TOODLER

Hindari Mengancam Anak Balita, Ini Efek Negatifnya!


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Moms, tahukah Anda? Memberi ancaman pada anak balita merupakan salah satu bentuk kekerasan terhadap anak, lho! Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 jenis kekerasan pada anak, yaitu kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan kekerasan emosional.

Kekerasan fisik adalah perbuatan yang menghasilkan luka yang bukan disebabkan oleh kecelakaan. Sedangkan kekerasan emosional adalah perilaku yang menimbulkan trauma psikologis pada anak, misalnya dengan menghina, merendahkan, dan mengancam Si Kecil.

"Ayo cepat habiskan makananmu, kalau enggak habis nanti Mama cubit, ya!" Kalimat seperti itu mungkin sering Anda ucapkan, tanpa maksud benar-benar ingin menghukum anak. Namun tanpa Anda sadari, kalimat seperti itu juga merupakan ancamann yang bisa membuat anak jadi trauma!

Apa sih, dampak mengancam anak? Tentu saja banyak dampak buruknya ya, Moms. Yuk, cari tahu apa saja dampak negatif mengancam anak balita bagi tumbuh kembang Si Kecil.

Dampak negatif mengancam anak

1. Anak jadi tidak mau bereksplorasi

Bentuk kalimat menakut-nakuti anak seperti, "Jangan keluar rumah, nanti kamu ditangkap penculik, lho!" tentu saja bisa membuat Si Kecil takut bereksplorasi. Apalagi jika Moms tambahkan ancaman seperti, "Kalau kamu enggak nurut sama Mama, lihat saja nanti Mama jewer, ya!" Ancaman seperti itu sama saja dengan membatasi rasa ingin tahu anak, Moms.

2. Anak jadi penakut

Di periode emas usia 0-5 tahun, rasa ingin tahu balita tentu sangat besar, dan itu bisa terpatahkan jika Anda sering mengancam anak. Akibatnya, anak tumbuh menjadi sosok penakut karena setiap penasaran, Moms selalu melarangnya bahkan mengancamnya.

3. Anak jadi tidak percaya diri

Setiap ingin mengetahui sesuatu, belum apa-apa Moms sudah memberinya ancaman yang mengekangnya. Tentu saja ini bisa membuat Si Kecil jadi tidak percaya diri atau selalu merasa tidak mampu mencoba hal-hal baru. Moms tentu enggak mau dong, Si Kecil tumbuh menjadi sosok yang enggak PD seperti ini?

4. Anak jadi tidak berani mengambil keputusan

Semua yang ingin ia coba harus atas seizin Moms dan sering kali berakhir dengan larangan atau bahkan ancaman. Akhirnya, anak tidak pernah belajar mengambil keputusan, karena keburu takut dengan ancaman-ancaman orang tuanya. Ini pola asuh yang tidak baik ya, Moms. Melindungi boleh saja, tapi jangan sampai mengekang Si Kecil dengan ancaman, dong.

Tanda dan gejala kekerasan psikis

IDAI menyebutkan ada beberapa tanda dan gejala kekerasan psikis pada anak, seperti:

• Perubahan percaya diri yang tiba-tiba

• Sakit kepala atau nyeri perut tanpa penyebab medis yang jelas

• Ketakutan yang abnormal, mimpi buruk

• Cenderung melarikan diri

• Kegagalan di sekolah (prestasi menurun, sering bolos, tidak konsentrasi belajar).

Saran dari pakar

Hampir semua orang tua yang mengancam anaknya sebenarnya hanya ingin mendisiplinkan anaknya, tanpa maksud menyakitinya. Untuk itu, American Academy of Pediatrics merekomendasikan orang tua guna mencari cara lain yang lebih efektif untuk mendisiplinkan anak, karena tindak kekerasan dapat mengakibatkan kecenderungan perilaku agresif pada anak serta meningkatkan risiko terjadinya tindakan kriminal dan penggunaan zat terlarang pada anak saat dewasa. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)