FAMILY & LIFESTYLE

Cara Jitu Menghadapi Mom-Shaming


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


"Sudah berapa bulan sih, kok perutnya masih kecil?", "Kok belum kurusan sih, abis melahirkan?", "Anaknya gak ASI, ya?". Pernah mendapat pertanyaan seperti itu, Moms? Atau justru Anda yang melontarkan kalimat tersebut ke ibu lain? Hati-hati, ini bisa berarti mom-shaming, lho!

Semenjak adanya media sosial, shaming atau bullying secara verbal belakangan ini makin umum terjadi. Hal ini dikarenakan pelakunya lebih berani melemparkan kritik karena tidak berhadapan langsung dengan korbannya.


Apa sih,Shaming Itu?

Menurut Psikolog Dessy Ilsanty, M.Psi., shaming itu pada dasarnya bisa berarti sebuah kritikan yang memiliki dampak negatif untuk korbannya. Namun seringkali perilaku shaming ini tidak disadari oleh pelakunya.

"Shaming itu kan mempermalukan, jadi untuk penilaian atau judgement dari orang lain yang sebenarnya bisa dibilang kritikan. Kritikan yang dampaknya dirasakan negatif buat si penerima dan cenderung merasa dipermalukan secara umum," ujarnya saat ditemui di kawasan Cipete, dalam acara Kampanye anti mom-shaming oleh Hallobumil beberapa waktu lalu.

Topik shaming sangatlah beragam. Dalam ranah menjadi seorang ibu dan mengasuh anak biasanya kita dengar istilah mom-shaming (soal pola pengasuhan sebagai ibu terhadap anak), body-shaming (mengenai bentuk tubuh), baby-shaming (tumbuh kembang bayi), dan lain-lain. Untuk ibu yang sedang mengasuh anak, Dessy mengatakan mereka bisa mendapatkan kombinasi shaming tersebut.



Penyanyi Ini Alami Mom-Shaming

Penyanyi sekaligus celebrity mom, Vicky Shu, ternyata diketahui menjadi korban shaming, terlebih semenjak dirinya hamil hingga resmi menjadi seorang ibu. Ia mengaku shaming ini semakin terasa setelah melahirkan. "Saya mengalami shaming-nya lebih ke bentuk badan sih, body-shaming. Misalnya dibilang "kok gak kurus-kurus?", "kok bengkak terus?," dan itu bikin stres sekali, sih," ungkapnya.

Selain di media sosial, ibu dari Abimanyu Manggala Nugroho Putro ini mengatakan juga mendapati perilaku shaming secara langsung. "Shaming ini saya temui di media sosial banyak, sih. Tapi ketemu langsung, dari orang-orang yang gak kenal juga banyak. Lebih nyebelinnya karena pelakunya orang yang gak kenal. Waktu itu di jalan pernah ketemu bapak-bapak bilang "ini Vicky Shu ya, kok gendut banget?" ceritanya.

Rasa kesal tentu menghinggapi hati istri dari Ade Imam ini saat menerima shaming dari orang lain. Bahkan ia mengaku pernah sampai menangis karena terbawa perasaan (baper). Namun seiring berjalannya waktu ia mulai bisa menerima dan menghadapinya dengan lebih santai.

"Awalnya sebel sih, tapi lama-lama saya pikir kayaknya tidak semua orang tahu saya abis melahirkan. Jadi mereka lebih ke spontan aja. Jadi aku mulai menerima," katanya.


Mom-Shaming bisa Sebabkan Stres pada Ibu dan Janin

Mom-shaming merupakan hal yang perlu menjadi perhatian. Khususnya saat seorang ibu menerima mom-shaming ketika masa kehamilan. Karena tak jarang ibu yang menerima mom-shaming akan mengalami stres sehingga berdampak pada kesehatan mentalnya maupun kesehatan janin.Dokter kandungan, dr. N.B. Donny A.M., SpOG, mengatakan bila Moms mengalami stres saat hamil, janin pun akan merasakan hal yang sama.

"Dari sisi kesehatan mental, janin itu bisa merasakan kalau ibu sedang stres. Karena ada yang namanya hormon CRH (corticotropin-releasing hormone) yang mengirim sinyal ke janin, sehingga janinnya akan ikut sres. Efeknya nanti akan timbul mules (kontraksi) sebelum waktunya, dan itu yang dihindari apalagi kalau belum cukup bulan," jelasnya.


Bagaimana Menghadapi Mom-Shaming?

Menurut Dessy,mom-shaming ini akan sangat terasa saat self esteem Moms agak rendah. Misalnya, Moms meragukan apakah Anda sudah menjadi seorang ibu yang baik atau belum. Ketika ada keraguan itu pasti Anda akan menjadi lebih sensitif dengan mom-shaming. "Begitu orang meragukan, bisa jadi Moms juga tambah ragu dengan diri Anda," tambah Dessy.

Untuk menghadapi mom-shaming, Dessy menyarankan beberapa hal berikut:

- Jadilah pribadi yang open minded (terbuka). Ketika orang berkomentar, lebih baik Moms mencerna dulu perkataannya, jangan langsung bereaksi. Yakinlah bahwa orang tersebut sebenarnya berniat baik saat memberi komentar.

- Anggaplah shaming sebagai nasihat. Hal yang baik bisa Anda ambil, sementara yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, hiraukan.

- Yakinlah bahwa Moms bisa menjadi ibu yang baik dengan terus berusaha memperkaya diri dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya.

Penyanyi Vicky Shu juga memiliki caranya sendiri ketika menghadapi mom-shaming. Caranya, Ia selalu mencoba untuk berpikir positif, berkeyakinan bahwa kita tidak sendiri, semua orang pasti mengalami mom-shaming. Untuk itu ia mengajak Moms untuk saling mendukung sesama ibu. Perempuan yang kini tengah hamil anak keduanya ini juga berusaha untuk sharing dengan suami bila mendapati shaming. "Untuk melawan mom-shaming tentunya dengan kita sendiri tidak melakukan mom-shaming kepada orang lain," tegasnya.


"Mengerti Mama" Kampanyekan Anti Mom-Shaming

Mom-shaming juga tak luput dari perhatian aplikasi Hallobumil. Sebagai aplikasi pendamping selama persiapan kehamilan, masa kehamilan, dan pascakehamilan, Hallobumil juga melihat mom-shaming sebagai sebuah isu yang perlu ditangani.

Aplikasi ini pun membuat sebuah gerakan anti mom-shaming bertajuk "Mengerti Mama". Menurut Mia Argianti selaku Head of Hallobumil, kampanye "Mengerti Mama: Fight Mom-Shaming" ini lahir dari fakta dan kenyataan bahwa setiap ibu akan memiliki tanggung jawab yang berat, dan sepanjang perjalanannya Moms membutuhkan kesehatan fisik dan mental yang luar biasa.


"Kampanye anti mom-shaming ini dikemas dalam bungkusan edukasi yang dilakukan secara konkret pada ranah digital. Kami berharap edukasi anti mom-shaming serta fitur-fitur pendukung pada aplikasi kami bisa menjadi bukti dukungan dan peran Hallobumil signifikan dalam mendampingi setiap perempuan untuk menjadi a truly Mom," tutupnya. (Vonda Nabilla/SW/Dok. Freepik, Hallobumil)