Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Tak perlu diragukan lagi, ASI atau air susu ibu merupakan cairan paling bernutrisi. Kandungan ASI yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, dan berbagai vitamin serta mineral menjadikannya sebagai sumber gizi terbaik bagi Si Kecil.
Seiring dengan berjalannya waktu, ASI ternyata tidak hanya bisa dikonsumsi dalam bentuk cairan dan bukan semata untuk bayi. Kini, tidak sedikit orang yang berinovasi dengan memanfaatkan ASI sebagai bahan baku pembuatan kue, es krim, hingga sabun. Ya, sabun!
Jika Anda berselancar di internet, Anda akan menemukan banyak tutorial membuat sabun dari ASI. Apabila Moms tidak punya waktu untuk membuatnya sendiri, Anda bisa membelinya melalui sejumlah online shop.
Namun pertanyaannya, apakah manfaat dari sabun yang terbuat dari air susu ibu? Tidak sedikit pihak yang mengklaim bahwa sabun ASI memiliki khasiat dalam merawat kulit, khususnya yang sensitif dan memiliki masalah tertentu seperti eksim atau psoriasis. Perlu diketahui, psoriasis adalah peradangan pada kulit yang ditandai dengan ruam merah, kulit kering, tebal, bersisik, dan mudah terkelupas. Terkadang psoriasis juga disertai gatal dan nyeri. Masalah kulit yang satu ini kerap muncul di daerah lutut, siku, punggung bagian bawah, dan kulit kepala.
Sejumlah pihak menganggap ASI memang cocok untuk dibuat sabun karena mengandung lebih banyak lemak ketimbang susu sapi. Efeknya, susu yang dihasilkan dari ASI akan lebih creamy. ASI juga mengandung lebih banyak gula sehingga tekstur sabun akan lebih lembut. Selain itu, ASI punya banyak vitamin yang diyakini bisa membuat kulit lebih sehat.
Mengurangi Gatal
Salah satu testimoni penggunaan sabun ASI datang dari seorang wanita bernama Paula D'Amore dari Florida, Amerika Serikat. Paula mengaku memiliki ide membuat sabun berbahan dasar ASI saat ia mengalami gatal di seluruh tubuh. Wanita ini lantas membuat sabun dari sisa persediaan ASI anaknya yang dicampur minyak kelapa, gliserin, dan bahan alami lainnya.
Sabun tersebut telah diujicobakan pada keluarganya untuk mengobati berbagai jenis penyakit ringan seperti jerawat bayi hingga sengatan lebah. Menurut Paula, hasilnya cukup memuaskan.
Lantas, Paula pun membuka usaha Liquid Gold Soaps atau pembuatan sabun berbahan dasar ASI pada 2017. Namun Paula secara khusus meminta para pelanggannya untuk mengirimkan ASI masing-masing sendiri sebagai bahan baku. "Sabun pelembab dari ASI membuat perbedaan besar. Rasa gatal itu hilang dan kulit saya semakin lembut," kata Paula seperti dilansir USAToday.
Pengalaman serupa juga dirasakan Kimberly Gladman, ibu tiga orang anak dari Ayr, Skotlandia. Kimberly memiliki penyakit eksim yang menimbulkan ruam di beberapa bagian tubuhnya, seperti kaki, paha, dan lengan. Saat kambuh, rasa gatal dan perih akan menjangkiti tubuhnya, terutama ketika terkena air.
Beragam jenis pengobatan telah dilakukan untuk menghilangkan eksimnya, termasuk menggunakan salep steroid. Tapi tidak ada yang memberikan efek maksimal. Hingga ia mencoba membuat sabun dari sisa ASI anaknya, ruam tersebut pun perlahan menghilang.
Testimoni Kim Kardashian
Tren menggunakan sabun yang berbahan baku ASI ternyata juga melanda artis Hollywood. Keluarga Kardashian disebut-sebut sebagai salah satu pengguna sabun jenis ini. Dalam acara E! TV Show Kourtney & Kim Take Miami, Kim Kardashian menyebutkan bahwa ia menggunakan sabun dari bahan ASI untuk mengobati salah satu saudaranya yang mengalami psoriasis.
Kontroversi
Sayangnya, penggunaan sabun yang terbuat dari ASI hingga saat ini masih kontroversi. Sejumlah dokter justru menganggap sabun ini tidak terlalu banyak manfaatnya bagi kulit.
Menurut mereka, sejumlah bahan aktif yang terkandung di dalam ASI justru akan hancur saat melalui proses pembuatan sabun. Alhasil, sabun yang terbuat dari ASI khasiatnya akan sama saja dengan sabun kebanyakan.
Selain itu, penggunaan ASI juga berpotensi menularkan virus ke orang lain. Pasalnya, tidak ada jaminan bahwa ASI tersebut berasal dari ibu yang tubuhnya sehat atau dikelola dengan baik. (Wieta Rachmatia/SW/Dok.: Freepik)