Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Karena daya tahan tubuhnya yang masih belum berkembang dengan sempurna, bayi pun rentan terkena penyakit, baik yang ringan maupun yang disebabkan oleh serangan virus. Salah satunya adalah campak.
Penyakit campak umumnya menyerang bayi berusia 5 bulan ke atas dan umumnya muncul pada masa peralihan musim. Campak jarang menyerang anak di bawah usia tersebut, karena ia masih terlindungi oleh kekebalan dari sang ibu. Penyakit campak bersifat menular dan dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada bayi dan anak-anak lho, Moms. Karena itu, kenali penyakit ini dan penanganannya agar Si Kecil bisa terhindar dari penyakit tersebut. Yuk, baca penjelasannya lebih lanjut berikut ini, Moms!
Penyebab campak pada bayi
Campak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus morbili yang termasuk dalam golongan paramiksovirus. Virus ini bisa masuk ke tubuh siapa pun karena keberadaannya menyatu dengan udara sekitar.
Artinya, jika kita berada di dekat penderita campak, maka besar kemungkinan kita akan tertular penyakit tersebut. Penyebarannya terjadi ketika penderita sedang batuk, bersin, atau berbagi makanan maupun minuman dengan orang lain.
Gejala bayi terkena campak
Pada tahap awal, penderita campak akan mengalami gejala seperti demam tinggi, hidung berair, bersin, nyeri tenggorokan, dan batuk kering. Kemudian diikuti dengan rasa letih, iritasi pada mata hingga mengalami diare.
Tahap selanjutnya, akan muncul bercak-bercak kemerahan di dalam rongga mulut dan adanya ruam di sekujur tubuh Si Kecil. Gejala ini mulai muncul pada 7-18 hari setelah tertular dari penderita campak lainnya. Masa jeda ini disebut juga masa inkubasi.
Campak sebenarnya jarang memberikan dampak serius, jika Si Kecil tetap mendapat nutrisi yang cukup saat sakit. Namun, Anda juga harus waspada jika batuknya semakin parah hingga menimbulkan sesak dan muntah-muntah.
Segera bawa bayi ke dokter untuk penanganan lebih intensif dan memastikan ada atau tidaknya komplikasi. Perlu diketahui bahwa ada berbagai komplikasi yang bisa menyertai campak, seperti pneumonia, infeksi telinga tengah, penurunan jumlah trombosit, bahkan infeksi otak.
Mengatasi campak pada bayi
Jika bayi Anda terkena campak, kompres Si Kecil untuk meredakan demam. Jangan pernah menyelimuti atau memakaikan baju tebal, karena hal tersebut hanya akan membuat suhu tubuhnya semakin meningkat. Anda juga tidak perlu memandikan Si Kecil saat demamnya sedang tinggi, Moms. Cukup jaga kebersihan tubuhnya dengan membasuhkan air hangat dan rutin mengganti pakaiannya.
Untuk mengurangi rasa gatal, Anda boleh mengolesi bedak yang direkomendasikan dokter. Jaga asupan makan dan minumnya agar ia tidak mengalami dehidrasi. Tempatkan ia di kamar tidur tersendiri dan gunakan peralatan makan khusus agar tidak menulari orang lain serta mencegah terjadinya komplikasi.
Mencegah bayi terkena campak
Pencegahan penyakit campak bisa dilakukan dengan pemberian imunisasi, yakni vaksin campak atau vaksin MMR (Mumps, Measles and Rubella). Vaksinasi campak direkomendasikan diberikan pada saat anak berusia 9 bulan.
Meskipun begitu, jika Si Kecil telah mendapatkan imunisasi campak, tidak tertutup kemungkinan ia bisa terkena campak lagi di kemudian hari. Namun setidaknya, dengan imunisasi campak yang pernah ia dapatkan saat Si Kecil berusia 9 bulan, penyakit campak yang diderita menjadi lebih ringan.
Berkat imunisasi, Si Kecil juga akan terhindar dari komplikasi penyakit campak yang membahayakan jiwa. Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit ini antara lain adalah radang paru-paru, gangguan pencernaan, dan radang otak.
Jadi, jangan lupa berikan Si Kecil imunisasi lanjutan MMR saat ia berusia 5 tahun ya, Moms. (M&B/SW/Dok. Freepik)