Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Si Kecil kenapa, ya? Kok, diam saja dan tatapan matanya juga terlihat kosong. Apakah ia sedang melamun, ya?
Bisa jadi, Moms! Melamun, mengkhayal, atau daydreaming sesungguhnya bukan hanya dilakukan orang dewasa, lho. Anak-anak, termasuk balita, juga kerap melakukannya.
Namun jangan terburu-buru memberi cap negatif terhadap kegiatan melamun ya, Moms. Melamun tidak selalu merupakan pertanda anak sulit fokus, malas, atau sulit berkonsentrasi. Jika dilakukan dalam frekuensi yang tidak berlebihan, melamun sesungguhnya adalah aktivitas normal dalam proses tumbuh kembang anak. Aktivitas ini juga merupakan cara bagi anak untuk mengatasi rasa bosan dan lelah, mencari jalan keluar masalah (problem solving), membayangkan sebuah kejadian, atau merangsang kreativitasnya.
Bahkan sebuah penelitian justru menunjukkan bahwa anak yang suka melamun memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Daniel Levinson, seorang psikolog dari University of Wisconsin, yang dipublikasikan secara online di Psychological Science, ditemukan adanya hubungan antara pikiran dan kecerdasan.
Peneliti memeriksa secara berkala ketika anak sedang melamun. Percobaan dilakukan dengan mengingat huruf yang diselingi soal matematika. Anak-anak juga diminta menekan tombol untuk merespons pertanyaan sambil menghitung napas mereka. Dan ketika para peneliti memberikan skor, anak-anak yang melamun diketahui memiliki pemahaman membaca yang baik, memiliki memori kerja otak yang baik, hingga kemampuan mengerjakan berbagai tugas atau multitasking yang tinggi.
Hubungan lain pada anak yang suka melamun dengan kecerdasan, berkaitan dengan rasa bosan anak yang merasa pekerjaan sekolahnya 'biasa' saja. Ia bisa lebih cepat menguasai sehingga menghabiskan sisa waktunya untuk melamun.
Melamun Bukan Halusinasi
Perlu Moms ketahui, terkadang anak juga berbicara sendiri ketika sedang melamun. Hal tersebut dilakukan Si Kecil tanpa sadar karena mereka mengikuti skenario yang ada di dalam otaknya. Moms tidak perlu khawatir karena Si Kecil tidak sedang berhalusinasi atau mengalami skizofrenia, gangguan mental yang membuat penderitanya meyakini halusinasi mereka sebagai hal yang nyata. Saat melamun, Si Kecil sadar bahwa mereka tengah berimajinasi.
Di sisi lain, Moms perlu memberikan perhatian khusus apabila kegiatan melamun tersebut sudah mengganggu aktivitas, misalnya melamun saat tengah belajar di sekolah atau melamun secara berlebihan. Anda juga perlu waspada ketika imajinasi anak mulai berlebihan dan ia menganggapnya sebagai sesuatu yang nyata. Jika Si Kecil mengalami kondisi seperti ini, sangat disarankan Moms segera membawanya ke dokter atau seseorang yang memang kompeten untuk mengatasi masalah tersebut.
Aktivitas Alternatif
Ketika Si Kecil lebih sering menghabiskan waktunya untuk melamun, ada baiknya Moms memberikannya aktivitas lain yang lebih bermanfaat. Anda bisa mengajaknya untuk bermain bersama, menggambar, menyelesaikan puzzle, atau sekadar membantu Anda memasak di dapur.
Sementara itu, jika anak gemar melamun saat berada di kelas, bisa jadi ia merasa bosan, Moms. Oleh sebab itu, Anda bisa berkonsultasi dengan guru untuk mencari cara agar proses belajar Si Kecil lebih menarik. Dengan begitu, ia tidak akan menghabiskan waktunya hanya melamun saja.
Ingat Moms, anak memiliki kecenderungan meniru. Otak Si Kecil bisa menjadi alat perekam yang kuat. Bukan tidak mungkin, anak melamunkan hal-hal yang ia amati, alami, atau rasakan. Oleh sebab itu, sebaiknya Moms dan Dads selalu berusaha memberi contoh yang baik bagi Si Kecil. Anda juga bisa mengarahkan lamunan Si Kecil ke arah yang lebih positif dan meningkatkan kreativitas. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)