TOODLER

Memberikan Susu Kental Manis pada Anak, Perhatikan Ini!


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Susu kental manis (SKM), sebagian besar Moms pasti tahu tentang susu ini (walaupun banyak orang yang yang tidak setuju menyebutnya dengan istilah susu). Moms sendiri mungkin sering memakai SKM sebagai topping atau perasa untuk makanan, seperti kue dan puding.

Seperti kita tahu, SKM telah lama dikenal dan dikonsumsi oleh masyarakat, tidak hanya sebagai penambah rasa pada makanan, ada juga orang tua yang memberikan anak mereka SKM sebagai pengganti susu bubuk karena harganya jauh lebih ekonomis. Perkara ekonomi memang jadi salah satu pertimbangan utama dalam membeli produk susu buat anak.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sendiri sudah melakukan pencabutan kategori susu pada produk SKM. Sementara itu, Kementerian Kesehatan RI menegaskan bahwa SKM bukan produk susu bernutrisi. Kandungan gulanya yang tinggi membuatnya tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh balita.

"Sebagai contoh, salah satu jenis SKM yang dijual secara komersil menuliskan dalam satu takar porsi (4 sendok makan) memasok 130 kkal, dengan komposisi gula tambahan 19 gram dan protein 1 gram. Jika dikonversikan dalam kalori, 19 gram gula sama dengan 76 kkal. Kandungan gula dalam 1 porsi SKM tersebut lebih dari 50 persen total kalorinya, jauh melebihi nilai rekomendasi gula tambahan yang dikeluarkan oleh WHO," tulis dr. Bagus Budi Santoso, dalam artikelnya untuk IDAI dengan narasumber dr. Damayanti, Sp.A(K), Ph.D.


Bahaya Memberikan SKM pada Anak

SKM diketahui mengandung kadar gula yang sangat tinggi, jauh lebih tinggi dibandingkan produk susu kemasan lainnya seperti susu UHT, susu pasteurisasi, atau susu formula. SKM dibuat dengan proses evaporasi, yaitu menguapkan sebagian air dari susu segar (50 persen) dan ditambah dengan gula 40-50 persen.

Menurut Prof. dr. Bambang Wirjatmadi, MS., MCN., Ph.D., SpGK, sebagian besar komposisi dari SKM adalah gula (90 persen gula dan hanya 10 persen susu sapi segar). Gula dalam SKM dapat menyebabkan diare pada anak-anak, terutama jika anak tersebut tidak tahan terhadap SKM.

Jadi, selain kadar gulanya sangat tinggi, kandungan proteinnya ternyata amat rendah. Karena itu, SKM tidak dianjurkan untuk diberikan pada balita, terlebih lagi anak di bawah usia 1 tahun. Ini bahaya yang akan mengincar Si Kecil jika ia terbiasa mengonsumsi SKM, Moms.

1. SKM umumnya mengandung pemanis dan pengental buatan yang dapat berdampak buruk pada fungsi pencernaan balita. Hal ini dikarenakan sistem pencernaan balita masih dalam proses perkembangan.

2. Mengonsumsi SKM secara berlebihan akan meningkatkan risiko obesitas pada anak karena kadar gula tinggi yang ada di SKM. Kelebihan berat badan karena gula dapat membuat anak mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) karena makanan yang dikonsumsinya tidak mengandung nutrisi seimbang. Anak hanya kelebihan nutrisi pada karbohidrat sedangkan nutrisi lain seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral tidak terpenuhi.

3. Konsumsi gula berlebihan juga berisiko menurunkan sensitivitas insulin yang kemudian menyebabkan hiperglikemia (kadar gula darah lebih tinggi dari batas normal) dan memicu risiko diabetes.

4. Konsumsi gula berlebihan bisa menyebabkan masalah pada gigi dan merusak gigi, seperti radang gusi, gigi bolong, serta gigi tanggal. Jika anak sebelumnya sudah mengalami masalah gigi, gula akan bisa memperparah kondisinya.

5. Konsumsi gula terlalu banyak akan menyebabkan perubahan keseimbangan antara bakteri baik dan buruk di dalam tubuh. Dampaknya, sistem kekebalan tubuh akan melemah sehingga anak mudah terserang penyakit.

Untuk itu, stop kebiasaan anak minum SKM ya, Moms. Gunakan SKM hanya sebagai campuran, topping, atau perasa untuk makanan seperti kue dan puding. Untuk anak, jika ia sudah tidak minum ASI, Anda bisa berikan SI Kecil susu UHT. Berikan ia juga makanan bernutrisi dengan gizi seimbang selain memberikan susu. (M&B/SW/Dok. Freepik)