Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Tahukah Moms kalau kesadaran untuk mengontrol emosi dan diri berkembang sesuai dengan tahap perkembangan mental Si Kecil? Psikolog anak dari Raising Kids, Debora Kurniawati, Psi, MACM, menjelaskan bahwa meski kemampuan mengontrol diri muncul secara alami, ada beberapa hal yang memengaruhi setiap individu memiliki kadar kontrol yang berbeda. Yang memengaruhi adalah:
1. Temperamen anak. Setiap anak secara genetika memiliki temperamen yang berbeda.
2. Jenis kelamin. Anak laki-laki cenderung lebih sukar mengontrol diri dibanding anak perempuan.
3. Perbedaan latar budaya, agama, dan kondisi keluarga.
4. Kondisi fisik anak dan faktor sosial di sekeliling anak.
5. Masalah komunikasi. Misalnya, karena keinginan anak yang tidak dimengerti orang tua dan sebaliknya.
Perkembangan Emosi Anak 12-18 Bulan
Di usia ini anak mulai memahami bahasa namun belum bisa menyampaikan pendapatnya dengan baik karena perkembangan bahasanya belum sempurna. Konflik emosi kerap muncul karena anak belum bisa menyuarakan pendapat dan harapannya. Ditambah lagi, anak di usia ini mulai merasa mandiri. Ia mungkin akan sering kehilangan kontrol diri karena apa yang ia pikirkan tidak tercapai.
"Anak di usia ini sudah mengerti konsep ya dan tidak. Komunikasi yang lugas, tegas, dan sederhana akan membantunya mengerti bagaimana ia harus mengontrol diri. Contohnya, jika Anda ingin Si Kecil tenang saat menemani Anda belanja, katakan 'Sayang, tidak rewel, ya!' Perintah sederhana itu lebih efektif dibandingkan jika Anda mengatakan, 'Sayang, nanti di toko tidak boleh nakal!' karena pemakaian kata 'tidak' dan 'boleh' membingungkan Si Kecil," jelas Debora.
Perkembangan Emosi Anak 19-24 Bulan
Menurut Baby Center, di usia ini anak memiliki lompatan besar dalam perkembangan emosinya yaitu, ia mulai belajar menahan godaan. Contohnya, menunggu giliran saat naik perosotan di taman bermain. Anda, dapat mulai memberi perintah untuk menunggu, misalnya menunggu susu di gelas menjadi dingin sebelum diminum atau menunggu Anda mengunci pintu sebelum mulai berjalan-jalan.
"Tunjukkan rasa senang Anda jika ia bisa menjalankan perintah Anda. Jelaskan kepadanya bahwa dengan mematuhi Anda, maka anak akan selalu aman dan nyaman. Dengan begitu, ia akan selalu berusaha patuh," ujar Judith Hudson, psikolog dari Rutgers University di New Jersey.
Di usia ini anak juga penuh pertarungan. Sering terjadi konflik di antara ia dan teman-teman sebayanya. Nah, untuk menghadapi sikap emosi anak, Anda perlu menegurnya.
"Jika Anda merasa terganggu dengan sikap Si Kecil, gunakan ekspresi yang tepat. Kalau Anda marah, ya gunakan ekspresi marah, bukan dengan senyuman," saran Debora. (M&B/Tiffany/SW/Dok. Freepik)