayi yang lahir nantinya bisa mengalami cacat atau kelainan fisik, misalnya pada struktur wajahnya, seperti hidung berbentuk pipih, telinga abnormal, dan adanya lipatan kulit yang menutupi sudut mata.

Penyebab sindrom Potter pada bayi

Jumlah cairan ketuban dipengaruhi oleh banyaknya urine yang dihasilkan janin. Namun, ada kalanya ginjal dan saluran kemih janin mengalami gangguan, sehingga produksi urine janin akan menurun yang berimbas pada jumlah cairan ketuban menjadi berkurang.

Saat air ketuban terlalu sedikit jumlahnya, janin pun tidak akan punya bantalan di dalam rahim. Akibatnya, ia akan mendapat tekanan langsung dari dinding rahim, yang membuat tubuh dan wajahnya mengalami kelainan. Kondisi inilah yang disebut dengan sindrom Potter.

Selain itu, sindrom Potter juga bisa disebabkan oleh kondisi lain, seperti tidak terbentuknya ginjal dengan sempuna akibat kelainan kromosom pada janin atau tersumbatnya kandung kemih sehingga urine tidak keluar namun menumpuk di ginjal.

Selain itu, kekurangan cairan ketuban atau oligohidramnion juga akan berpengaruh pada perkembangan paru-paru janin sehingga saat lahir, paru-paru bayi tidak bekerja dengan baik. Hal ini karena cairan ketuban juga berperan dalam perkembangan dan pematangan paru-paru janin.

Ciri-ciri bayi mengalami sindrom Potter

Bayi yang terlahir dengan sindrom Potter biasanya akan memiliki ciri-ciri berupa kelainan fisik, seperti:

• Jarak mata lebih lebar atau terpisah jauh.

• Bentuk telinga abnormal dan posisi telinga lebih rendah.

• Dagu lebih kecil atau tersembunyi.

• Adanya lipatan kulit yang menutupi sudut mata.

• Hidung pipih atau pangkal hidung lebih lebar.

• Kesulitan bernapas karena paru-paru tidak berkembang dengan sempurna selama dalam rahim.

Mendiagnosis dan mengobati bayi yang terkena sindrom Potter

Sindrom Potter biasanya bisa didiagnosis dengan pemeriksaan USG, meskipun tak jarang kelainan ini baru diketahui setelah bayi lahir. Tanda-tanda sindrom Potter yang dapat diidentifikasi melalui USG biasanya berupa volume cairan ketuban yang terlalu sedikit serta adanya kelainan ginjal, paru-paru, dan wajah janin.

Jika dokter menemukan tanda-tanda kelainan tersebut, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pemberian tes lanjutan, seperti CT scan, rontgen, tes darah, atau bahkan tes genetik untuk melihat penyebabnya dan seberapa parah kelainan tersebut pada janin di dalam rahim.

Sedangkan pengobatan sindrom Potter tentu disesuaikan dengan penyebabnya. Setelah lahir, bayi mungkin memerlukan alat bantu pernapasan atau dirawat di ruang NICU. Kadang, Si Kecil juga butuh dipasang selang makanan untuk memberikannya susu karena keterbatasannya dalam menyusu. Bayi dengan sindrom Potter mungkin saja membutuhkan tindakan cuci darah secara berkala, karena ginjalnya tidak berfungsi dengan baik.

Memang, sindrom Potter adalah kelainan yang jarang terjadi pada bayi. Akan tetapi, Moms tetap perlu waspada. Salah satu cara untuk menghindarinya adalah dengan rutin melakukan konsultasi ke dokter kandungan untuk memantau kesehatan Anda dan janin. (M&B/SW/Dok. Freepik)