Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, Anda punya anak yang sebentar lagi memasuki usia remaja? Salah satu kesulitan yang kerap dialami orang tua dengan anak remaja adalah komunikasi, terutama mengenai pendidikan dan pengetahuan seputar seks.
Rendahnya pemahaman remaja mengenai kesehatan reproduksi menjadi salah satu penyebab terjadinya kehamilan dan pernikahan remaja di Indonesia. Menurut hasil Riskesdas tahun 2018, terdapat 33,5 persen remaja perempuan usia 15-19 tahun sudah hamil dan mengalami risiko kurang energi kronis.
Begitu juga berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2016 bahwa 1 dari 9 anak perempuan sudah menikah di bawah usia 18 tahun. Fakta tersebut tidak terlalu mengejutkan mengingat remaja semakin permisif terhadap seks pranikah, sementara hanya 5 dari 10 remaja yang mengetahui bahwa satu kali berhubungan seks saja sudah dapat menyebabkan kehamilan.
Menurut Riset Perilaku Seksual tahun 2017 yang dilakukan Johns Hopkins Center for Communication Program (JHCCP) dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), kurangnya pengetahuan remaja tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Selain karena dianggap tabu, sumber informasi dan bacaan yang tidak kredibel pun menyumbang peranan terhadap kondisi ini.
Namun hal lain yang tak kalah krusialnya adalah absennya orang tua dalam memberikan pendidikan seksual yang memadai bagi remaja. Padahal, orang tua memegang peranan penting dalam menyampaikan informasi yang tepat, memberikan motivasi, keterampilan sikap, dan menjadi role model dalam mempraktikkan perilaku positif.
Kampanye 1001 Cara Bicara
Mengetahui masalah ini, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan SKATA.info -situs referensi yang mengedepankan konten-konten seputar perencanaan keluarga (termasuk pilihan alat kontrasepsi untuk pasangan usia subur), dan referensi orang tua mengenai parenting serta kesehatan reproduksi dan seksual yang berada di bawah naungan Johns Hopkins Center for Communication Program (JHCCP), telah meluncurkan kampanye "1001 Cara Bicara" untuk orang tua dan anak remaja.
"Indonesia memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh negara lain, yaitu keluarga yang sangat solid. Keluarga di Indonesia adalah home base bagi anggota keluarganya. Oleh karena itu, kami mendukung sepenuhnya program ini. Sebab kami sadar betul betapa krusialnya fungsi keluarga terhadap pembangunan kualitas SDM, peningkatan kesejahteraan, serta terhadap penurunan jumlah Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). 1001 Cara Bicara akan membantu orang tua memahami diri, remaja, dan problematika yang muncul di dalam dunia remaja. Sehingga tidak hanya akan memperkaya pengetahuan, tetapi orang tua juga memiliki keterampilan dalam berkomunikasi dengan anak sesuai dengan fase perkembangan dan kepribadiannya," ujar Kepala BKKBN, dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K).
Pede Ngobrol dengan Anak Remaja tentang Apa pun, Kapan pun
Peluncuran kampanye ini juga dibarengi dengan acara diskusi. Mengusung topik "Pede Ngobrol dengan Anak Remaja tentang Apa pun, Kapan pun", diskusi bersama public figure Novita Angie, Alzena Masykouri, M.Psi., Psikolog Anak & Remaja, praktisi pendidikan Imelda Hutapea, M.Ed., dan Supi Catur Nadyastuti selaku perwakilan orang tua remaja, telah memberikan pandangan baru bagi para undangan yang hadir. Masing-masing pembicara memberikan perspektif dan hasil refleksi mereka tentang pentingnya membangun komunikasi yang terbuka dan hangat di dalam keluarga, terutama terkait topik yang sering orang tua dan masyarakat anggap tabu, yaitu seksualitas & reproduksi.
"Biasanya orang tua masih bersemangat untuk belajar parenting saat anak masih berusia 0-12 tahun. Namun ketika anak sudah menginjak bangku SMP dan SMA, seakan-akan orang tua menjadi auto-pilot. Padahal seiring bertambahnya usia anak maka tugas perkembangan mereka pun menjadi semakin kompleks, sehingga orang tua sudah semestinya siap dan bersikap luwes dalam menghadapi perubahan yang akan terjadi. Sayangnya, tidak sedikit orang tua yang malah clueless dan bingung akan tantangan besar yang mereka hadapi. 1001 Cara Bicara hadir sebagai upaya dalam menjembatani jurang tersebut," jelas Fitri Putjuk, Country Representative JHCCP for Indonesia.
SKATA berupaya mengembalikan peran orang tua sebagai referensi pertama anak terutama soal edukasi seks dan kesehatan reproduksi. "1001 Cara Bicara sengaja didesain menjadi sebuah program yang dapat dengan mudah dipahami dan dipraktikkan oleh orang tua di dalam keluarga. Diharapkan program ini dapat memberikan inspirasi bagi orang tua dalam mencari cara yang tepat soal bagaimana cara berkomunikasi dengan anak remaja secara luwes tanpa terkesan menggurui," tambah Fitri. (M&B/SW/Dok. Freepik, M&B)