TOODLER

Kala Si Kecil Suka Mengontrol, Mesti Bagaimana?


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Dengan kepandaiannya meluluhkan hati, tanpa Anda sadari, Si Kecil memegang kontrol atas keputusan atau tindakan Anda. Hati-hati Moms, karena itu merupakan tanda-tanda anak yang manipulatif.

Setiap manusia pada dasarnya memiliki sifat manipulatif, begitu pun Si Kecil. Sejak lahir, ia mempelajari diri Anda selaku orang tua. Anak akan tahu bahwa Anda memiliki kekuatan yang lebih dibandingkan dirinya. Lalu, ia akan belajar bagaimana memanipulasi perilakunya untuk memengaruhi kekuatan Anda.


Tindakan Manipulatif Anak

Psikolog anak Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, DR. Rose Mini A. Prianto, M.Psi atau lebih dikenal dengan panggilan Bunda Romi, mengatakan bahwa manipulatif adalah perilaku tidak jujur untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Caranya adalah dengan memengaruhi perilaku, sikap, dan pendapat orang lain tanpa disadari orang tersebut.

"Ada aksi, ada reaksi. Semua perilaku manusia terjadi karena proses belajar dari lingkungan terdekat, misalnya orang tua dan orang lain di sekitar lingkungan rumah, seperti kakak, paman, dan anggota keluarga lainnya. Proses belajar bisa juga dari media televisi, film kartun, bahkan dari perilaku hewan peliharaan," katanya.

Banyak perilaku manipulatif anak yang kadang-kadang tidak Anda sadari. Ada anak yang sekadar menangis untuk mendapatkan belas kasihan, berbohong untuk menghindari hukuman, hingga cara tingkat tinggi seperti bersikap sangat manis tanpa diminta agar keinginannya kelak dipenuhi.

Menurut Bunda Romi, apabila hal ini dibiarkan, ketika dewasa kelak anak dapat menjadi pembohong karena proses belajar terhadap perilaku tersebut menguat. Oleh sebab itu, sejak kecil anak harus dibiasakan berperilaku jujur sebagai salah satu bentuk moral mengetahui yang baik dan buruk.

"Salah pun tidak apa-apa, asalkan jujur. Jangan sampai anak takut berkata jujur," lanjut Bunda Romi.


Tidak Berbahaya

James Lehman, terapis perilaku anak, pendiri The Total Transformation, mengatakan bahwa bentuk perilaku manipulatif itu bermacam-macam. Pertama, perilaku manipulatif yang tidak berbahaya, misalnya Si Kecil yang ingin mendapatkan izin bermain video game pada hari Minggu. Selama satu pekan sebelumnya, ia bersikap sangat manis dan mengerjakan semua tugasnya sehingga tak ada alasan bagi Anda untuk menolak permintaannya.


Manipulasi Berbahaya

Kedua, perilaku manipulatif Si Kecil yang mulai mengancam Anda. Perilaku manipulatif menjadi kekuatan sekaligus permainan untuk mengontrol Anda. Hal ini bisa sangat berbahaya. Bisa saja, Anda salah menyikapinya dengan memberi apa yang ia minta.

Contoh yang paling banyak ditemui, ketika Si Kecil meminta mainan baru yang serupa dengan mainan lamanya, Anda tentu akan menolaknya. Akan tetapi Si Kecil akan meminta dengan suara yang lebih keras, bahkan mungkin menangis. Anda mungkin melihat tingkah itu hanya sebagai luapan emosi yang biasa bagi anak-anak. Namun sesungguhnya, Si Kecil berusaha memanipulasi situasi. Dalam pikirannya, mengencangkan suara atau menangis akan membuat Anda luluh kemudian mengikuti kemauannya.

Sikap manipulatif lainnya adalah memisahkan kedua orang tua. Si Kecil akan datang ke salah satu orang tua yang dianggapnya paling lemah menghadapi sikapnya, lalu meminta keinginannya dituruti. Itulah sebabnya, kedua orang tua harus selalu kompak dalam menentukan keputusan untuk menghadapi sikap Si Kecil, tak ada pengecualian.


Respons Bijak

Bagaimana menghadapi sikap manipulatif Si Kecil? Ini tips yang bisa Anda lakukan, Moms.

1. Jangan Bernegosiasi

Ketika Si Kecil mulai menaikkan volume suaranya dan berteriak, atau bahkan menangis, sesungguhnya ia ingin membuat Anda menyerah. Yang perlu diingat adalah ketika gejala perilaku ini muncul, jangan pernah ada negosiasi. Yang harus didiskusikan adalah perilaku Si Kecil dengan mengatakan "Kita bicarakan hal ini setelah kamu tenang".

2. Tanya Si Kecil

Respons lain adalah bertanya mengenai sikapnya dengan suara lembut. Apabila Anda bertanya dengan suara tinggi, seolah-olah itu menjadi tantangan baginya. "Apakah kamu mengancam ibu?", menjadi pertanyaan yang tepat karena ia akan mengevaluasi diri. Apabila ia menjawab benar, katakan bahwa cara itu tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya, jika ia berkata tidak maka mintalah ia untuk mengecilkan suaranya atau berhenti menangis.

3. Dahulukan Logika

Anak yang manipulatif akan mengupayakan cara terbaik agar Anda menuruti kemauannya. Jangan gunakan emosi, misalnya karena kasihan. Tetaplah berpikir logis bahwa ini untuk kebaikannya.

4. Jelaskan Emosi Anda

Si Kecil juga butuh penjelasan bahwa tindakannya memaksakan kehendak itu bisa menyakiti orang lain. Lakukan pembicaraan ini pada waktu senggangnya, ketika ia tidak sedang memikirkan banyak hal. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)