FAMILY & LIFESTYLE

Totalitas Arie Dwi Andhika Jalankan Peran sebagai Ayah


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Menjadi orang tua adalah sebuah proses belajar tanpa henti. Belajar bersabar dan belajar menentukan yang terbaik bagi sang buah hati. Hal inilah yang dirasakan Arie Dwi Andhika, 35. Maklum, Arie kini bukan hanya berstatus sebagai suami Ardina Rasti, melainkan juga ayah dari Anara Langit Adria yang lahir pada 9 Desember 2018.

Walau sudah mempersiapkan diri dari sebelum Si Kecil lahir, toh Arie tetap dihinggapi rasa khawatir karena menurutnya banyak sekali hal yang harus dipelajari sebagai seorang ayah. Namun, aktor kelahiran Jakarta ini tidak mau main-main dalam menjalankan perannya sebagai ayah. Ia tak mau sekadar menjadi sosok pencari nafkah dalam keluarga. Arie ingin menjadi bagian penting dalam kehidupan sang buah hati. Simak wawancara eksklusif M&B dengan Arie Dwi Andhika berikut ini, Moms.


Bagaimana rasanya menjadi ayah?

Tentunya luar biasa. Sebuah pengalaman yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Ya, inilah momen yang memang sudah saya dan Rasti tunggu-tunggu. Pastinya, menjadi ayah menguji kita sebagai manusia bagaimana caranya untuk bersabar.


Sepenting apakah peran ayah dalam perkembangan anak?

Di Indonesia, banyak laki-laki, suami, atau ayah yang bekerja menganggap enteng tugas mengurus anak. Selain itu, ada juga anggapan bahwa urusan anak adalah urusan istri. Hanya saya berpikir, kelahiran anak itu terjadi karena andil dua orang, yaitu ayah dan ibunya. Masa tanggung jawabnya hanya pada istri saja?

Hal ini juga diajarkan dalam kelas hypnobirthing dan pastinya membuat saya berpikir, "Masa saya hanya mau enaknya saja?". Jadi selelah apa pun, saya selalu menyempatkan diri untuk merawat anak dan menjaga kualitas bonding dengannya. Pada akhirnya, hubungan dengan ayah juga akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan serta kepribadian anak ketika kelak sudah dewasa.

Bukan hanya dari segi karakter, bonding dengan ayah juga akan memengaruhi kelengkapan mentalnya. Saya tidak mau nantinya Anara kehilangan sosok seorang ayah karena terus-menerus bersama ibunya saja.


Persiapan apa saja yang Anda lakukan untuk menjadi ayah?

Bahkan sebelum proses persalinan kami telah mempersiapkan diri dengan mengikuti kelas hypnobirthing. Di sana, kami belajar banyak. Saya belajar bagaimana memperlakukan istri ketika hamil, saat melalui proses persalinan, dan setelah Si Kecil lahir.

Selain itu, saya juga diajarkan bagaimana cara merawat bayi, cara menggendongnya, dan diberitahu untuk banyak-banyak bersabar saat membesarkan anak. Namun harus diakui, meski sudah mempelajari dan mempersiapkan banyak hal, rasa gugup tetap ada. Hanya saja, saya tidak boleh memperlihatkan rasa gugup tersebut di hadapan istri. Kalau dua-duanya gugup, siapa yang akan memegang Si Kecil?

Dengan persiapan tersebut, saya jadi lebih mahir mengurus anak dalam hal mengganti popok, memandikan, atau menjemur pakaiannya. Namun untuk menenangkan bayi nangis, tentunya ibunya lebih jago karena ikatan ibu dan anak berbeda. Saat menangis, biasanya anak akan benar-benar merasa nyaman saat berada dekat dengan ibunya.


Apa aspek paling penting dalam memilih produk perawatan untuk bayi?

Pertama, tentunya saya melihat dari kegunaan dan sensitivitas kulit bayi. Seperti anak saya, Anara, kerap mengalami ruam saat dipakaikan produk tertentu. Jadi saya perlu melihat dulu bahan-bahan yang terkandung di dalamnya saat memilih produk perawatan bayi untuk Anara, sekaligus memastikan produk tersebut aman.

Soal merek juga menjadi salah satu pertimbangan karena kami juga agak khawatir jika menggunakan produk yang brand tidak dikenal untuk anak.


Pernahkah terbersit rasa khawatir tidak mampu menjadi ayah yang baik?

Kekhawatiran pasti ada. Apalagi saya dan Rasti sebagai orang tua baru terkadang bertanya kepada diri sendiri, "Apa sih, yang harus dilakukan?", termasuk untuk hal-hal seperti memandikan atau mengganti popok bayi. Untuk itu, saya pun belajar di rumah sakit terlebih dahulu bagaimana cara untuk melakukan semua itu dengan benar.


Tantangan sebagai seorang ayah?

Karena sekarang zamannya sudah berubah, jadi secara otomatis saya juga harus meng-update diri saya sendiri. Itulah tantangan terbesar menjadi seorang ayah. Saya harus tahu bagaimana caranya memperlakukan anak pada masa yang akan dihadapi.

Nah pada era sekarang, saya belajar bahwa kita tidak boleh mengatakan begini atau begitu tanpa ada penjelasan kepada anak karena hal itu hanya akan menimbulkan pengalaman traumatik baginya.

Sama halnya dengan janji. Jangan mengumbar janji kepada anak. Misalnya, orang tua berjanji akan menjemput anaknya pulang sekolah tapi tidak menepatinya. Pengalaman ini akan menimbulkan trauma pada anak dan membuatnya kecewa. Itulah alasan saya menjaga sekali perkataan kepada anak.

Di kelas hypnobirthing, saya juga sempat ditanya apa pengalaman masa kecil yang membuat saya trauma. Di sana, trauma itu disembuhkan terlebih dahulu agar kita melakukan hal yang sama kepada anak. Jadi mental kita sebagai orang tua disiapkan terlebih dahulu. Semacam belajar dari pengalaman agar tidak terulang kembali.


Apa momen favorit bersama Anara?

Salah satu momen favorit saya adalah ketika Anara akan tidur. Kami bermain bertiga. Saya, Rasti, dan Anara bermain bertiga dengan menjauhkan segala hal yang bisa mengganggu seperti gadget. Televisi pun kami matikan hanya untuk fokus bermain bersama Anara. Jadi kami benar-benar menjaga kualitas waktu bersama anak.


Apakah masih memiliki waktu bonding dengan Si Kecil setelah sibuk bekerja?

Melakukan bonding dengan anak adalah wajib! Dan hal itu bukan hanya dilakukan setelah pulang kerja. Sebelum berangkat kerja pun biasanya saya menyempatkan diri untuk memandikan Anara, bermain, dan membawanya keluar rumah sebentar atau saya jemur. Setelah itu, baru saya berangkat kerja.

Sementara itu, setiap kali saya pulang kerja, entah mengapa Anara akan terbangun meski sebelumnya sudah tidur lelap. Dia seakan mau mengajak main ayahnya, biasanya hide and seek. Lalu bercanda dan tertawa bersama.

Setelah sekitar satu jam, saya akan berkata, "Nak, yuk tidur". Dan dia akan kembali terlelap, meski terkadang ada 'drama-drama' sedikit. Mungkin karena Anara anak laki-laki. Jadi selain menyusunya kuat, dia juga seakan memiliki banyak energi yang harus dihabiskan untuk bisa beristirahat.


Pernahkah merasa kelelahan karena harus bermain dengan Si Kecil setelah bekerja?

Banyak orang yang mengatakan bahwa rasa lelah setelah bekerja akan hilang saat melihat wajah anak, dan hal itu ternyata benar. Apabila capek setelah bekerja, sampai rumah justru bersemangat lagi melihat Anara mengajak main. Bagi saya, inilah salah satu pengalaman luar biasa sebagai seorang ayah. (M&B/Wieta Rachmatia/ND/SW/Dok. M&B)