TOODLER

Benarkah Anak yang Aktif Cenderung Lebih Cerdas?


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Duh Si Kecil tidak bisa diam. Seharian ini, ia tidak berhenti bergerak, melompat, berlari, berjoget, dan melakukan banyak hal. Hmm, Moms pernah mengalami hal ini?

Melihat anak tidak bisa duduk dengan tenang memang terkadang bisa membuat Anda senewen. Tapi jangan khawatir Moms, sesungguhnya ada potensi luar biasa di balik aktifnya Si Kecil. Ya, anak yang aktif ternyata cenderung lebih pintar, lho. Penyerapan terhadap suatu materi pelajaran akan lebih mudah apabila Si Kecil lebih aktif secara kognitif maupun motorik.

Anak yang aktif juga memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Jadi jangan heran apabila ia banyak bergerak dan bertanya hanya untuk memenuhi rasa penasarannya akan sesuatu hal. "Ternyata anak yang melakukan banyak gerakan dan mau bertanya, merupakan ciri anak aktif dalam penyerapan pelajaran atau pengetahuan," jelas Psikolog Ajeng Raviando.

Di sisi lain, Moms perlu waspada jika Si Kecil terlalu banyak diam. Apalagi jika ia juga suka menyendiri dan tidak terlalu suka melakukan aktivitas seperti kebanyakan anak-anak lainnya. "Apabila anak lebih suka berdiam diri, fungsi otaknya tidak optimal karena tingkat aktivitas anak juga memacu otak untuk terus bekerja sehingga anak yang cenderung diam juga menyebabkan penyerapan informasi dan pengetahuan yang dilakukan oleh otak tidak maksimal," ungkap Ajeng.


Dukungan Moms

Guna mendukung perilaku aktif Si Kecil, Moms bisa melakukan beberapa cara berikut agar aktivitasnya tersalurkan dengan baik.

1. Ruang kreatif

Untuk membantu meningkatkan kecerdasan Si Kecil, Moms juga bisa memberikan ruang kreatif bagi anak yang aktif. John Medina, penulis buku Brain Rules for Baby, menyebutkan bahwa ruang imajinasi sangat baik untuk menyalurkan energi anak yang aktif.

Selain itu, imajinasi yang dikembangkan anak kelak akan membantu perkembangan otaknya. Perkembangan ini kelak akan sejalan dengan kreativitas yang dimiliki Si Kecil ketika terbiasa menuangkan imajinasinya.

Bentuk ruang kreatif bisa beraneka ragam. Moms bisa menyediakan ruangan khusus bagi Si Kecil untuk mencorat-coret atau melakukan kegiatan yang aktif bergerak, misalnya memukul alat musik atau bermain blok guna menyusun bangunan besar.

2. Belajar banyak hal sejak usia dini

Anak yang aktif tidak hanya terlihat pada usia dua atau tiga tahun saja. Sejak bayi, anak aktif akan mulai banyak belajar. Penelitian menunjukkan bahwa stimulasi yang benar sejak bayi akan berpengaruh pada perilaku dan kemampuan mereka untuk belajar.

Salah satu stimulus yang tepat adalah dengan bereksplorasi. Ketika anak aktif bergerak, ia akan mengenal berbagai objek di sekitarnya. Moms perlu tahu selama tahun pertama kehidupan, otak akan menghasilkan miliaran sel yang artinya otaknya bertumbuh cukup pesat.

Otak bayi mengalami pertumbuhan hingga 64 persen atau mencapai setengah ukuran orang dewasa saat tiga bulan pertama. Oleh sebab itu, stimulus yang tepat akan membantu mengasah pertumbuhan sel otak yang terjadi cukup pesat pada awal kehidupan.

3. Meminimalisasi gadget

Manfaat gadget cukup beragam. Bahkan tak sedikit Moms yang memanfaatkan gawai sebagai sarana belajar bagi anaknya. Akan tetapi, penggunaan gadget tidak cukup untuk mengasah kecerdasan Si Kecil.

Sebaliknya, hasil penelitian justru menunjukkan bahwa anak yang lebih banyak menonton video tertentu akan memahami rata-rata enam hingga delapan kata yang lebih sedikit daripada anak yang tidak menonton.

Interaksi langsung dan membiarkan anak mengenal dunia sekitarnya akan lebih efektif untuk meningkatkan kecerdasan anak dibanding hanya duduk dan berdiam diri sambil bermain gadget. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)