TOODLER

Wajib Tahu, Ini Gangguan Tidur yang Bisa Dialami Anak


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Moms, pernahkah Anda melihat Si Kecil tiba-tiba terbangun dari tidurnya dan terlihat begitu ketakutan? Kejadian ini kerap membuat Anda ikut panik. Tapi benarkah kondisi tersebut ada hubungannya dengan fenomena supernatural?

Sebelum berpikir yang aneh-aneh, Moms perlu tahu bahwa ada sejumlah permasalahan tidur yang bisa dialami anak. Terbangun di tengah malam dalam keadaan ketakutan atau night terror, termasuk salah satu di antaranya.

Yuk Moms, cari tahu apa saja gangguan tidur yang bisa terjadi pada Si Kecil. Dengan mengetahui ciri dan gejalanya, Anda tentu akan bisa lebih cepat mengambil tindakan sehingga masalah tersebut bisa segera diatasi.


Night Waking

Night waking didefinisikan sebagai bangun dan menangis 1 kali atau lebih antara tengah malam hingga pukul 5 pagi. Night waking terjadi paling sedikit empat malam dalam sepekan dan 4 minggu dalam sebulan. Diperkirakan, 25 persen gangguan tidur ini terjadi pada anak antara umur 6 bulan hingga 12 bulan.


Night Terror (Pavor Nocturn)

Night terrorpada umumnya terjadi pada anak berusia 18 bulan hingga 5 tahun. Ketika mengalami night terror, Si Kecil biasanya tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Lantas dia akan duduk, berteriak dengan mata terbelalak, dan terlihat sangat ketakutan. Biasanya, anak akan menunjuk hanya ke salah satu arah atau sudut ruangan saja.

"Biasanya, orang tua mengira anak mengalami semacam fenomena supernatural. Padahal fenomena ini adalah bagian dari gangguan tidur," kata dr. Andreas Prasadja, RPSGT.

"Sebagai reaksi awam, orang tua akan memeluk anak dan mencoba menenangkannya. Padahal saat itu kondisi anak tengah tertidur walau matanya terbuka lebar. Anak tidak akan menyadari kehadiran orang tuanya. Jadi segala pelukan itu tidak akan berpengaruh," lanjut dokter dari Sleep Disorder Clinic, Rumah Sakit Mitra Kemayoran, tersebut.

Night terror biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit, lantas anak akan kembali tertidur. Akan tetapi dalam beberapa kasus, gangguan ini dapat berlangsung cukup lama.

Karenanight terror bukan mimpi, anak cenderung tidak akan mengingat kejadian tersebut pada keesokan harinya. Perlu Moms ketahui, night terror bisa terjadi pada anak yang sedang sakit, stres, kurang tidur, atau tanpa faktor yang jelas.


Somnambulism (Tidur Berjalan)

Somnabulism sering terjadi pada anak yang sudah lebih besar, antara umur 5 hingga 7 tahun, dan sering dipengaruhi oleh riwayat keluarga dengan gangguan serupa. Pada kondisi somnambulism, anak terbangun dari tempat tidurnya, lalu berjalan, naik tangga atau ke kamar mandi dengan mata terbuka. Pada beberapa kasus, anak bisa keluar dari rumah yang tentunya berisiko bagi keselamatannya. Saat anak mengalami kondisi ini, ia tidak dapat menjawab pertanyaan. Pada umumnya, kondisi semacam ini berlangsung sebentar atau hanya dalam hitungan menit. Setelah itu, anak akan kembali tertidur.


Nightmare (Mimpi Buruk)

Nightmare paling sering terjadi pada anak berusia 4-6 tahun walau penelitian membuktikan bahwa 25 persen anak berumur 6-12 tahun masih dapat mengalami mimpi buruk. Ketika kondisi ini terjadi, anak akan terbangun sepenuhnya dan tampak ketakutan. Hal ini biasanya dapat membuat anak teringat akan mimpi buruknya tersebut, tapi bisa ditenangkan oleh orang tua. Seperti halnya night terror, nightmare mudah timbul jika Si Kecil sedang merasa stres atau tertekan. Oh ya Moms, mimpi buruk dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

• Mengonsumsi makanan tertentu sebelum tidur, seperti cokelat, keju, dan minuman bersoda.

• Menonton program televisi tertentu.

• Masa inkubasi penyakit.

• Rasa khawatir akan sesuatu.

Oleh sebab itu, Moms perlu menenangkan serta mendampinginya. Jangan lupa, Anda juga perlu berusaha meyakinkan Si Kecil bahwa pengalamannya tersebut hanyalah mimpi. Akan tetapi jika fenomena ini terjadi secara berulang, Moms perlu membawa Si Kecil ke psikolog untuk berkonsultasi.


Sleep Refusal

Sleep refusal adalah kondisi anak yang menolak untuk tidur dengan cara menarik perhatian orang tua, misalnya dengan meminta sesuatu secara berulang-ulang, seperti meminta minum, makan, atau pergi ke kamar mandi. Pada umumnya, masalah ini dapat ditangani dengan menciptakan apa yang disebut dengan good sleep hygiene, yaitu lingkungan tenang, cukup gelap dengan suhu yang nyaman. Selain itu, masalah ini juga dapat ditangani dengan menciptakan waktu tidur yang rutin, menempatkan anak di tempat tidur sebelum jam tidur dan tidak mendapat paparan menakutkan atau aktivitas berlebih satu jam sebelum anak tertidur.

"Sangat disarankan, Moms tidak menaruh terlalu banyak mainan di kamar. Jika memang Si Kecil ingin membawa mainan untuk tidur, biarkan ia membawa hanya satu mainan atau boneka kesayangannya. Biasakan anak memiliki lingkungan tidur dan aktivitas yang berbeda," tegas dokter Andreas.


Sleep Paralysis (Kelumpuhan Waktu Tidur)

Sleep paralysis terjadi pada anak yang sudah lebih besar atau remaja. Kondisi ini terjadi pada waktu anak baru saja tertidur, dan dengan mendadak kondisi badan, tangan, dan kaki anak menjadi tidak dapat bergerak. Kondisi ini biasanya hanya berlangsung selama beberapa detik dan berakhir secara spontan, atau segera berakhir bila orang mengalaminya disentuh. Kondisi ini juga kerap dihubungkan dengan fenomena supernatural dan biasa disebut 'ketindihan'.


Sleep Starts (Miyoclonus Nocturnal)

Miyoclonus nocturnal berupa serangan mioklonus atau mioklonik (gerakan otot yang bersifat acak dan tidak disadari), yang terjadi pada anak yang baru saja tertidur. Namun kondisi ini bukan termasuk epilepsi dan tidak perlu pengobatan.


Bed Wetting (Mengompol)

Mengompol biasanya terjadi pada sepertiga awal tidur malam dan anak dapat terbangun secara mendadak. Hal ini termasuk salah satu gangguan tidur dan berhubungan dengan ketidakmampuan anak dalam mengontrol fungsi kandung kemih pada malam hari.


Head Banging dan Body Rocking

Keduanya termasuk gangguan tidur yang disebut rhytmic movement disorder. Dalam kondisi tertidur, anak bisa saja terbangun lalu menggerakkan badan atau membenturkan kepalanya ke kasur, bantal, pinggiran tempat tidur, bahkan tembok. Jika Si Kecil memiliki masalah ini, Moms tentunya harus waspada karena berpotensi menimbulkan cedera.


Sleep Apnea

Sleep apnea adalah gangguan tidur yang serius, saat pernapasan berhenti selama tidur. Dalam dunia medis, sleep apnea yang disebabkan karena penyumbatan di saluran pernapasan disebut dengan obstructive sleep apnea (OSA). Mendengkur adalah salah satu gejala utama adanya gangguan sleep apnea.

Tidak sedikit orang yang menggunakan metode buyteko guna mengatasi sleep apnea. Akan tetapi, Moms sebaiknya tidak sembarangan menggunakan metode. Berkonsultasilah kepada ahlinya guna mendapatkan solusi terbaik untuk mengatasi sleep apnea pada anak Anda.

Jika Si Kecil mengalami salah satu dari masalah tersebut, Moms disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Selain itu, Moms juga perlu memperbaiki kualitas tidur anak sehingga ia bisa terlelap dengan baik. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)